By: Adi Pujakesuma
Â
Ketika orang masih sukaria sisa tutup tahun semalam suntuk
Pandanganku menerawang jauh tertuju pada sosok ibu muda dibawah usiaku
Bergelut dengan waktu demi mengasupi buah hati
Yang lama dalam kenangan alam bawah sadarku
Ketika hasrat begitu melekat
Jungkir balik menusuk rusukmu
Ternyata...
Lelaki itu lebih beruntung dariku
Siang diharap
Malam diharap
Lain diharap
Lain didapat
Â
Haruskah ku palingkan inginku demi melebur pelipur lara?
Digerbang hati
Tandu rindu berpacu menentang waktu
Terkulai ku
Kepalaku terbaring pilu pada kedua pahamu yang kokoh menginjak bumi
Lantas
Ku membungkuk undur diri lenyap bak ditelan bumi
Dan.....
Kutemukan belahan jiwa pada waktu tak terduga
Tak mau berlama-lama
Pelaminan menanti didepan mata
Mengarungi biduk rumah tangga
Bagai raja dan ratu sehari
Disni...
Di kota ini suka duka terbina bersama
Dari relung hati terdalam ingin melupakan kebaikanmu
Selentingan menyapaku melalui sosial media
Selanjutnya kamu pula yang blokirnya
Aku harus bagaimana sayang....
Tanpa penjelasan ataukah tidak familiar dengan tabiat cerobohku
Atau jijik terhadap sakitku???
Pastinya.......
Perjuangan tak kenal lelah ini
Menyuburkan kamasutramu dan dia
Aku pun telah berdosa memberi kehangatan terlarang terhadapmu
Harapanku sama seperti harapanmu
Ketulusan rinduku
Ku tatap erat penuh rasa hormat meski bertepuk sebelah tangan
Kali ini....
Aku tidak bermaksud berbuat seperti itu
Tuhan...
Jika KAU ijinkan umur menemuinya
Kan ku pegang erat kedua kakimu agar tak lari dariku
Hingga terucap ma’af sayang!!!
Setelahnya....
Ku kan menyingkir tanpa kebencian
Senyumlah lebar
Bahagiamu adalah bahagiaku
Dukamu adalah dukaku
Seperti do’a ku
Â
sumber: Ilustrasi
Makassar, 07 Januari 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H