Mohon tunggu...
Viator Henry Pio
Viator Henry Pio Mohon Tunggu... Freelancer - Fakta : Proyek Agung Pikiran dan Kata

Start by doing what's necessary; then do what's possible; and suddenly you are doing the impossible

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Levinas tentang Etika Tanggung Jawab di Tengah Wabah Corona

27 Maret 2020   00:55 Diperbarui: 27 Maret 2020   15:16 1142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virus Corona atau COVID 19 terkategori sebagai narasi pandemi global. Penentapan virus corona sebagai pandemi oleh world Health Organization (WHO) mencuat transparan akan "penyakit baru" yang berpotensi menjangkau zona geografis yang luas dan belum ditemukannya penangkal kekebalannya.

Data terbaru dilansir dari Kompas.com pada kamis, (26/03/2020) ditemukan bahwa virus corona telah menjangkiti sekitar 473.137 orang di dunia dengan kematian mencapai 21.336 orang dan dinyatakan sembuh sebanyak 114.779 orang.

Dalam perhitungan global Indonesia menempati urutan ke 35 dari 198 negara dengan 893 kasus dimana 35 orang sembuh dan 78 meninggal dunia.

Berdasarkan data itu, virus corona menjadi ancaman bagi penduduk dunia. Mewabahnya virus ini memberi efek signifikan pada paktek khidupan dalam banyak aspek. 

Guncangan itu bersifat eksternal maupun internal manusia. Ada pergeseran praktek sosial, religius atau keagamaan dan mungkin untuk kalangan tertentu virus ini menguncang kemapanan psikologis.

Berbagai upaya dirancang dan diterapkan oleh pemerintah dengan kebijakan, para ahli kesehatan dengan kajian laboratorium sebagai suatu cara untuk meminimalisir, mencegah bahkan menyudahi penyakit ini. Semua usaha itu adalah untuk menyelamatkan manusia-manusia di dunia.

Untuk itu dibutuhkan suatu perwujudan dari keyakinan, kesadaran dan praktek etis setiap pribadi dalam satu keprihatinan dan kewaspadaan kolektif. Keyakinan bahwa walaupun penyakit berpotensi mewabah secara global namun bisa teratasi dengan kesadaran personal. 

Kesadaran yang dimaksud adalah kesadaran sebagai manusia individual. Dengan kesadaran itu mencuat aneka perasaan tentang dampak virus ini seperti ketakutan, kegelisahan, kemurungan dll yang memberi kemungkinan pada sikap kewaspadaan dan cinta akan diri, sesama dan dunia.

Benih kesadaran itu kemudian tertuang dalam sikap hidup dan praktek relasi sosial. Sebab kesadaran sebagai fondasi yang memberi prinsip etis bagaimana manusia seharusnya bertindak dalam sosialitasnya.

Ada satu formasi etis dari filsuf postmodern, Emmanuel Levinas yang dapat membuka cakrawala pemahaman kita dalam beretika ditengah virus yang melanda manusia saat ini. Gagasan itu mengenai etika "tanggung jawab". 

Saya meyakini bahwa dengan pemahaman yang tajam akan tanggung jawab personal akan mengarahkan kita pada titik yang sama yakni pemecahan masalah corona bukan menungganginya dengan berbagai kepentingan-kepentingan tertentu.

Berikut akan disuguhkan beberapa gagasan Levinas tentang tanggung jawab yang akan dikaji berdasarkan penerpaan kebijakan pemerintah Indonesi dalam hal penanganan dan pencegahan COVID 19. Sutu kebijakan yang saat ini dikaji (pro-kontra) dan diperhitungkan (untung-rugi) oleh para pakar maupun amatiran yang terbaca dari berbagai media sosial.

Tanggung Jawab sebagai Fakta Terberi Eksistensial

Levinas memberikan patokan dalam etika tanggung jawab yang diwujudkan "melalui" dan "bagi" orang lain. pada saat "wajah" tampak dengan sifatnya yang absolut disitulah tanggung jawab diterapkan. 

Tanggung jawab memliki hakekat yakni mendahuli inisiafif bukan suatu dorongan atau sikap altruistik bahkan melampaui kebebasan personal. Tanggung jawab bukan suatu perintah seperti larangan pemerintah untuk menciptakan kerumunan. Karena perintah mempunyai kemungkinan untuk mengelak, tidak patuh. Tanggung jawab tidak bersifat primordial seperti orang tua terhadap anak.

