Mohon tunggu...
Pipit Nurviyanti
Pipit Nurviyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Do the best, Give the best, and Get the best

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengulik Kisah di Balik Makam Sunan Bonang

1 November 2021   06:47 Diperbarui: 1 November 2021   06:51 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TUBAN- Jum'at, 15 Oktober 2021 Mahasiswa KKN RDR Kelompok 105 UIN Walisongo Semarang mengunjungi juru kunci Makam Sunan Bonang di Kutorejo, Kecamatan Tuban, Jawa Timur.

Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian mahasiswa untuk menghargai situs sejarah walisongo terutama yang ada di wilayah Bonang. Selain itu juga untuk mendapatkan informasi mengenai seluk beluk makam Sunan Bonang.

"Makam Sunan Bonang tersebar di 3 tempat yaitu Lasem (Rembang), Tuban, dan Bawean. Namun jumhur ulama dan ahli sejarah  meyakini bahwa makam Sunan Bonang yang asli terdapat di Tuban. Hal ini dapat dibuktikan dari proses pemakamannya. 

Awal mulanya, jenazah beliau sudah dimakamkan di Lasem, namun santri beliau yang berasal dari Bawean tidak terima dan akhirnya mencuri jenazah Sunan Bonang dengan menggunakan kapal kayu. 

Di tengah perjalanan tepatnya di Laut Bonang, tiba-tiba kapal tersebut berhenti dan setelah diperiksa selama 3 hari, ternyata tidak terdeteksi adanya kerusakan di kapal tersebut." Tutur Pak Ilham, selaku juru kunci makam Sunan Bonang.

Tidak hanya sampai disitu, juru kunci yang dikenal dengan nama Pak Ilham juga menuturkan "adanya kejanggalan tersebut, menimbulkan penafsiaran bahwa jenazah Sunan Bonang tidak mau dimakamkan di Pulau Bawean. 

Akhirnya mereka bersepakat untuk memakamkan jenazah Sunan Bonang di dataran Bonang, Tuban. Sementara santri Bawean hanya membawa pulang kain kafan jenazah Sunan Bonang yang kemduian juga dimakamkan di Pulau Bawean"

Kegiatan wawancara tersebut berlangsung selama 30 menit dan dilanjutkan dengan ziarah bersama di Makam Sunan Bonang.

Terakhir beliau berpesan agar selalu menghargai jasa para pendahulu kita, karena adanya kejadian hari ini tidak pernah terlepas dengan kejadian kemarin. Justru lewat kejadian kemarin harus dijadikan sebagai pembelajaran untuk menuju kehidupan yang lebih baik lagi. Wallahu a'lam bishawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun