Mohon tunggu...
Viator Henry Pio
Viator Henry Pio Mohon Tunggu... Freelancer - Fakta : Proyek Agung Pikiran dan Kata

Start by doing what's necessary; then do what's possible; and suddenly you are doing the impossible

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menanam Bunga dan Aneka Nilai yang Terendus

12 Desember 2020   13:55 Diperbarui: 12 Desember 2020   16:10 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepanjang hampir 10 bulan kita hidup dibawah bayang-bayang kekwatiran oleh karena pandemi melanda kehidupan kita. Secara tajam boleh dikatakan bahwa pandemi benar-benar mendera kita. Kehidupan sosial berubah. Rutinitas harian berganti. Keterbatasan hidup dengan aneka persoalannya mulai mencuat transparan.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah membentuk berbagai macam peraturan sebagai langkah dalam meminimalisir dan mengatasi persoalan ini. Adanya kebijakan-kebijakan itu tetap memberi ruang yang spesifik dalam mengekspresikan kebebasan kita. Kita seakan terseret dalam ritme khusus yang harus kita adaptasikan.

Sebagai manusia, kita tidak boleh kalah dengan apapun yang menimpa kita. Dengan pikiran kita berusaha merubah, merancang pola hidup baru. Dengan hati, kita mencari titik bahagia dalam hidup. Dengan tenaga kita mewujudkan harapan. Dan dengan kehendak kita berjuang  mengatasi kesulitan hidup.

Secara sosial, wujud simbolis memang telah mencekram kita semisal larangan untuk menghindari kerumunan, menjaga jarak, menggunakan masker. Walau demikian sebagai insan sosial walau mulut tertutup dengan masker namun tangan kita harus tetap terbuka untuk membantu sebab tangan digerakan oleh hati. Walau jarak memisahkan kita namun kita senantiasa terhubung erat oleh cinta.

Secara personal, kita memang memiliki setuja angan-angan yang harus kadas untuk diwujudkan karena pandemi ini. Namun kita tak pernah kehabisan akal untuk berkarya.

Tanamam dan Aturan 

pot dan bunga yang diselamatkan (dokpri
pot dan bunga yang diselamatkan (dokpri

Kali ini saya ingin membagikan pengalaman saya sebagai mahasiswa yang bekerja di salah satu gereja di NTT. Ini tentang pengalaman namun akan sangat berharga dan bernilai bagi kehidupan bersama.

Saya secara pribadi terkesima dengan aturan yang ditetapkan oleh gereja bagi calon pasangan yang hendak menikah. Menurut saya aturan ini sangat menarik. Di mana gereja mewajibkan pasangan yang ingin menikah harus membawa sebuah bunga hidup beserta potnya serta wajib menanam satu pohon di depan pekarangan rumah mereka.  

Menanam pohon oleh pasangan nikah terjadi ketika selesai pemberkatan nikah dan disaksikan oleh orang tua mempelai, para saksi pernikahan, pemimpin umat dan umat pada umumnya.

Dan pasangan nikah tersebut harus menjaga dan merawat pohon ini sebagai tanda keseburan dari cinta mereka. Lantas bagamana dengan bunga dan pot yang digereja?

Dengan kondisi gereja sedang dalam tahap perampungan, jelas bahwa semua pot dan bunganya terbiarkan begitu saja. Dengan melihat kondisi bunga yang tak terawat, saya berinisiatif untuk memperbaikinya.

Hal pertama yang saya lakukan adalah mencari sekam padi di tempat penggilingan padi dan serbuk kayu dibengek kayu terdekat. Kemudian sekam dibakar. Setelah itu, disiram dengan air sehingga sekam tersebut tidak menjadi abu.

Alasan sekam bakar digunakan sebagai bahan dasar untuk menanam tanaman pot karena dapat membuat pot lebih ringan dan mudah dipindahkan semisal dipakai dalam gereja sebagai hiasan.