Bagi levinas, tanggung jawab adalah data pertama, titik pijak dalam bersikap dan bertindak yakni "saya ada demi orang lain". Pada titik ini kita akhirnya memahami bahwa tanggung jawab bukan sekedar komitmen dan keputusan tanpa dasar dan asal usul tetapi sesuatu yang "terberi" sebagai upaya menyelamatkan manusia secara menyeluruh.

Tanggung jawab bagi orang lain

Kenyataan tentang korban virus corona baik didunia pada umumnya maupun Indonesia pada khususnya telah memberikan data fenomenologis yang signifikan mengenai ancaman terhadap kehidupan manusia. korban itu adalah sesama atau diri saya yang lain yang tampak dalam perjumpaan wajah yang mengundang saya untuk bertanggung jawab.

Pada prinsipnya tanggung jawab senantiasa terarah pada, melalui Yang Lain (par Autrui). Levinas menandaskan bahwa eksistensi subjek bukanlah bagi dirinya (pour-soi), tapi keberadaannya untuk Persona Lain (l'unpour-l'autre). Dengan begitu subjek menjadi subjek karena bertanggung jawab atas Orang Lain.

Secara sederhana, keharusan untuk mengindahkan larangan pemerintah adalah cara dimana kita bertanggung jawab atas hidup orang lain sekaligus sikap prihatin terhadap korban dan kewaspadaan terhadap gempuran wabah ini.

Tanggung jawab substitusional

Mungkin ada pertanyaan yakni mengapa peraturan pemerintah itu harus dijalankan? Jawaban kita adalah sikap kita agar luka kemanusiaan akibat corona tidak terus menganga, kita tidak mau beban manusia terus bertambah dan tidak mau memperpanjang kegelisahan dunia terus bergejolak. Hal ini harus diaplikasikan secara nyata dalam tindakan kita. Kenyataan dalam bertindak sebagai bentuk kepeduliaan terhadap korban.

Menurut Levinas, etika tanggung jawab substitusional berarti suatu penerapan tanggung jawab total. Artinya saya tersubtitusi atau berada pada tempat korban dengan bersedia menanggung kemalangan, kesalahan, kelukaannya. 

Saat saya melihat atau menjumpai korban seluruh pehatian saya terbajak. Sebelum saya bersikap dan beraksi, saya sudah tersandera. Tanpa berbuat apa-apa, saya sudah menjadi terdakwa atau teraniaya oleh orang lain karena tanggung jawab terhadapnya bersifat total.

Tanggung jawab sebagai jalan pemanusiaan yang otentik

Di Indonesia misalnya belum terdengar bahwa larang pemerintah tentang "kerja, doa dan belajar" atau menjaga jarak/fisik dalam relasi sosial mengakibatkan kematian anak bangsa ini. 

Janganlah juga menunggangi atau memperlebar persoalan ini pada horison kepentingan tertentu. Sejatinya, larangan pemerintah terikat pada periode atau waktu tertentu. Kenormalan akan kembali setelah goncangan wabah ini berakhir.

Sekali lagi himbaun pemerintah harus membuka cakrawala kesadaran baik personal maupun comunal. Supaya kita tidak terjebak dalam stigma "mengobyekkan" orang lain. 

Orang lain menjadi sasaran kepentingan kita. Janganlah pula membangun konsep mutualitas atau resiprokal dalam relasi seperti bantuan terhadap korban harus memberi keuntungan pada diri atau berusaha menyeberkan virus ini. Ini merupakan sikap yang tak terpuji.

Dengan mendukung kebijakan pemerintah kita secara langsung mengimplementasikan peran kita sebagai orang yang bertanggung jawab atas hidup orang lain.  

Bagi levinas, keika saya mendekati orang lain sebagai manusia 'yang lain', dan bukan sebagai objek. Saya ada untuk (being for) bukan berada untuk (being-with) orang lain. Itulah relasi asimetris yang dimaksudkan oleh Levinas. Itulah jalan perwujudan kemanusiaan kita yang otentik dan real.

Akhirnya, tanggung jawab harus menjadi landasan dan kekuatan yang menjiwai dan menyemangati kita dalam bertindak. Sebab "persona lain" adalah jiwa saya (my spirit). Dengan melakukan dan memberikan sesuatu bagi orang lain, saya menampilkan diri saya "berada sebagai roh manusiawi". 

Dengan begitu, tanggung jawab menjadi suatu sikap kepedulian yang penuh dengan perhatian. Dan hal ini hanya mungkin terjadi dalam pelayanan bagi orang lain.

    

Referensi

Kosmas Sobon, Konsep Tanggung Jawab Dalam Filsafat Emmanuel Levinas, 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun