Dan Kemala pun mendapatkan kesempatan untuk menjadi "pengantin", Misi pertama dan terakhirnya adalah membom kafe Bistro America. Ia pun menyamar menjadi penari di kafe itu untuk mempersiapkan misi sucinya. Sayangnya misi Kemala ternyata sudah terendus intelijen. Prakasa, intel urusan terorisme, ditugaskan untuk menyelidiki rencana teror. Prakasa kemudian menyamar sebagai pelanggan setia klub malam dan berpura-pura akan "menyewa" si teroris cantik belia yang ada di sana: Kemala. Prakasa adalah pemuda apatis dan dingin. Ia tidak kenal cinta. Namun pertemuan Prakasa dengan Kemala meledakan bom cinta jauh sebelum ledakan maut benar-benar terjadi. Kini dua insan yang berlawanan jenis sekaligus ideologi, dan harus memilih melaksanakan tugas atau hati. Kemala akhirnya sadar bahwa pemahamannya selama ini telah dipelintir dan dimanfaatkan oleh kepentingan sekelompok orang tertentu dengan mengatasnamakan Islam. Setelah menjalani hukuman di penjara, Kemala dan Prakasa pun bersatu. Kemala semakin yakin bahwa sesungguhnya Islam adalah agama yang membawa kedamaian di dunia ini. Tak ayal dalam beberapa bagian Novel ini pun mendapatkan kritikan seperti yang diungkapkanantara lain dari K.H M al Khaththath, Sekjen FUI, yang mengatakan bahwa novel ini cukup menarik, namun aroma propagandanya terasa dipaksakan. memahaminya.Apapun itu kontroversi terhadap novel ini, saya yakin Pembaca semua tentu bisa dengan cerdas memahaminya. yang pasti novel ini memiliki pesan moral yang hendak disampaikan jangan pernah membajak Tuhan untuk membenarkan tindakan keji dan kejam [ seperti yang diucapkan oleh Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif, guru bangsa dan mantan Ketua Umum Muhammadiyah] Karena Islam adalah agama perdamaian dan kemanusiaan, Islam Rahmatan lil 'alamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H