Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Filosofi Gundul-Gundul Pacul Sunan Kalijogo Buat Pemimpin “PALSU” Antagonis

25 Juni 2015   18:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:12 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang Jawa memiliki filosofi tentang pacul, pacul/cangkul merupakan papat kang ucul (empat yang lepas). Maksudnya adalah kemuliaan seseorang akan sangat tergantung pada empat hal. Yaitu, bagaimana seseorang menggunakan matanya, hidungnya, telinganya, dan mulutnya.

Mata itu seharusnya digunakan untuk melihat kesulitan rakyat, telinga digunakan untuk mendengar nasihat, hidung digunakan untuk mencium aroma wewangian kebaikan, dan mulut digunakan untuk berkata-kata baik penuh kearifan, adil, bijak. Jika, keempat hal tersebut luntur dari seorang pemimpin maka rendah sudah kedudukan serta kehormatannya.

Kemudian gembelengan mengandung makna besar kepala, sombong, dan suka bermain-main dalam menggunakan kehormatannya. Banyak pemimpin yang lupa bahwa dirinya sesungguhnya mengemban amanah rakyat, tetapi dia malah menggunakan kekuasaannya sebagai kemuliaan dirinya, menggunakan kedudukannya untuk berbangga-bangga di antara manusia, Semua hal dianggap mudah, semua hal dianggap dapat diganti dan dibeli, minta dihormati tanpa mau menghormati dan semakin melupakan apa itu nurani ???, menganggap kekuasaan itu karena kepandaiannya (adigang, adigung, adiguno).

Selanjutnya arti nyunggi nyunggi wakul-kul maksudnya adalah membawa bakul (tempat nasi) di kepalanya. Wakul sendiri menyimbolkan kesejahteraan rakyat, kekayaan negara, sumber daya, pajak, dan sebagainya. Banyak pemimpin yang setelah di atas lupa di bawah, bahwa dia mengemban amanah penting membawa bakul di kepalanya. Artinya bahwa kepala yang dia anggap sebagai kehormatannya berada di bawah bakul milik rakyat. Pemilik bakul lebih tinggi kedudukannya dibandingkan pembawa bakul karena ia hanyalah pembantu si pemiliknya (rakyat). Dan sekarang banyak sekali pemimpin yang masih gembelengan, melenggak lenggokan kepalanya dengan sombong, mereka pun bahkan bermain-main dengan kedudukannya. Masih ada anggapan kedudukan merupakan batu lompatan meraih “POPULARITAS” semu.

Akibatnya wakul ngglimpang segone dadi sak latar, bakul jatuh dan nasinya tumpah kemana-mana. Artinya, jika pemimpin gembelengan maka sumber daya akan tumpah kemana-mana, tidak terdistribusi dengan baik dan kesenjangan sosial muncul dimana-mana. Nasi yang sudah tumpah ke tanah sudah tidak bisa untuk dimakan lagi karena kotor. Ya rejekinya ayam, hanya bermodalkan (kertok) ceker sama patok kenyang mengais nasi bercampur debu pasir jalanan.

Meskipun dimaksudkan untuk selalu menghormati pemimpinan, namun tidak membutakan diri untuk meniai perbuatan pimpinan. Karena pemimpin juga memiliki kewajiban yang sama untuk selalu melakukan perbuatanyang benar, baik dan pener. Justru yang memimpin dituntut "lebih" dalam mengaktualisasikan budi pekerti luhur.

sumber gambar : www.google.com

Pimpinan yang tidak memiliki budi pekerti yang luhur disebut tuwa tuwas lir sepah samun (Orang tua yang tidak ada guna dan makna sehingga tidak pantas di tauladani). Gundul-Gundul Pacul merupakan bahan renungan buat Pemimpin “Palsu” Antagonis. Pemimpin yang tidak memiliki budi luhur bukan pemimpin sejati.

Dengan demikian, makna kalimat ini adalah bahwa seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota, tetapi pembawa pacul untuk mencangkul (mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya). Namun, pejabat tinggi yang sudah kehilangan empat indera tersebut akan berubah sikapnya menjadi congkak (gembelengan). kepemimpinannya itu berantakan sia-sia, gagal tugasnya mengemban amanah rakyat, hanya sebagai parasit bagi kesejahteraan rakyat.

sumber gambar : www.google.com

Menulis memang gampang, bicara itu mudah, sebab lidah tak bertulang, tak semudah membalik telapak tangan. Pemimpin juga manusia tak luput dari salah dan dosa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun