Indonesia mendapatkan kesempatan emas untuk menjadi calon tuan rumah Piala Dunia U-20 pada tahun 2021. Sayangnya, kesempatan tersebut tidak berhasil diperoleh oleh Indonesia. Berikut ini adalah sejarah singkat mengenai sepak bola di Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan Indonesia dalam menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, serta konsekuensi yang dihadapi oleh Indonesia.Â
Sejarah Sepak Bola di Indonesia
Sepak bola di Indonesia memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak masa kolonialisme Belanda. Olahraga ini pertama kali diperkenalkan pada akhir abad ke-19 oleh bangsa penjajah kepada masyarakat pribumi, terutama di kalangan kaum elite. Sepak bola kemudian berkembang pesat, terutama setelah berdirinya berbagai klub-klub sepak bola lokal dan pengenalan kompetisi-kompetisi yang semakin intensif.
Pada tahun 1930, Indonesia (dulu Hindia Belanda) menjadi bagian dari Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), yang menandai awal perjalanan internasional sepak bola Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, sepak bola tetap menjadi olahraga yang sangat populer di kalangan masyarakat. Indonesia pun membentuk Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada tahun 1930, yang bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengembangan sepak bola di tanah air. Keberhasilan Indonesia dalam meraih beberapa prestasi di kancah Asia dan regional menunjukkan potensi besar sepak bola Indonesia, meskipun masih sering menghadapi kendala, baik dari segi manajerial, politik, hingga infrastruktur.
Sepak bola Indonesia melalui berbagai pasang surut. Pada periode 2000-an, meskipun sempat menghadapi krisis dan ketidakstabilan organisasi, sepak bola Indonesia tetap memiliki basis penggemar yang besar, dengan antusiasme yang tak pernah pudar. Bahkan, harapan untuk Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada tahun 2023 menunjukkan betapa tinggi minat dan semangat masyarakat terhadap sepak bola. Namun, kegagalan Indonesia dalam mewujudkan impian tersebut mengungkapkan sejumlah persoalan mendasar dalam dunia sepak bola Indonesia, baik terkait politik, administrasi, maupun kesiapan infrastruktur.Â
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN INDONESIA SEBAGAI TUAN RUMAH PIALA DUNIA U-20
Indonesia sejak lama telah memperlihatkan antusiasme yang tinggi dalam mengikuti ajang olahraga, termasuk sepak bola. Oleh karena itu, ketika Indonesia diumumkan sebagai salah satu calon tuan rumah Piala Dunia U-20 pada tahun 2021, banyak harapan dan ekspektasi tinggi yang ditumpahkan kepadanya. Namun, pada akhirnya Indonesia gagal menjadi tuan rumah Piala U-20 dan kekecewaan menghampiri banyak pihak.
Kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala U-20 adalah sebuah fenomena yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan ini. Pertama, faktor infrastruktur. Meskipun Indonesia memiliki stadion sepak bola yang cukup banyak, namun sebagian besar stadion tersebut tidak memenuhi standar internasional dan membutuhkan renovasi yang cukup besar agar bisa menjadi tempat pertandingan yang memadai. Selain itu, transportasi yang buruk dan tidak efisien juga menjadi masalah serius dalam memfasilitasi para peserta dan penonton.
Kedua, faktor keamanan. Keamanan selalu menjadi faktor penting dalam ajang olahraga besar seperti Piala Dunia U-20. Diperlukan kerja keras dan kesiapan yang matang dari pihak keamanan untuk menjaga ketertiban dan keamanan selama ajang tersebut berlangsung. Sayangnya, Indonesia masih memiliki masalah keamanan yang cukup serius, terutama di beberapa daerah yang rawan konflik dan teroris. Hal ini tentu saja membuat banyak pihak khawatir dan menolak Indonesia sebagai tuan rumah.
Ketiga, faktor keuangan. Menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 membutuhkan biaya yang sangat besar. Mulai dari renovasi stadion hingga pengadaan fasilitas dan keamanan, semuanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sayangnya, Indonesia masih memiliki masalah dalam pengelolaan keuangan negara yang efektif dan efisien, sehingga anggaran yang diperlukan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 sulit didapatkan.