“Kepagian tahu, yeeeeh!”
Benar saja, ini baru juga pukul 12.30. Rajin amat yah dakuw!
Jadi, aku keluyuran dulu mencari-cari buku yang bisa kunikmati. Tidak jadi, baru ingat duit tunainya sedikit. Kemudian aku nongkrong saja di lantai dua, buka laptop dan; kembali ke laptop!
Entah beberapa lembar, tidak kuhitung, ini masih urusan novel berat yang baru 250 halaman kugarap. Padahal maunya setebal Musashi. Hadeuh, mimpi ‘kali ya dakuw!
Bertha datang pukul 13.15, semalam menginap di gerobak pasir, katanya. Apaan tuh? Gerombolan Batak Payah Diusir. Ops, sumpe deh, boru Batak satu ini kalau ngomong ceplas-ceplos. Bisa perang SARA.
Coba saja, waktu kami belanja ikan di Hypermart. Melihat yang membersihkan ikan nguyek dan lama, spontan saja dia komentar begini: “Bah! Lama ‘kali dia itu bersihkan ikannya, ya Eda. Salah rupanya dia memotongnya, seharusnya begini, bla, bla, bla….” Karuan yang membersihkan ikan kulihat langsung manyun bibirnya. Masih untung dia tidak ngegaplokkin tuh gurame gede ke muka kite.
Lanjut ke Film Rumah Tanpa Jendela, ya Sis!
Karena tidak kulihat orang Annida Online, akhirnya Bertha beli tiketnya. Murah wooooi, ternyata!
"Cuma 15 ribu saja, ya? Kirain cepe geto," gumamku, cukup lama tertegun-tegun di depan loket tiket.
Ada apa gerangan dengan masyarakat kita ini, ya? Kelihatannya hanya sedikit yang datang. Kurasa tidak sampai 100 orang. Coba, bandingkan dengan mereka yang datang demi nonton film jurig-jurigan dan ngeseks. Remaja, mbruuuul sajah, nanti pas ada kuntilanak datang, yang cewek pura-pura takut, gabruk, gelayutin cowoknya. Pasti begitu. (Ini bukan suudzon loh, kenyataan, kata temanku yang doyan nonton film jurig ngeseks!)
Jujur saja, sudah puluhan tahun aku tak pernah pergi ke bioskop. Terakhir ke bioskop ketika hamil anak pertama, Haekal. Jadi, sudah hampir 30 tahun tak pernah nonton di bioskop!