[caption caption="www.facebook.com/indah.lestari.98031506?fref=ts"][/caption]By: Indah Lestari
Saturday, 12 March 2016
Sebelumnya saya salut atas kebesaran hati ibu Indah Lestari telah berbagi dengan orang lain tentang kesabarannya mengurus anak dengan epilepsi. Mungkin ibu-ibu lain atau orang tua lain memiliki keluarga dengan epilepsi sudah tidak sabar serta mengisolir mereka “kaum minoritas” hingga meregang nyawa.
Sekali lagi saya angkat topi kepada ibu Indah Lestari telah mengijinkan postingan di facebook untuk di share ke media sosial lain seperti kompasiana.com. ma’af sebelumnya ada beberapa kalimat mengalami proses edit, atas perkenannya diucapkan terimakasih.
Berikut tulisan ibu Indah Lestari membagi kisah ketegaran seorang ibu dengan segala kasih sayangnya merawat seorang anak yang luar biasa.
Sudah besar, tinggi dan tampan, dilangit tergantung cita-citamu. Kau tak perduli apa yang akan terjadi, dibalik semua yang kau alami. Kasih dan sayang dari semua orang tak cukup mampu membuatmu puas. “Aku harus sukses” kau selalu katakan itu padaku, sungguh kau anak yang luar biasa bagiku. Tak pernah ada cela yang membuatku sedih, atau kesal padamu.
Kebaikan Tuhan melimpah atasmu menjalani umurmu yang keenambelas. Sampai dokter mendiagnosa anakku menderita epilepsi. Kejang kedua yang bersumber dari penggumpalan diotakmu menyebabkan kelainan yang terlihat dalam tes medis yang digunakan untuk mengukur aktivitas listrik otak Electroencephalogram (EEG) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI), sontak aku murung tanpa sepengetahuan anakku
Tapi aku harus bangkit dan semangat, anakku membutuhkanku! Kadang aku kalut memikirkanmu, namun aku memandang pada-Mu Tuhan, “Gimana dong” setiap kali aku tak mampu menjawab berbagai kecemasan yang menyerangku tentangmu anakku sayang, aku akan tanya balik sama Tuhan, “Jadi gimana dong Tuhanku?” Engkau berhak atas hidupnya, Engkau yang mengerti semua tentang dia.
Aku mengajarnya tentang Engkau, seperti aku mengenal-Mu. Aku menceritakan tentang Tuhan kepadanya, lebih banyak dari yang sudah-sudah, aku hanya berharap ia kelak bercerita tentang-Mu lebih banyak setelah aku tak mampu lagi menceritakan tentang-Mu padanya (aku mencintai Engkau ya Tuhan Allahku).
Betapa aku gembira mendengarmu mulai mengikuti pelayanan di Gereja, Aku suka mendengarmu tertawa, aku suka melihatmu bercerita tentang teman-temanmu.
Doaku semakin hari-semakin lama dan aku tak lagi takut terhadap epilepsi yang menyerangmu. Pepatah bijak berpesan ada istilah bekas suami atau bekas istri, tetapi tidak pernah ada istilah bekas anak. Apapun musibah menimpa seorang anak, stausnya anak tetaplah anak hingga ajal memisahkan. Amin