Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Odah dan Kuali Panjang dalam Alm. Drs. Suyadi

2 April 2016   09:58 Diperbarui: 2 April 2016   15:03 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Dokumen facebook/adipujakesuma"][/caption]Tentu sudah tidak asing dengan sosok Alm. Drs. Suyadi alias Pak Raden. Pencipta sosok rekayasa berupa cerita Si Unyil yang melegenda tersebut. Harus diapresiasi Drs. Suyadi adalah sosok multitalenta berwatak feodal, pelit, pemarah, sombong, dan suka mengerang kesakitan “waduh encokku!!”. Identik dengan tongkat, berkumis tebal, blankon, suka logat bahasa campu-campur jawa, belanda, indonesia namun tetap berkharismatik. Saking lekatnya label karakter Pak Raden hingga menenggelamkan nama asli Drs. R. Suyadi yang berada dibalik Pak Raden.

Begitulah kira-kira gambaran Almarhum. Drs. Suyadi pandai mendongeng, menulis dan menghasilkan puluhan buku anak-anak yang enak dibaca, diantaranya “Siapa punya kuali panjang”.

Buku cerita fiksi ringan nan humor kehidupan sehari-hari, serta dihiasi gambar pada tiap halaman syarat akan edukasi bahwa perempuan tempo dulu tidak pernah ke dapur dan malas mengurus rumah tangga adalah hal tabu. Tentu tidak demikian dengan perempuan jaman sekarang, bagi wanita karier bukanlah suatu halangan, tinggal bayar pembantu, bagi yang mampu selesai!!!, Bagaimana dengan perempuan lain?

Kali ini, saya mencoba mengisahkan kembali isi buku cerita fiksi Alm. Drs. Suryadi “Siapa punya kuali panjang”. Cerita ini hanyalah fiktif belaka, andai ada kesamaan nama dan tempat kejadian, itu tanpa ada unsur kesengajaan. Cerita ini menceritakan kebodohan seorang perempuan yang malas belajar dan sombong, jadinya mempermalukan diri sendiri.

Pada suatu desa ada seorang gadis cantik bernama Odah. Diceritakan Odah kesehariannya hobi bersolek di depan cermin, malas membantu ibu, tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya ke dapur dan sombong, hingga menyebabkan buta akan urusan rumah tangga.

Merasa paling cantik—kembang desa, terkenal judes, ketus, sinis tak mau bergaul dengan sesama perempuan sederajad, Odah tidak disukai gadis-gadis di desanya. Hingga suatu ketika berita kecantikan Odah pun sampai ke telinga saudagar muda kaya raya bernama Dadang. Tidak mau berlama-lama Dadang langsung meminangnya, ibu Odah pun menerima pinangan saudagar muda kaya raya untuk anaknya dengan maksud agar Odah dapat hidup mandiri.

Setelah menikah Odah pun dibawa Dadang, sebagai istri saudagar muda kaya raya. Tugas baru Odah menanti didepan mata mengurusi dapur, sumur, kasur, dimana selama ini pekerjaan tersebut belum pernah dilakukannya. Tak berselang suaminya berangkat kerja, si Odah pun bingung? Kebiasaan selama ini ibunya lah yang mengerjakan urusan dapur. Odah mencoba turun tangan ke dapur, pertama dilakukan ialah menyalakan api di dapur lalu mengisi periuk penuh dengan beras.

Sembari menunggu nasi masak, Odah yang malas itu tertidur pulas, tanpa sadar bau hangus beras dari dapur membangunkan Odah. Dimana jam makan siang suaminya menjelang, melihat sajian beras hangus, Dadang menggelengkan kepalanya. Mau tidak mau Dadang terpaksa menanak nasi sendiri, lauk pauk yang disediakan istri cantiknya itu berasa hambar menyebabkan sang suami enggan makan di rumah, terpaksa sering makan di warung.

Pada suatu hari suami Odah membawa seekor ikan yang besar dan panjang untuk diolah menjadi kudapan lezat, pikir Dadang. Tidak mau dikatakan sebagai istri bodoh, Odah pun menyanggupi permintaan suami.

Sepeninggal suaminya ketempat kerja Odah mulai panik cara mengolah ikan tersebut. Tanpa pikir panjang dimasukkannya ikan ke dalam kuali, tapi tidak ada yang muat. Karena semua kuali, periuk serta panci di dapur berbentuk bulat tidak ada yang panjang. Kebodohan Odah terpampang nyata saat meminjam kuali dari para tetangga. Kuali panjang yang dicari-cari tidak satu tetanggapun yang memilikinya. Khususnya kaum perempuan kenal betul tabiat Odah, usahanya keliling desa hingga lelah tidak satupun tetangga sudi mengulurkan tangan membantu, kecongkakannya membuatnya diperdayai para tetangga.

Letih seharian penuh berkeliling desa, tidak satu kuali panjang itu didapatkannya hingga waktu makan tiba. Betapa terkejutnya sang suami tidak mendapati istrinya di rumah, ikan masih mentah dan utuh dilantai hingga di kerumuni lalat. Tak lama terdengar isak tangis istrinya dan menceritakan pengalamannya mencari kuali panjang. Mendengar cerita sang istri betapa ternganganya Dadang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun