[caption caption="siswa/siswi Bosowa International School"][/caption]BOSOWA sudah barang tentu tidak asing ditelinga masyarakat Makassar, ya...merupakan perusahaan “raksasa” milik klan Aksa Mahmud putra daerah asli Makassar, beliau adalah pendiri Bosowa Group, pemilik merk semen Bosowa dan Holcim, sang raja semen Indonesia. Menurut Majalah Forbes Ia menduduki peringkat 35 dengan kekayaan US$710 juta. Jika dibandingkan tujuh miliarder pendatang baru yang masuk daftar 40 orang terkaya Indonesia, harta kekayaan Aksa menempati posisi ke-6. Sebelumnya mohon maaf kalau ada kesalahan, harap di klarifikasi. Secara tersirat BOSOWA merupakan singkatan berbagai daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Selatan, meliputi Bone, Soppeng dan Wajo maka jadilah suatu rangkaian kata BOSOWA.
Bosowa menggeluti berbagai business seperti semen, otomotif, media, properti, transportasi, jasa keuangan, logistik, energi, pertambangan, infrastruktur, multi bisnis, yayasan, sumberdaya alam. Dunia pendidikan pun tak lepas dari bidikannya, melalui Bosowa Foundation menitik beratkan pada upaya membantu peningkatan kualitas pendidikan. Saat ini, PT Bosowa Group melalui Bosowa Foundation dan yayasannya telah membina Bosowa International School, Bosowa Sekolah Alam dan Bosowa Universitas yang sebelumnya adalah Universitas 45, Makassar.
Bosowa International school salah satu sekolah berlebel elite di Makassar berupaya membantu program pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, peningkatan daya saing dan mendukung perkembangan industri di Indonesia melalui pendidikan. Bosowa International school merupakan suatu lembaga pendidikan vokasi yang didirikan sebagai sumbangsih dari Bosowa khususnya kepada masyarakat Sulawesi Selatan dan umumnya kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Suatu kehormatan tersendiri mendapat kunjungan dari siswa-siswi kelas X SMA Bosowa International School ke Kantor Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Sulawesi dan Maluku, pada Rabu (3/2). Sebanyak 47 siswa, dan 2 perwakilan guru mengikuti proses diskusi mengenai lingkungan hidup, konsep eco office serta praktek pembuatan Lubang Resapan Biopori (LRB). Permainan pesan berantai/estafet mengenai lingkungan, ditutup dengan mengolah barang-barang daur ulang berupa botol plastik bekas menjadi barang bernilai ekonomis.
Selain bahasa inggris, kurikulum pendidikan Lingkungan Hidup merupakan metode wajib SMA Bosowa Internatioanl School milik Bosowa.
Kedatangan rombongan SMA Bosowa Internatioanl School di kantor P3E dalam rangka belajar lingkungan. “Tujuan kami ke sini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pendidikan lingkungan hidup, sesuai kurikulum yang ada di sekolah. Kami berharap ada share informasi terhadap siswa/siswi bagaimana mengaplikasikan konsep sekolah berbasis lingkungan hidup,” kata salah satu guru pendamping.
Sebagai sekolah bertaraf internasional di Kawasan Timur Indonesia (KTI), pihaknya sedang berupaya keras untuk menciptakan iklim sekolah berwawasan lingkungan yang menyenangkan bagi siswa, guru maupun pegawai. Karena itulah, kami berkomitmen untuk menjadikan lingkungan sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bahkan menjadi hiburan bagi semuanya. Dan itu bisa terwujud bila kita menghadirkan sekolah berwawasan lingkungan.
Ujar Kabag Tata Usaha P3E Suma, dalam sambutan sekaligus membawakan materi tentang arti penting “bersahabat” dengan sampah, harapannya siswa/siswi sepulang dari kantor P3E Suma mengajak teman-teman lainnya untuk memanage angka penggunungan sampah mulai dari rumah tangga hingga TPA.
Beliau mengatakan “coba siswa/siswi Bosowa International School menanam sampah plastik, atau sterofom di tanah-kembali digali setelah menginjak usia bapak-bapak/ibu-ibu, apa yang terjadi terhadap plastik tersebut? intinya plastik tersebut tidak akan memudar bahkan musnah puluhan bahkan ratusan tahun lamanya, imbuhnya,”
Konsep eco office bisa diterapkan di sekolah dengan konsep eco school, tidak serta merta ini berjalan mulus paling tidak melalui edukasi lingkungan siswa/siswi merasa peduli terhadap lingkungan yang mulai tercemar, sekecil apapun aksinya jika dilakukan terus menerus tentu akan menuai hasil. Menghemat, menggunakan kembali, daur ulang salah satu metode perilaku mengurangi “penggunungan” mengolah sampah menjadi barang bernilai ekonomis, dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari,”
Salam Bersih dan Hijau Lestari,
Makassr, 3 Februari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H