Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Miyuki ‘Survive’ Menjalani Kehidupan Tanpa Penglihatan/Buta

17 Maret 2016   11:24 Diperbarui: 10 April 2016   08:38 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dokumen facebook/Adi Pujakesuma"][/caption]Makassar, 17 Maret 2016

Buku yang berjudul Aku Terlahir 500 gram dan Buta ini boleh dikatakan sangat menginspirasi para orang tua dimana pun berada. Karena buku ini diadaptasi langsung dari kisah nyata merupakan best seller hingga menguras air mata pembacanya.

Dalam karangan-karangannya Miyuki menceritakan kisah dirinya, ibu yang selalu keras padanya, tangis dan tawa bersama ibu, dan cerita-cerita mengharukan yang didengar dari ibunya. Melalui karangan-karangan ini pula Miyuki menjadi sadar, berkat motivasi ibunya, Miyuki bisa menjalani kebutaannya. Kecintaan Miyuki pada dunia tulis-menulis ini akhirnya membuahkan buku/novel ini. Ketika Anda membaca buku/novel ini Anda akan merasa seolah-oleh Miyuki bercerita pada kita.

Sejak kali pertama saya membeli hingga kini belum tuntas juga membacanya, baru daftar isi saja mampu membuat haru biru tak ayal bulu kudu saya berdiri, perlahan judul demi judul saya buka, perlahan namun pasti kandungan kalimat dalam buku tersebut sepintas saya baca tidak tuntas, baru awal paragraf saja air mata rentan menetes. Seolah-olah kita turut hanyut dalam keharuan.

Boleh saya katakan buku dari alih bahasa Jepang ke bahasa indonesia, cukup tepat buat terapi insting kemanusiaan kita sebagai manusia. Miyuki Inoue lahir di kota Kurume, propinsi Fukuoka pada tanggal 21 Agustus 1984. Terlahir hanya dengan berat 500 gram dan buta, Miyuki hanya tinggal dengan ibunya saja, karena ayahnya sudah meninggal dunia sebelum dia dilahirkan ke dunia.

Terlahir terlalu cepat atau prematur dimuka bumi sama sekali tidak menangis berat badan hanya 500 gram, seperenam dari berat bayi pada umumnya. “Anak ini mungkin akan bertahan paling lama dua atau tiga hari saja,” kata dokter. Ibunya berkata “tidak. anakku tidak akan mati.” Diberi nama Miyuki, sesuai namanya supaya bisa survive bertahan hidup penuh dengan keberuntungan/kebahagiaan.

Pada tahun 1988 Miyuki masuk TK Megumi. Setelah lulus TK Miyuki masuk SLB Fukuoka program Sekolah Dasar pada tahun 1991. Pada tahun 1997 Miyuki masuk SLB Fukuoka program Sekolah Menengah Pertama. Menjadi anggota OSIS waktu kelas satu dan dua SMP. Memenangkan lomba antar sekolah dengan judul pidato “Air Mata Ibu.” Lalu Miyuki memenangkan lomba mengarang tingkat Kyushu dengan pidato “Air Mata Ibu” pada tahun 1998. Banyak piala dan penghargaan yang didapat oleh Miyuki karena pada tahun 1999-2000 Miyuki memenangkan lomba mengarang tingkat nasional Kanpo dengan cerpen yang berjudul “Diriku Dalam Genggaman.” Cerpennya yang berjudul “Ikatan” dimuat dalam antologi cerpen bertema HAM. Memenangkan lomba debat nasional.

Kemudian menerima penghargaan pendidikan kebudayaan Fukuoka pada bulan Februari dan masuk SLB Fukuoka program Sekolah Menengah Atas pada bulan April. Autobiografi berjudul “Aku Terlahir 500 Gram dan Buta,” diterbitkan pada bulan Juli. Lalu pada tahun 2001-2002 autobiogarfi “Aku Bisa Naik Sepeda” Usia 17 tahun dan Sehat diterbitkan. Dan sekarang Miyuki masuk SLB Fukuoka program Akademi Keperawatan, dan sedang mendalami bidang keperawatan dan pemijatan.

Buku ini juga bermanfaat ganda yaitu kita harus belajar dengan giat agar kita bisa menggapai cita-cita kita, didalam buku ini juga tertulis bahwa “karena aku cacat aku harus berusaha lebih keras daripada orang lain yang lebih normal dariku.” Kita sebagai orang yang memiliki tubuh yang sempurna kenapa kalah dengan orang yang cacat atau orang yang memiliki kekurangan, kita juga harus memiliki semangat juang yang orang-orang seperti Miyuki miliki.

[caption caption="Dokumen Facebook/Adi Pujakesuma"]

[/caption]Tutur bahasa yang sederhana membuat buku/novel ini mudah dipahami. Hal ini tentunya juga didukung oleh sang penerjemah, Tiwuk Ikhtiari. Baik dan layak dibaca oleh semua orang, terutama diperdengarkan pada sesama kita yang tidak diberikan organ tubuh normal termasuk mata. Pertama, dengan membaca buku/novel ini wawasan kita tentang ”kebutaan” akan menjadi lebih positif. Memang, ”kebutaan” itu membuat pemiliknya harus berusaha lebih keras dalam mendapatkan sesuatu.

Miyuki, satu diantara jutaan orang yang buta, berhasil mendobrak kebutaannya dengan bantuan penuh ibunya. Oleh karena itu, jangan menjadi lemah karena putri-putra, kakak-adik, atau orang tua kita yang buta. Hanya orang tidak dapat melihat, hanya orang tidak dapat mendengar yang memiliki kepekaan jiwa. Akan tetapi, doronglah dia menjadi positif dalam memandang hidup.

Dalam cerita ini mengajarkan bahwa kelembutan dan cinta kasih akan membuka kemampuan seseorang untuk bertahan walaupun tidak sempurna.

Surga ada ditelapak kaki ibu, merupakan pesan yang dapat kita petik dari kisah inspiratif Miyuki.
“Ibu, air matamu adalah kehidupanku dan kata-katamu adalah masa depanku”

(Miyuki)

sumber: Buku/Novel “Aku Terlahir 500 Gram dan Buta”

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun