sumber gambar : google.com
Kegelisahanku sempat tertunda beberapa minggu karena kerjaan, kini saya fokus meluangkan waktu spesial buat melahirkan sebuah tulisan, tanpa sengaja menyaksikan kisah inspiratif tayangan KOMPAS TV. Terperanjat sekaligus malu, sambil menelan ludah pun nyaris parau, takjub atas kegigihan figure bapak Ridwan Sururi (41). Sebenarnya, saya mau menyebutkan namanya saja, karena kita se usia sama-sama kepala empat.
Nyaris meniti air mataku menguak artikel ini, inspirasi pak Ridwan tanpa pamrih mencerdaskan kehidupan bangsa bersama kuda bernama Luna. "Luna tadinya kuda liar, tetapi saya jinakkan. Saya senang karena dia tidak menendang dan menggigit, makanya saya pilih dia untuk bertemu dengan anak-anak kecil. Kalau dengan Luna dijamin anak-anak aman," katanya.
Kehadiran kuda pustaka asuhannya menjadi primadona warga lereng Gunung Slamet memang selalu ditunggu kehadirannya oleh warga sekitar. Dari cerita di media, Ridwan mengatakan dirinya tidak mencari uang dari perpustakaan keliling tenaga kuda, karena dia "mencari kepuasan batin dari hobi."
Sesekali ku hela nafas dalam-dalam, saking merindingnya menyaksikan kisah inspiratif Ridwan, ini pantas disebut “bukan pahlawan kesiangan” bagi generasi penerus bangsa. Ditemani anak perempuannya, Indriani Fatmawati, dan kuda bernama Luna, Ridwan berkeliling dari satu desa ke desa lainnya membudayakan minat baca kepada anak-anak usia dini.
Varian judul buku yang dibawa kuda itu selalu ditunggu warga. Dipinjamkannya buku-buku tersebut secara cuma-Cuma alias gratis tanpa embel-embel "fee atau upeti". Tak dihiraukan peluh menetes membasi baju, sehingga nampak jelas sekali keringat keikhlasannya terpancar dari auranya yang murah senyum, patut diacungi 1000 jempol bahkan lebih. Ridwan selalu mengangkut bukunya ditemani kuda putih nan cantik bernama Luna (bukan artis Luna Maya) dan meminjamkan buku itu untuk anak-anak kecil maupun orang dewasa. Maka, pada hari-hari itu kuda tersebut berubah layaknya perpustakaan keliling.
Setiap hari-hari tersebut, Luna bersama Ridwan menembus dinginnya udara sejak setapak demi setapak menempuh perjalanan dengan medan yang kurang bersahabat menuju lokasi-lokasi kelilingnya. Di atas punggung Luna terlihat rak kayu yang penuh dengan buku.
Senyum kebahagiaan terkadang menghiasi wajah Ridwan merupakan ladang amal keluarga dunia akherat. Dengan setia Si Luna cantik mengikuti jejak tuannya membawa buku-buku untuk anak-anak. Tujuan pertama Ridwan adalah sekolah, yaitu SD 5 Serang. Sengaja berangkat pagi agar saat tiba di sekolah bersamaan dengan waktu jam istirahat. Sesampai di depan sekolah, sambil menunggu anak-anak istirahat, dia mulai menata buku yang dibawa di punggung Luna. Bukan artis loh, Maaf mbak Luna Maya!!!.
sumber gambar : google.com
Tidak butuh waktu lama sambil menata buku yang dia bawa bersama Luna. antusiasme anak-anak lebih senang karena ada kudanya, melayani peminjaman penuh keramahan, sekaligus mencatat buku yang dipinjam anak-anak SD. Waktu peminjaman buku diberikan kelonggaran kepada anak-anak maksimal satu minggu. Minggu berikutnya dia akan mengambil buku yang dipinjam dan menyediakan buku baru lagi. Jerih payahnya terbayar oleh banyaknya donatur dari kota, sebelumnya tidak pernah didapatkannya.
Saya berani bilang, inilah pahlawan tanpa tanda sejati, tanpa banyak menuntut, tanpa banyak bicar, perantara buku dan kuda, menebar ilmu secara murah tapi tidak murahan, bahkan jauh dari bayangan saya, akhir-akhir ini banyak dermawan “andil” menyumbangkan buku, yang mungkin tidak pernah dilakukan donatur setelah booming di berbagai media.
Setiap keliling desa biasanya Luna membawa hingga 100 buku. Sebagian besar peminjam memang dari kalangan anak-anak, mereka meminjam buku cerita rakyat, cerita pahlawan dan buku bergambar. Sedangkan untuk orang dewasa biasa meminjam buku motivasi, buku pertanian dan buku peternakan.
Meski kebanyakan buku yang dibawa diluar mata pelajaran (non formal) sekolah, tujuan membudayakan minat baca terhadap anak-anak tercapai, bisa jadi diluar espektasi pak Ridwan.
Sebagai salah satu petugas perpustakaan instansi pemerintah tak jarang merasa sedih dengan keberadaan gedung-gedung perpustakaan, mewah berdiri, kaya fasilitas moderen, ruang perpustakaan ber AC tapi lengang pengunjung, tidak akan pernah pantas disandingkan dengan loyalitas Ridwan.
Allahu Akbar !!!, diantara meroketnya harga sembako, resume langkanya daging sapi akibat ulah spekulan negatif, masih ada manusia lugu namun cerdas meluangkan waktu serta tenaganya peduli terhadap perpustakaan. Intinya jauh dari watak monopoli kapitalis, kongkalikong, pat gulipat, potong sana-potong sini demi kepentingan pribadi atau golongan.
Sungguh !!! Luar biasa perjuangan beliau dalam mewujudkan semangat membaca.
Sudah saatnya !!! demam batu akik, masyarakat indonesia beralih mencintai buku, supaya tidak sebagai bangsa jahiliyah (kebodohan) yang menyuburkan neolib moderen, kolonial masa kini, feodalis, kapitalis, arogan dan “KEPALA BATU”. Pepatah bijak menyerukan “BUKU ADALAH JENDELA DUNIA”.
Impian Ridwan saat ini adalah dapat membeli kuda sendiri, karena Luna adalah kuda milik orang lain yang hanya dititipkan untuk diurus. "Saya khawatir kalau suatu saat Luna dijual oleh pemiliknya maka Kuda Pustaka bisa pupus ditengah jalan," pungkasnya.
Semoga manusia-manusia beruang/berduit terketuk hatinya mengulurkan bantuan terhadap figur-figur inspiratif seperti Pak Ridwan. Amin
Akhir kalimat, sebait puisi buat Pak Ridwan dan Kudanya :
Kuda “Pustaka” titipan juragan buat pak Ridwan
Si cantik bernama LUNA.
Malu dong....
Kuda saja mau berkecimpung sama buku
Sementara zaman millenium....
Katanya...
Serba digital dan online
Manusia berpendidikan masih mau diperbudak batu akik
Sungguh kerdil otakku !!!
Dimana TITEL ku gunakan selama ini
Akankah...
Zaman millenium kembali ke zaman megalitikum
Makassar, 12 Agustus 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H