Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bromocorah "Bayaran" Hentikan Aktivitas “Si Kancil” Aktivis Lingkungan Hidup

1 Oktober 2015   14:30 Diperbarui: 2 Oktober 2015   07:34 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salim Kancil aktivis Lingkungan Hidup terkenal vocal menolak melawan penambang pasir “ilegal” di Lumajang Jawa Timur.  Konflik yang terjadi di Lumajang bersifat laten. Sejak lama masyarakat terlibat pro dan kontra tambang pasir sehingga saling benturan di lapangan.

Salim kancil dan Tosan memang menentang habi-habisan dengan adanya praktek penambangan pasir “liar” di daerahnya, mengakibatkan kerusakan lingkungan dan habitat sekitarnya, serta merugikan negara miliaran rupiah.

Perlawanan aktivis Lingkungan seperti Salim Kancil dan Tosan mendapatkan perlawanan “sadis” dari “bromocorah” bayaran terkeji tahun ini terhadap HAM setelah aktivis HAM MUNIR. Parahnya, penganiayaan terhadap Salim Kancil oleh 40-an orang dilakukan telanjang di depan warga. Kekejian yang mirip tragedi 1965. Sejarah paling gelap negeri ini yang membuat nyawa seakan tidak ada harganya. Memang korban tewas dalam penolakan tambang pasir ini tidak sebanyak tragedi 1965, namun vulgarnya penganiayaan, ketakutan masyarakat dan tidak berdayanya negara, membuat ke sadisan dua kasus ini mirip.

Salim diseret dari rumahnya lalu disiksa, disetrum, digergaji dibagian lehernya dan juga dipukul dengan benda tumpul dan juga cangkul. Kekejian ini kembali teringat gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G 30 S/PKI), menginjak usia ke 50 Tahun, akhirnya menemui ajalnya setelah dipukul menggunakan batu dibagian kepalanya dan sekujur tubuhnya.

Sudah tahu tambang-tambang pasir ini “ilegal” , telah mem "begal" lahan pertanian di pesisir pantai. Tapi oleh pemerintah dan aparat setempat dibiarkan. Tidak ada tindakan tegas".

"Biasanya, penambangan ilegal ini dikuasai oleh oknum petinggi desa setempat dan mengkoordinasikan warga yang berpihak pada penambang pasir".

Siapa aktor "intelektual" dibalik lenyapnya nyawa salim kancil? Entahlah yang jelas hingga hebohnya berita "tambang pasir liar” belum ada yang berani mengungkap dibalik skenario besar tewasnya aktivis LINGKUNGAN HIDUP “Si Kancil”, dia terkenal orang yang lincah, tidak kenal takut dan ceplas-ceplos gaya bicaranya, makanya label “kancil” tersemat dibelakang namanya.

Dari informasi berbagai media online, penolakan warga atas penambangan pasir liar di Lumajang ini sudah berlangsung lama. Penambangan pasir liar juga terjadi di beberapa daerah di Lumajang, seperti di Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun. 

Perlindungan terhadap warga yang ingin mempertahankan lingkungan dan kehidupannya, masih belum terjamin, “Kekerasan dan tewasnya Salim adalah salah satu bukti otentik”. Pertanda belum solidnya lembaga yang berkecimpung di Lingkungan Hidup, penggabungan “dualisme” kementerian belum sepenuhnya padu, syarat akan muatan politik individualistis pemangku jabatan lokal.

Peran mereka yang demikian sentral dalam setiap fase kehidupan, begitu otoriter, hingga mengintimidasi hak masyarakat setempat dalam memperoleh Lingkungan Hidup yang baik dan sehat. Membuat WESTERLING tersenyum dari liang lahat di abad kejayaan sang TIKUS. “Kalau hanya senyum yang engkau berikan Westerling pun tersenyum” kata bang iwan fals.

Mudah-mudahan “HUKUM” tanah air betul-betul memihak kepada kaum marjinal, menuntut agar pemerintah dan aparat penegak hukum profesional mengusut tuntas kasus tersebut. Termasuk mampu mengatasi kongkalikong kaum elite, sehingga mampu mengubah stigma negatif “hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas” jangan seperti burung onta yang menyembunyikan kepala di pasir agar terhindar dari mara bahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun