Pertama, JNE punya hasrat tajam pada pola penghidupan
Ketika pandemi covid-19 memutus rantai ekonomi, JNE mempunyai insting tajam dalam mendeteksi permasalahan ini. Dengan progres pelayanan sebagai jasa pengiriman barang, JNE mampu menjalin kembali roda ekonomi.
Upaya JNE selain memberikan harapan pada benih-benih produksi yang baru disemai tetapi juga menumbuhkan berbagai tunas-tunas produksi yang kian kerdil dan tandus oleh bahaya covid-19.
Keterlibatan JNE dalam aktivitas produksi masyarakat memberikan angin segar pada kelangkaan barang, kemacetan distribusi serta menjaga keseimbangan diantara agen-agen produksi. JNE seakan menjadi nafas alternatif ditengah bahaya pemacetan dan ketiadaan barang.
Dari hasrat ini tercerim pula pola penghidupan yang secara fundamental mengarahkan perbaikan sistem produksi masyarakat pada khususnya dan kontruksi tatanan yang kehidupan manusia pada umumnya. Inilah keterlibatan yang humanis.
Kedua, JNE mengharmoni segala lini tanpa sekat
Tubuh yang sehat secara langsung memberikan efek posistif pada pelayanan. Maksud saya dalam JNE sebagai korporasi dan organisasi tidak pernah mengidap sistem diskriminatif maka teraktualisasi suatu pelayanan terbuka dan prima.
Bayangkan jika JNE bertindak diskriminatif. Maka pelayanan terukur atau terkategorisasi pada orang atau kelompok tertentu (eksklusif). Namun kenyataannya JNE melalui kurir-kurirnya mampu menjumpai setiap orang dengan karakter, budaya dan agama yang berbeda.
Lebih lanjut, JNE justru menjamin kesetaraan antara golongan kecil dan besar dalam mentransmisikan barang-barang kebutuhan. Kehadiran JNE telah membuka belenggu yang telah lama mengisolasi usaha kecil.
Itulah upaya JNE dalam mengharmonisasi jalur pelayanan yang menyentuh setiap pribadi yang hendak mau atau hendak berusaha. Karena sejatinya, JNE melayani tanpa sekat atau batasan manapun. JNE menjalar dalam layanan yang inklusif.
Ketiga, JNE janji pada kebahagiaan