"Dialah kekasihku." Hanya kekayaan kedua orang tuanya untuk memenangkanmu dariku. Dan terakhir, kau tahu apa yang lebih membuat kalian berbeda? Dia begitu ku cinta, sementara kau tidak." Aku menghabiskan cukup banyak tenaga untuk mengungkapkan itu semua, sekaligus menahan air mata agar tak terlihat lemah dihadapanmu, disitu aku sakit.
Setelah itu, kubiarkan engkau serumah dengan suamimu, tak mungkin terjadi padaku yang beristri, perasaan mengatakan “iya, ku mau sama kamu”. Mungkin efek dari intensitas pertemuan yang begitu jauh terbelah lautan jawa dan sulawesi. Maafkan aku, sayang. Kelu lidahku setelah kau biarkan aku mencicipi tubuh indahmu. Tak peduli “statusmu” Aku hanyut dalam lautan asmara bersamamu, aku tahu aku egois, tapi kurasa rasa cinta itulah membuat semua mengalir seperti air.
Kata orang, aku yang telah tega membunuh perasaanmu? Tak ku pungkiri pertemuan itu sangat ku rindukan, bukan tanpa sebab karena semenjak bertemu denganmu setelah terpisah belasan tahun lamanya, “kejantananku” kembali menggebu-gebu bersemangat untuk hidup lebih hidup. Sebelumnya sih hidup? tapi tersembunyi dalam kelemahan diriku sendiri. Itu mutlak kesalahanku, bukan darimu. Sakralitas pernikahan kita "tirai" pemisah kehalalanku terhadap tubuhmu. Sudah takdir Alloh SWT, bahwa cinta tidak harus memiliki, demi kebahagiaan kekasih masa laluku. Berbahagialah dengan pilihanmu sayang!!! Amin.
Karena Kau Sumber Inspirasi Kedua setelah istriku.....
Makassar, 10 April 2016