Sekam bakar juga berfungsi sebagai pengikat unsur hara pada tanaman, memperbaiki tingkat keasaman pada tanah, mengisolasi penyakit dan menyerap racun pada tanaman, mengatasi tanah yang rusak akibat kontaminasi dengan bahan kimia serta menstabilkan struktur tanah agar tetap gembur.

Sedangkan untuk serbuk kayu hanya ditaburkan tipis diatas permukaan pada tanaman pot selain untuk memberi keindahan pot tetapi juga agar saat menyiramnya tidak merusak kindisi permukaan tanah.

Nilai yang Terendus

Paus Fransiskus dalam ensikliknya "Loaudato si-Puji bagi-Mu" dengan subjudul On Care for our Common Home dikeluarkan pada tanggal 18 juni 2015 membuka sense dan aksi global secara terpadu dan segera. Kita terpanggil untuk mencintai alam sesegara mungkin agar alam yang menjadi rumah kita bersama tidak kerdil dan rusak.

Kepedulian terhadap alam menjadi prioritas dimana alam adalah bagian intergal dalam keberlanjutan hidup manusia. Sebab itu, menjaga alam sama artinya menjaga diri kita. Dengan pemahaman ini kita sedang menyelaraskan kehidupan secara menyeluruh.

Coba bayangkan, bila ikan dipindahkan dari laut ke darat akan mati, pohon dicabut dan lepas dari akarnya akan mati pula dan bila manusia terputus dengan ciptaan lain akan tidak bermakna demikian segala hal yang hidup harus terpelihara dan mampu beradaptasi sesuai ekosistemnya serta menyatu satu dengan yang lain.

Pertama, bagi saya memperbaiki lagi dan merawat bunga saat pandemi bukan sekedar suatu kreativitas atau rutinitas dalam mengisi kekosongan. Hal mendasar adalah panggilan untuk mencintai.

Bahaya terbesar ketika pandemi melanda jagat kita adalah hampir semua orang terkungkung dengan urusannya masing-masing. Sikap individualisme tampak kuat. Dan bila terjadi demikian maka perjalanan kebersamaan manusia akan terpecah-pecah dan terkotak-kotak. Orang kaya akan menjadi lebih kaya dan miskin akan terkapar dalam kemelaratan.

Oleh karena itu, berani keluar dan memandang sesama dengan mata penuh perhatian adalah cermin dari sikap pertama dalam menolong mereka yang tak beruntung dikala pandemi.

Kedua, pandemi memang telah mengancam nyawa manusia tetapi habitat manusa tidak pernah akan punah bila kita saling memperhatihkan dan mengakui.

Memberi pengakuan berarti memberi ruang untuk hidup dengan kondisi yang elegan dan terhormat bukan menunjukan aksi yang memecah-belah kebersamaan dan meriuhkan publik. Jelas kenyaman akan hidup bersama terhambat dan terganggu.

Ketiga, keindahan bunga dan kesegaran udara yang terpancar dari pohon-pohon adalah hak semua orang untuk menikmati. Saya merawat untuk hidup kita. Artinya saya bertindak bagi dan untuk semua.

Dengan perspektif ini, saya telah mengusung tanda-tanda  dan teladan kehidupan yang baik bagi generasi manusia. Bila hari ini hak orang lain dicaplok oleh sikap koruptif, lantas apa yang warisan berharga yang boleh ditularkan? Bukankah sikap koruptif itu adalah upaya pengkerdilan terhadap hidup manusia.

Seperti halnya, bila saya dipercayakan untuk merawat bunga dan pohon yang diberikan orang lain namun tugas ini dilalaikan maka kekecewaan dan cibiran akan muncul dimana-mana. Sama halnya jika pemimpin diberi bunga oleh rakyatnya namun keindahan itu dinikmati secara pribadi dan golongannya maka gaduhlah dan ambruklah kebersamaan ini. Tak heran pula kemelaratan akan terus berlanjut dan litani kelaparan akan terus digemahkan oleh mereka yang alpa dari bilangan pelayanan pemimpinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun