Mohon tunggu...
Pipi Lutina
Pipi Lutina Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis cerita dan Puisi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Orang Malas Tidak Mau Proses

22 Agustus 2024   09:35 Diperbarui: 22 Agustus 2024   09:46 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang Malas Tidak Mau Proses

Karya : Pipi lutina

Kadang kita di kehidupan dunia ini melihat dan bahkan pula menghadapi orang yang malas, tak jarang kita merasa kesal dan resah menghadapi orang yang pemalas, karena orang pemalas sangat benci dengan proses, dia maunya uang yang di terima tanpa harus bekerja keras (susah payah) dan apabila mereka bekerja  mereka maunya kerja ringan (tidak mau kerja yang berat)  maunya instan  (cepat) serta ingin mendapatkan hasil  yang banyak

Tidak jarang pula, apabila mereka  bekerja maunya langsung dapat  hasil (uang)  jika tidak mereka akan marah, apalagi bila hasil (uang) yang mereka  dapat cukup besar dia akan merasa senang tapi jika hasil ( upah) yang mereka  dapatkan di tunda mereka  akan merasa kesal dan marah bahkan akan meninggalkan pekerjaan mereka .

Apabila orang malas bekerja di satu perusahaan  atau yang lainnya dengan gaji yang akan di bayar setelah mereka  bekerja selama satu bulan dengan adanya peraturan yang sangat ketat mereka  akan merasa kesal, marah- marah  serta  bosan.  Sehingga mereka  lebih memilih keputusan untuk berhenti dari pekerjaannya, mereka  lebih suka dengan pekerjaan yang tidak terikat (ketat) bahkan mereka  lebih suka kesana-kesini , ngobrol yang tak tahu ujungnya.

Jiwa mereka tidak mempunyai rasa beban dan tanggung jawab, walaupun sebenarnya mereka tahu akan hal itu. Tapi dengan kepintaran mereka  dapat membolak balikan kata  (mengeles) dengan berbagai macam alasan, hingga jiwa mereka  merasa senang dengan keadaan sekarang. 

Banyak orang mengatakan bahwa mereka adalah  benalu ( menyusahkan) masyarakat, tapi dengan bangga nya mereka  mengatakan aku hebat, aku bisa memiliki rumah yang bagus,  aku bisa memiliki mobil mewah , tanpa harus bekerja keras dan menunggu lama untuk mendapatkan itu semua.

Padahal banyak masyarakat yang terganggu  dan  mencemoohkan mereka . Mereka  tetap saja dengan pendiriaannya bahwa dengan cara ini mereka bisa hidup enak dan mewah. Mereka  lebih suka dengan mengadahkan tangan saja, mereka  tidak malu  meminta sambil memelas kasihan  kepada semua orang dengan berbagai macam cara dan alasan.

Dengan cara seperti orang tak lazim. Mohon maaf dengan cara pura --pura buntung tangan dan kakinya, berdarah dengan cara di perban, membawa balita yang kelaparan dan masih banyak lagi bahkan mereka  sanggup dengan mengoperasikan niatnya untuk meminta-minta seluruh tubuhnya mereka  lumuri dengan tinta , setiap pagi  mereka  selalu beroperasi dengan cara ada yang  meminta di jembatan- jembatan  penyebrangan,  di lampu merah, di jalan --jalan, di tempat --tempat rekreasi, di tempat-tempat ibadah bahkan sampai ke rumah-rumah penduduk  mereka dengan secara langsung  meminta --minta tanpa ada rasa malu sedikitpun.

Karena mereka ber pikir dengan meminta mereka  tidak perlu capek-capek mengeluarkan tenaga,keringat hingga waktu yang lama untuk mendapatkan uang dengan jumlah yang segitu, mereka lebih suka mengadahkan tangan ( meminta-minta) kepada semua orang dengan mengandalkan balas kasihan dari orang dengan cara berpura-pura, dengan berbagai macam alasan agar orang iba dan kasihan melihatnya sehingga orang tersebut dengan gampangnya mengeluarkan uang dan memberikan kepadanya.

Dan tak main-main ternyata pendapatan mereka dengan cara meminta-minta dan mengharapkan balas kasihan orang lain mereka  bisa mendapatkan penghasilan yang lebih banyak bahkan bisa-bisa melebihi UMR di jakarta. Sehingga mereka bisa membangun istana di tempat daerahnya dia di lahirkan, bahkan kehidupan merekapun sangat mewah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun