Mohon tunggu...
Pipiet Senja
Pipiet Senja Mohon Tunggu... profesional -

Seniman, Teroris Tukang Teror Agar Menjadi Penulis, Pembincang Karya Bilik Sastra VOI RRI. Motivator, Konsultan Kepenulisan, Penyunting Memoar: Buku Baru: Orang Bilang Aku Teroris (Penerbit Zikrul Hakimi/ Jendela)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perpisahan Bukan Akhir Ukhuwah Kita: Terima Kasih & Sampai Jumpa, Saudaraku!

31 Juli 2010   10:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:25 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dua pekan terakhir, DD HK pun kedatangan Ustadz Qodrat SQ dari Al-Azhar, Jakarta, menyusul pula istrinya yang jelita Mbak Ima. Dan Mas Bambang, ini makhluk bernama lelaki, di mataku ajaib juga. Belum pernah seumur hidup aku melihat seorang lelaki, apabila tertawa atau menahan geli pipi-pipinya akan berubah memerah tomat.
Sampai kucandai dia dengan sebutan; “Mas Bambang yang… Ya Humairah, pipi-pipi yang memerah….”

Semua ngakak-ngakak mendengar candaanku, termasuk orangnya yang segera menutup wajahnya jika hendak kuabadikan di kamera. Ada sobatnya Anung, asli Cimindi-Cimahi, tampaknya gigih sekali kepingin membelanya. Termasuk Ustadz Qodrat yang mati-matian pula sering membela sang big bos Peri. Ops, sungguh maafkan ya segala canda dan ceplas-ceplosku, semoga tidak melukai hati kalian. Sungguh; luuv!

Makan malam usai, langsung rehat, tahu-tahu subuh tiba. Acara taklim Bidadari Fajar yang direlay Radio Perantau Indonesia. Setelah diisi ceramah oleh Ustadz Qodrat SQ, dilanjutkan mendengar curhatan; sampai di mana kasusnya? Karena tak ada yang curhatan lagi, maka kusampaikan segala permintaan maaf dan rasa terima kasih dari lubuk hati terdalam.

Sungguh, tinggal di rumah yang sarat dengan rasa persaudaraan, kepedulian dan ketulusan di bawah cahaya Ilahiah ini merupakan sebuah pengayaan batin yang tiada terhingga. Ingin selama-lamanya tetap tinggal di sini, bersama kalian; anak-anak cantik yang solehah!

Jika tidak berjumpa kembali, kenanglah yang manis-manis dan baik saja tentang manini, ya. Mohon dimaafkan lahir batin segala khilafku. Selamat berjuang dan tetaplah istiqomah, anak-anakku cinta.

Bada solat zuhur, kami pun meninggalkan kawasan Li Wen Court, konon akan dibongkar beberapa bulan mendatang. Naik taksi langsung menuju bandara Hong Kong. Tiba-tiba Ustadz Ghofur memberi sebuah bingkisan yang juga tak ternilai bagiku, karena sebulan penuh hanya bisa menggunakan ponsel pinjaman yang susah nian mengoperasikannya, gara-gara ponselku ada yang nyopet sehari sebelum berangkat.

Sekarang ponsel jenis BB berada di tasku dengan eloknya.
Terima kasih Ustadz Ghofur dan Melani, terima kasih Dompet Dhuafa Hong Kong, atas kepercayaannya dan amanahnya. Semoga Allah Swt mempertemukan kita kembali di jannah-Nya, kelak. Amin. (Depok, Pipiet Senja)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun