Mohon tunggu...
Agung_Pipied
Agung_Pipied Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat seni

Catatan Pasutri (Perjalanan Imajinasi)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sendiri, Sunyi, Mati

18 November 2019   12:07 Diperbarui: 27 Januari 2020   11:17 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sriati beberapa kali selalu muncul dalam mimpi. Dahulu ia teman sekantor. Tetapi, mungkin suaminya punya mimpi yang besar memperbaiki nasib mereka pergi ke Singapura. 

Lewat sekupang menggunakan boat melewati selat malaka ia sampai ke Negeri Singa. Rupanya hasil membuka warung tidak mengkhianati usahanya, terbukti kedua anaknya bisa sekolah keluar negeri. 

Suaminya telah dahulu dipanggil Tuhan dua tahun yang lalu. Tiada kawan lagi untuk berbagi, kedua anaknya tinggal juga di negara lain. 

Dari kesepianya, dia berlibur mengembara seorang diri ke tanah air, seperti seorang turis di negara dia dilahirkan. Berbekal alamat sanak saudaranya di Jawa Timur. Namun asa telah menemui ujung,  barangkali ia kelelahan, terkulai lemas tak bernyawa di depan toilet sebuah bandara.  

Petugas  mencoba mencari identitasnya tertera alamat sebuah kota di Singapura. Dari Singapura datang telepon ke alamat di Jawa Timur. Dari Jawa Timur dikabarkan kepada kedua anaknya tetapi kebetulan anaknya tidak ada yang bisa pulang segera karena sedang memiliki kesibukan yang luar biasa. 

Kerabat di Jawa akhirnya memakamkan kawanku di usia 60 tahun. 

Sepi, sunyi sekali bahkan burung enggan hinggap di atas nisannya. 

****** ****** *****

Beberapa waktu kemudian aku mendapatkan pesan. Gayatri telah meninggal dunia di usia ke 55 tahun. Aku menepi sejenak dari kerumunan orang di pasar pagi ini. Menatap kosong bahu jalan dengan banyak lalu lalang orang untuk sejenak mengenang kawanku. 

Gayatri seorang staff perusahaan swasta, mampu berbicara beberapa bahasa asing dan sikapnya yang elegan telah mampu menjadikannya leader paling disegani. Namun dia lupa kapan terakhir pernah disentuh rasa cinta, sampai cinta itupun dikesampingkannya, hanya pekerjaan yang dia prioritaskan. 

Berangkat pagi buta pulang menjelang tengah malam, mengulang terus siklus kehidupan, bahkan dia mengaku bingung saat cuti apa yang harus dilakukan. Karier tidak meninggalkan bekas, tidak ada ahli waris. Kawan-kawan meratapinya, namun sekilas luntur kembali hilang digilas rutinitas. 

***** ***** *****

Tadi pagi aku mengingat usiaku kini tepat 65 tahun, aku bertanya-tanya pada diriku apa kiranya yang sudah kulakukan. Apa kenangan paling membuatku bahagia. Lalu apa yang akan mereka kenang dari jejak-jejak hidupku setelah kutinggalkan. 

Tiba-tiba aku takut sekali dengan maut, begidik bulu kudukku menunggu giliranku. 

Sepi, sendiri, dan sunyi.

Mojokerto,

11-11-2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun