Kepulanganku dari Hong Kong akhirnya tiba jua, Kamis, 29 Juli 2010.
Sebelum berakhir acara workshop di Art Center, Tin Hau, sesungguhnya yang menghadiahiku oleh-oleh sudah bermunculan. Bertha Siagian dengan beberapa kantung, isinya macam-macamlah; baju buat Seli dan Haekal, tas buatku dan Butet, mainan buat Zein. Sekalian Bertha menitip sesuatu spesial untuk kekasih hati, kebetulan tinggalnya di kawasan Margonda, Depok.
“Woooow…. Boru Siagian! Banyak kali ini, bikin repot dikau saja, ah!” seruku terheran-heran, sekaligus kagum dan salut. Kutahu dia sedang ada masalah dengan seorang anak-mantu tokoh penting Indonesia. Uang Bertha banyak tersedot untuk kepentingan, urusan oknum tersebut. Hingga detik terakhir kami bertelepon, urusan keuangan yang ditilap oleh oknum itu belum juga menemukan titik terangnya.
Jadi, daku doakan, semoga urusannya cepat selesai, ya Bertha. Horas bah!
Pesan khusus buat Bertha; pssst, kalau beliau ngotot juga tak mau bayar uangmu, tuliskan saja dan sebar di media. Jangan pernah menyerah, jangan takut hanya karena statusmu seorang BMI. Sementara dia seorang mantu tokoh penting, pengusaha, bahkan mengaku ustadz dan pengelola travel umroh&haji. Kebenaran akan selalu menang, yakinlah itu, Bertha!
Ketika acara terakhir, Minggu, 25 Juli 2010, bingkisan pun bertambah dari Kine Risty, Nova, Mega Vristian, Nadia Cahyani, Susi Ketua FLP HK dan Umi. Sampai megap-magap kami, daku, Indira, dan Risty saat mengangkutinya harus naik ke lantai dua (rasanya tinggi buangeet!) di Peri, salah satu rekanan rumah makan di bawah binaan Dompet Dhuafa HK. Letaknya tak berapa jauh dari Art Center, Tin Hau. Tapi jika berjalan kaki di tengah terik mentari musim panas negeri beton ini, alamaaaak, lumayanlah!
Begitu pula ketika hanya berdua Kurnengsih, kami mangangkutinya pulang ke kediaman Ustadz Ghofur. Halaaah, lumayan hahehoh. Ini gara-gara sopir taksi salah jalan, bukan melaju ke Li Wen Court, malah bablas terus ke mana tahu… Daripada semakin jauh, akhirnya diputuskan untuk menghentikannya, dan kami berjalan dua kali lipat jaraknya, bo!
Aku sempat geli melihat Kurnengsih alias Ratu Bilqis ngomel-ngomel sambil mengangkut bawaan. Ops, punteeeen, ya ananda sayang. Janji gak bakalan ngerepotin dirimu lagi deeh. Hehe!
Ops, masih juga ditambah bingkisan dari Hajjah Neneng Saribanon, Sau Mau Ping, duh, sampai metet itu koper pemberian Mbak Puji. Hatur nuhuuuun!
Nah, baru sadar, ternyata koper yang kubawa dari Depok sudah error, pegangannya copot entah ke mana tuh. Ini gara-gara dipake ngangkutin buku, didorong-dorong sepanjang jalan Li Wen Court-Tin Hau. Beneran nih si manini ini, selain tukang menyebar virus menulis, harus diakui juga punya profesi lain yakni; tukang jualan buku!
“Tenang saja, Teh, nanti dibelikan,” hibur Melani yang hari terakhir, Rabu, sesungguhnya punya rencana mengajakku ke The Peak.
Sebuah tempat di atas bukit, kita bisa melihat pemandangan Hong Kong di waktu malam dengan lampu-lampu gemerlapnya. Mungkin semacam Dago Tea House-nya Bandung, ya? Tapi karena cuaca mendadak bertanda hitam, dipending deh, lain kalilah yaouw. Maunya geto loh, heuheu!
Malam terakhir, anak-anak penghuni shelter IQRO dan Berkah berikut para relawan Dompet Dhuafa, menjamuku dengan macam-macam hidangan. Oya, selama sebulan penuh, perutku ini selalu dibahagiakan. Sepertinya program penggendutan ala Melani Dessy, (ngaku, ayo, sekongkol tuh!) dengan Mbak Faiz, Mbak Puji, Mbak Rohani, Mbak Umi dan…duh, banyak lagi deh; sukses besaaar! Buktinya berat badanku bertambah sampai 5 kiloan!
Dalam dua pekan terakhir, DD HK pun kedatangan Ustadz Qodrat SQ dari Al-Azhar, Jakarta, menyusul pula istrinya yang jelita Mbak Ima. Dan Mas Bambang, ini makhluk bernama lelaki, di mataku ajaib juga. Belum pernah seumur hidup aku melihat seorang lelaki, apabila tertawa atau menahan geli pipi-pipinya akan berubah memerah tomat.
Sampai kucandai dia dengan sebutan; “Mas Bambang yang… Ya Humairah, pipi-pipi yang memerah….”
Semua ngakak-ngakak mendengar candaanku, termasuk orangnya yang segera menutup wajahnya jika hendak kuabadikan di kamera. Ada sobatnya Anung, asli Cimindi-Cimahi, tampaknya gigih sekali kepingin membelanya. Termasuk Ustadz Qodrat yang mati-matian pula sering membela sang big bos Peri. Ops, sungguh maafkan ya segala canda dan ceplas-ceplosku, semoga tidak melukai hati kalian. Sungguh; luuv!
Makan malam usai, langsung rehat, tahu-tahu subuh tiba. Acara taklim Bidadari Fajar yang direlay Radio Perantau Indonesia. Setelah diisi ceramah oleh Ustadz Qodrat SQ, dilanjutkan mendengar curhatan; sampai di mana kasusnya? Karena tak ada yang curhatan lagi, maka kusampaikan segala permintaan maaf dan rasa terima kasih dari lubuk hati terdalam.
Sungguh, tinggal di rumah yang sarat dengan rasa persaudaraan, kepedulian dan ketulusan di bawah cahaya Ilahiah ini merupakan sebuah pengayaan batin yang tiada terhingga. Ingin selama-lamanya tetap tinggal di sini, bersama kalian; anak-anak cantik yang solehah!
Jika tidak berjumpa kembali, kenanglah yang manis-manis dan baik saja tentang manini, ya. Mohon dimaafkan lahir batin segala khilafku. Selamat berjuang dan tetaplah istiqomah, anak-anakku cinta.
Bada solat zuhur, kami pun meninggalkan kawasan Li Wen Court, konon akan dibongkar beberapa bulan mendatang. Naik taksi langsung menuju bandara Hong Kong. Tiba-tiba Ustadz Ghofur memberi sebuah bingkisan yang juga tak ternilai bagiku, karena sebulan penuh hanya bisa menggunakan ponsel pinjaman yang susah nian mengoperasikannya, gara-gara ponselku ada yang nyopet sehari sebelum berangkat.
Sekarang ponsel jenis BB berada di tasku dengan eloknya.
Terima kasih Ustadz Ghofur dan Melani, terima kasih Dompet Dhuafa Hong Kong, atas kepercayaannya dan amanahnya. Semoga Allah Swt mempertemukan kita kembali di jannah-Nya, kelak. Amin. (Depok, Pipiet Senja)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H