Mohon tunggu...
Rosephilia
Rosephilia Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

seorang pelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berbela Rasa Bagi yang Berkekurangan Mental

18 Oktober 2023   07:58 Diperbarui: 18 Oktober 2023   08:16 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam menjalani kehidupan, tentunya kita menerapkan yang namanya berbela rasa terhadap sesama, apalagi sesama yang mengalami kesusahan atau kekurangan. Berbelarasa merupakan salah satu bentuk dari pengaplikasian dan pembuktian bahwa manusia memiliki perasaan dan kasih sayang, perasaan kasih sayang tersebut yang menjadi dasar agar kita bisa tergerak untuk berbela rasa kepada sesama, jadi bisa dibilang bahwa perasaan kasih sayang dan berbela rasa sangatlah berkaitan.

Sebelum menuju lebih jauh kepada bela rasa, tentu kita harus mengerti apa itu arti dari bela rasa. Menurut Oxford Languages yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, bela rasa atau compassion memiliki arti bersimpati dan khawatir terhadap sesama yang menderita atau kurang beruntung. Cocok seperti artinya, masyarakat kerap mengaplikasikan berbela rasa dengan cara membantu orang-orang miskin, menjenguk orang sakit, dan merasa prihatin dengan orang-orang yang berkekurangan. Namun, banyak masyarakat lupa bahwa berkekurangan tidak hanya tentang fisik dan material, namun juga mental.

Di zamannya Gen-Z seperti saat ini, banyak orang yang mulai melek tentang kesehatan mental, banyak yang merasakan bahwa kesehatan mental termasuk sebagai topik yang menarik untuk dibahas. Kesehatan mental merupakan keadaan individu sejahtera menyadari potensi yang dimilikinya, mampu menanggulangi tekanan hidup normal, bekerja secara produktif, serta mampu memberikan kontribusi bagi lingkungannya, dan dengan demikian, kesehatan jiwa mencakup aspek-aspek fisik, psikologis, sosial (Sumber : Wikipedia). Sedangkan menurut dr. Antari Puspita Primananda dari RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, gangguan mental atau mental illness merupakan kondisi kesehatan yang mempengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau kombinasi diantaranya.

Banyak yang masih melabeli pasien dari gangguan mental adalah "gila", "sinting", dan konotasi buruk lainnya. Hal tersebut membuat para pasien gangguan mental tidak mau mengakui dan memanipulasi atau pretending bahwa dirinya tidak mengalami gangguan mental. Mereka kerap menutup diri dari dari masyarakat karena takut akan dilabeli dengan konotasi-konotasi buruk tersebut. Dari label yang ada di masyarakat, maka terbukti bahwa banyak orang yang belum melakukan bela rasa secara merata, mereka menganggap bahwa berbela rasa hanya dilakukan terhadap sesamanya yang berkekurangan dalam fisik dan material, sehingga tidak sadar bahwa berbela rasa kepada sesama yang berkekurangan secara mental juga diperlukan.

Padahal, cara kita berbela rasa kepada sesama yang berkekurangan secara mental bisa dimulai dengan hal yang mudah. Menurut dr. Rizal Fadli melalui situs halodoc.com, kita bisa peduli kepada mereka dengan cara mendengarkan cerita mereka, apabila mereka sedang bercerita, dengarkan saja, jangan banyak berkomentar ataupun bertanya, maka dengan itu mereka akan merasa diperhatikan dan ada orang yang peduli. Kita juga tidak boleh memaksa mereka agar baik-baik saja, karena nyatanya mereka memang tidak baik baik saja, sama seperti orang yang sedang sakit kepala, kita tidak mungkin bilang "Kamu nggak sakit kepala kok! Itu cuma perasaanmu saja!", kan? Maka sama halnya dengan penyakit mental, kita juga tidak bisa memaksa mereka untuk tetap 'sehat'. Dan kita juga bisa mengajak mereka untuk mencari pertolongan apabila kondisi mereka sangat memprihatinkan.

Kesimpulannya, berbela rasa tidak hanya kepada yang berkekurangan fisik dan material, tapi juga kekurangan mental. Kita bisa membantu mereka dengan mendengarkan mereka, tidak boleh memaksa mereka untuk merasa baik-baik saja, dan mengajak mereka untuk mendapatkan pertolongan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun