Indonesia kehilangan lahan basah dengan kecepatan lebih dari 100.000 hektar per tahun (http://indonesia.usaid.gov). Bahkan laju konversi lahan basah di Indonesia semakin meningkat terutama pada periode tiga dasawarsa terakhir.
Hal tersebut menjadi konsekuensi logis yang harus diterima sebab strategi pembangunan di Indonesia lebih berorientasi pertumbuhan dibanding pembangunan pro-ekologi.
Fungsi lahan basah sebagai penyerap air sangat penting peranannya saat hujan tiba. Jika penataan kota sejak awal mengedepankan potensi lingkungan, tentu luapan air di musim penghujan banjir tidak akan parah, jika pemerintah dapat mengelola kota secara berkelanjutan?
Seiring kian berkurangnya luas lahan basah ini maka akan berkurang pula populasi flora dan fauna yang dapat menghasilkan sebagai ekonomi/usaha bagi petani tambak maupun nelayan.
Setelah kita mengetahui definisi serta fungsi dan kegunaan dari lahan basah maka pertanyaan selanjutnya apa yang bisa akan kita lakukan?
Pertama adalah hal yang sangat mudah tapi sulit untuk mengimplementasikannya yaitu adanya suatu niat dan motivasi dalam diri kita untuk melestarikan lingkungan di halaman perkarangan kita sendiri.
Caranya, memberi ruang untuk resapan air, atau hal termudah dengan membuat lubang resapan biopori sehingga air makin cepat meresap ke dalam tanah serta jangan “BETONISASI” semua bangunan areal rumah kita sehingga menyulitkan air untuk meresap ke dalam tanah.
Nah, kalau sudah banjir dimana-mana jadi kita tahu bahwa penyebabnya tidak selalu sampah atau jangan-jangan rumah yang kita tempati saat ini berada di Lahan Basah. Wah parah!!!
Lestarikan Lahan Basah, selamatkan kehidupan, selamat memperingati Hari Lahan Basah Sedunia.
Diolah dari pelbagai sumber.
Makassar, 25 Januari 2016