Sosokmu mengusir kesunyian kepada kegirangan. Engkaulah gadis yang telah mengutuk perasaan dan membebaninya dengan tanya yang memaksaku untuk jujur tentang cinta.
Tentang rasa yang mendekap dalam lubuk hatiku. Karena keanggunanmu yang memberkati aku untuk suatu kepolosan. Sampai aku terjerat dalam kekosongan. Sampai bunga di taman itu tak lagi berwarna. Sampai gelombang dipantai enggan surut. Sampai melodi burung dibukit tak henti bersorak. Karena kedatanganmu, Anggriella.
Engkau mengejutkan semua penghuni alam untuk berhenti bergiat dan menoleh tuk memandangimu. Karena jiwamu tertenun diatas keagungan alam sehingga mencekik semua untuk tunduk patuh. Juga aku.
Aku tertawan dilembah tanpa jalan keluar. Dan aku temukan kedamaian ketika keheningan lembah merenggut dan merampas paksa kebebasanku. Aku gapai kepastian diri dalam pilihan yang tak berbentuk.
Aku beberkan kenyataan langit dan rahasiakan panorma indah lembah. Aku nyanyikan kidung meriah pujian namun aku heningkan bisikan kodrat dibalik kerapuhanku.
Anggriella, kenyataanmu adalah kepastian tentang cinta yang terus membangunkan untuk mencinta, tanpa takut, tanpa ragu, ataupun gelisah karena pesona jiwamu terus memanggil dan batin terus merontah untuk jawab.
Aku harus menjawab karena pengadilan cinta membutuhkan kejujuranku. Anggriella, engkau telah memaksaku untuk jujur. Aku sangat menyayangimu dalam keterbatasan dan kebebasanku. Tanpa batas, tanpa akhir, tanpa wujud seperti apa dirimu karena cintaku mengatasi semuanya.
Aku telah suarakan hasrat hatiku, seperti nasihat bijaksana yang digemahkan dari Lebanon bahwa hasrat adalah separuh dari kehidupan dan ketidakpedulian adalah separuh dari kematian. Â Apakah engkau dengarkan dan hiraukan kejujuran ini????
Anggriella, kini kita seperjalanan. Kita merangkai sebuah sandiwara akbar yang tak tertandingi. Kita peragakan diatas kegemerlapan awan yang disaksikan banyak kelopak.
Namun mengapa pentasan itu hanyalah permainan yang sekedar menghibur kesenduhan. Gelegar tawa, teriak sorak kagum yang diiringi tepukkan tangan meriah atas sandiwara yang kita lakonkan hanya bertahan diujung ingatan. Tidak lama membekas karena jiwamu jauh dari permainan. Dan memang ini hanyalah permainan yang akan lenyap dari panggung kepalsuan.
Anggriella, sadarkah engaku bahwa kita sedang menghidupi kehampaan yang terikat di pagi dan terlepas di senja serta habis ditelan malam. Itu kebohongan. Itu kepalsuan. Pameran ini tidak lain hanyalah keterpaksaan. Itu kepedihan yang memaksa kelopak untuk menatap.