Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bosan Nonton Acara “Aroma” Sampah, “Kreativitas” Tidak Mendidik

11 April 2016   13:00 Diperbarui: 12 April 2016   18:32 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betul-betul gila gnerasi muda saat ini, baru saja usai ujian nasional sudah pada mabuk-mabukan, tidak peduli laki-laki maupun perempuan terlibat menenggak minuman keras. Ya ampun!!! Lulus saja belum tentu, sok jagoan.

Tidak dipungkiri dampak buruk perilaku anak-anak tak lepas dari pengawasan orang tua di rumah. Tak kalah mengherankan adalah budaya corat-coret baju putih abu-abu menggunakan cat pilox, apakah seperti ini didikan anak-anak masa kini.

Corat-coret memang sudah ada sejak anak-anak memasuki usia pubertas, sebagai pelampiasan bahwa mereka selama ini penat oleh pelajaran-pelajaran yang memang membuat kebebasan bermain terancam. Yah, namanya juga anak sekolah, tugas pokoknya adalah belajar. Kalau tidak mau belajar ya kerja atau menikah usia dini saja.

Selain pergaulan yang melebihi ambang batas kewajaran,  suguhan hiburan oleh bebrapa stasiun televisi melupakan program-program yang sifatnya mendidik, sudah rahasia umum, pihak stasiun televisi mempertimbangkan rating (pemeringkatan) dalam memilih program yang tayang. Rating inilah yang menjadi bahan pertimbangan pemasang iklan, sumber penghasilan stasiun televisi. Di sisi lain, rating disebut sebagai cerminan dari selera rendah masyarakat.

Tontonan yang disajikan televisi sebagai media paling banyak diakses semakin hari semakin menjadi-jadi menyebarkan kebodohan. Saya perhatikan acara inti dari sebuah stasiun televisi antara lain : Berita, Infotainment dan Sinetron. Acara-acara lain statusnya hanya sebagai pelengkap. Bangsa ini mengalami kemerosotan moral, diajarkan untuk selalu mau tahu urusan orang lain alias si kepo lewat Infotainment (Gosip Artis). Banyak sinetron mengajarkan anak-anak ke sekolah pakai mobil, memiliki handphone canggih, gaul, belum dewasa sudah pacaran, patah hati dan lain sebagainya. Bahkan film-film kartun animasi tidak masuk akal gentanyangan menyesaki televisi nasional.

Kita ambil contoh kartun animasi tokoh Spongebob, secara tidak langsung spongebob adalah gambaran benda mati berupa spons (busa untuk cuci piring) kok bisa bicara dengan logatnya yang konyol, mendiami sebuah rumah “nanas” anehnya rumah tersebut tumbuh dari kacang, lantas adakah hubungannya biji kacang dengan nanas, enggak kan?

Secara keseluruhan film kartun spongbob hanya menggambarkan tentang kehidupan kota bawah laut yang bernama Bikini Bottom serta dinamika kehidupan seluruh penghuninya. Tetapi dalam perkembangannya,banyak pihak yang menentang keberadaan film yang mulai dipublikasikan pada tahun 2006 tersebut. Semua itu dikarenakan ketidak-senonohan yang terkandung dalam tindak-tanduk beberapa tokoh Spongbob seperti Mr.Krabb (kepiting) yang digambarkan terlalu pelit dan mata duitan, Squidward (gurita) yang dideskripsikan sebagai makhluk anti-sosial yang membenci bikini bottom dan Patrick (bintang laut) yang botol (bodoh dan tolol). Lebih mengherankan adalah Mr. Krabb (kepiting) memiliki putri bernama Pear Krabb (ikan paus), sejak kapan habitat tupai (sandy) hidup dibawah laut, konyol !!!. Disinilah kebodohan itu kian jelas terlihat, kok seekor kepiting mempunyai anak ikan paus, sejak kapan kepiting kawin sama ikan paus? idealnya kepiting merupakan makanan empuk ikan paus, aneh!!!. Meskipun semua itu dikemas secara jenaka, Spongebob tetap masuk dalam daftar film kartun tidak layak dikonsumsi oleh Anak. Spongebob banyak ditonton dan disukai anak-anak di Indonesia padahal anak-anak masih belum mengerti dimana letak lucunya ataupun "Pelajaran" apa yang bisa diambil dari tokoh satu ini. Ini jelas-jelas film yang membuat anak-anak menjadi bodoh. Bisa dikatakan animasi kartun film bodoh.

Bodohnya, acara-acara tidak masuk akal sehat tersebut malah menghipnotis mata kita, sehingga antusiasme pemirsanya menonjol, jelas-jelas tidak ada manfaatnya, yang hanya mengejar rating. Oke, katakanlah contoh sinetron 7 manusia harimau, ganteng-ganteng serigala, sinetron FTV yang nggak pernah abisnya. Anak jalanan, Duo Pedang, ABG jadi manten, putih abu-abu dan lain-lain.

Dari kebodohan demi kebodohan acara tersebut untungya masih ada segelintir stasiun televisi menayangkan acara berkualitas dan mendidik, meski rating penontonnya kurang mendapat antusias. Dari survei Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menemukan bahwa acara-acara ini memiliki kualitas untuk ditonton oleh keluarga Indonesia: Kick Andy Metro TV), Mata Najwa (Metro TV), Indonesia Lawyer Club (tv one), My Trip My Adventure (Trans TV), On The Spot (Trans 7), Hitam Putih (Trans 7), Tahu Nggak Sih (Trans 7), Laptop Si Unyil (Trans 7), Si Bolang (Trans 7), Liputan 6 (SCTV), Mario Teguh Golden Ways (Metro TV), Damai Indonesiaku (tv one).

Semoga acara-acara stasiun televisi yang masih menyajikan tontonan sifatnya diskriminasi, intimidasi, bermuatan kekerasan dan seksual, mistik, horor segera “sadar” oleh perbaikan kualitas acara untuk membantu memperbaiki krisis moral bangsa indonesia.
Entahlah, entah apalagi "kreativitas tidak mendidik merusak moral"yang akan dihadirkan media TV di Tanah Air ini? Subhanalloh.

Karena kita semua sudah bosan melihat acara "sampah" bertendensi kepentingan pribadi dan politik menghias layar kaca di ruang keluarga kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun