Mohon tunggu...
Pipit Apriani
Pipit Apriani Mohon Tunggu... profesional -

Pemantau pemilu di KIPP Indonesia (Komite Independen Pemantau Pemilu). Blogger : www.forum-democracy.blogspot.com (pemilu) , www.les-bahasa-jerman.blogspot.com (belajar bahasa Jerman), www.merajut-itu-asyik.blogspot.com dan beberapa blog lainnya.\r\nSedang belajar di Pasca Sarjana FISIP UI Ilmu Politik tahun 2013 sampai sekarang.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bahasa Sandi Petugas Keamanan

10 November 2010   01:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:44 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam keriuhan menyambut dan menentang kedatangan Obama ke Jakarta 9 November 2010, ada sekelompok kecil pendukung demokrasi menyuarakan "penolakan terhadap pemilu Burma" di depan kedutaan Burma dan kantor UNDP di Jakarta. Burma adalah sebuah negara kecil, tetapi kerap masuk ke dalam berita aktivis demokrasi dan HAM, karena banyaknya pelanggaran yang terjadi di sana. Aung San Suu Kyi adalah salah satu isu yang kerap didengar, tetapi sebagaimana denomena gunung es, di bawahnya ada banyak pelanggaran HAM yang diderita oleh jauh lebih banyak orang. Pemerintah junta militer tidak menghargai hak sipil dan politik warga negara, terutama kaum etnis. Negara-negara ASEAN tak bersuara, karena policy ASEAN adalah tidak mencampuri urusan dalam negeri anggota-anggotanya. Tetapi kenyataannya, Burma juga merupakan batu sandungan bagi ASEAN dalam hubungan dunia internasional. [caption id="attachment_74459" align="aligncenter" width="1024" caption="Demo di depan kedutaan Burma di Jakarta"][/caption] SIAP = Solidarity Indonesia for Asian People, merupakan koalisi dari beberapa elemen aktivis demokrasi di Jakarta, salah satunya adalah KIPP, Komite Independen Pemantau Pemilu. Organisasi pemantau pemilu pertama di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1996. Setelah berorasi di depan kedutaan Burma, SIAP menuju kantor PBB yang terletak di Jl. M.H. Thamrin. Untuk menyampaikan pesan, bahwa PBB harus lebih aktif lagi untuk menyelesaikan masalah Burma. [caption id="attachment_74461" align="aligncenter" width="300" caption="Pembacaan pernyataan sikap KIPP di depan gedung PBB"]

128934960727066638
128934960727066638
[/caption] Sayang, usaha pendidikan demokrasi yang dilakukan oleh para aktivis demokrasi ini diwarnai oleh insiden yang tidak patut. Perwakilan PBB mengizinkan 3 orang dari para demonstran yang jumlahnya tidak lebih dari 11 orang ini untuk masuk dan berdialog. Tetapi oknum pihak keamanan menyebutkan 'tiga ekor', sehingga membuat berang para aktivis dan menuntut oknum yang menyebutkan kata-kata ini untuk meminta maaf. Para petugas keamanan ini minta maaf setelah didesak juga oleh polisi yang mengawal demo. Argumen mereka adalah 'ekor' adalah bahasa sandi mereka (?????!!!!!). Kok, bisa ? Tempat seprestisius tersebut memiliki bahasa sandi yang melecehkan. Pipit Apriani, divisi Hubungan Internasional KIPP Indonesia, International Election Observer, jaringan ANFREL (Asia Network For Free Election)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun