Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seperti Do’a ku

7 Januari 2016   13:28 Diperbarui: 9 Januari 2016   10:03 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By: Adi Pujakesuma

 

Ketika orang masih sukaria sisa tutup tahun semalam suntuk

Pandanganku menerawang jauh tertuju pada sosok ibu muda dibawah usiaku

Bergelut dengan waktu demi mengasupi buah hati

Yang lama dalam kenangan alam bawah sadarku

Ketika hasrat begitu melekat

Jungkir balik menusuk rusukmu

Ternyata...

Lelaki itu lebih beruntung dariku

Siang diharap

Malam diharap

Lain diharap

Lain didapat

 

Haruskah ku palingkan inginku demi melebur pelipur lara?

Digerbang hati

Tandu rindu berpacu menentang waktu

Terkulai ku

Kepalaku terbaring pilu pada kedua pahamu yang kokoh menginjak bumi

Lantas

Ku membungkuk undur diri lenyap bak ditelan bumi

Dan.....

Kutemukan belahan jiwa pada waktu tak terduga

Tak mau berlama-lama

Pelaminan menanti didepan mata

Mengarungi biduk rumah tangga

Bagai raja dan ratu sehari

Disni...

Di kota ini suka duka terbina bersama

Dari relung hati terdalam ingin melupakan kebaikanmu

Selentingan menyapaku melalui sosial media

Selanjutnya kamu pula yang blokirnya

Aku harus bagaimana sayang....

Tanpa penjelasan ataukah tidak familiar dengan tabiat cerobohku

Atau jijik terhadap sakitku???

Pastinya.......

Perjuangan tak kenal lelah ini

Menyuburkan kamasutramu dan dia

Aku pun telah berdosa memberi kehangatan terlarang terhadapmu

Harapanku sama seperti harapanmu

Ketulusan rinduku

Ku tatap erat penuh rasa hormat meski bertepuk sebelah tangan

Kali ini....

Aku tidak bermaksud berbuat seperti itu

Tuhan...

Jika KAU ijinkan umur menemuinya

Kan ku pegang erat kedua kakimu agar tak lari dariku

Hingga terucap ma’af sayang!!!

Setelahnya....

Ku kan menyingkir tanpa kebencian

Senyumlah lebar

Bahagiamu adalah bahagiaku

Dukamu adalah dukaku

Seperti do’a ku

 

sumber: Ilustrasi

Makassar, 07 Januari 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun