Mohon tunggu...
Fathan Winarto
Fathan Winarto Mohon Tunggu... Penulis - History and Theology Story-Teller

Hobi Baca Sejarah, Terbuka Untuk Diskusi Masalah Agama, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Universitas Al Azhar, Cairo.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengen Belajar Sejarah Nih, tapi...

9 November 2019   15:47 Diperbarui: 19 Maret 2020   22:10 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ambillah Raja Majapahit, ayah dari Girindrawardhana, ia bernama: Singhawikramawardana. Atau Raja Pajajaran, Anak dari Prabu Linggabuwanawisesa sang Prabu Wangi, ialah Niskalawastukancana (Anda boleh panggil ia Siliwangi). Nama rumit yang berulang mungkin bisa membuat mata perih dan mempercepat datangnya kejenuhan.

Ditambah lagi nama mirip yang kerap berulang, membuat fokus membangun Storyline di kepala kita terganggu. Ada Jayanegara, ada Kartanegara, ada pula Kertajaya. Atau ada Dyah Wijaya ada pula Kertawijaya. Nama nama ini adalah nama Raja dengan kerajaan dan masa yang berbeda.

3. Buku Sejarah untuk Pemula Kebanyakan Sulit Dipahami

Ini adalah faktor terpenting yang saya temukan. Saya telah membaca beberapa tumpuk buku Sejarah Jawa untuk pemula, dan beberapa buku itu ada yang (mohon maaf) kadang penulisannya terkesan buruk. Penyusunan kalimat terkadang sembarangan. Diksi yang dipakai tidak tepat. Atau menggunakan gaya bahasa yang tidak ilmiah sama sekali.

Tidak hanya itu, kadang ada dua buku punya judul bab sama (membahas peristiwa atau kerajaan yang sama), tapi punya materi yang berbeda, isi berbeda, padahal dua buku itu mengaku mengutip dari sumber yang sama. Atau yang lebih parah, satu buku, membahas satu bab, tapi di awal bab ia menetapkan kesimpulan A, untuk diakhir bab (tanpa bermaksud memberi 2 kesimpulan untuk dipilih) penulis malah menetapkan kesimpulan lain. Kesabaran benar benar dituntut dalam membaca dan menekuni Ilmu Sejarah Indonesia.

Itu lah 2 aspek, dan aspek kedua bercabang memiliki 3 penyebab munculnya aspek itu. Semua ini saya tulis sebagai peringatan kepada pembaca sekalian, bahwa serial artikel sejarah yang akan saya tulis kedepan, memiliki sumber Buku Sejarah Pemula yang sudah saya sebutkan kekurangannya. Maka dari itu, saya mencoba menyusun jalan cerita di artikel yang saya tulis berdasarkan tindakan "kompromi" antar beberapa sumber yang bertentangan.

Bila suatu saat anda membaca sebuah buku, dan menemukan apa yang saya tulis salah, maka anda mungkin saja benar, dan "Ijtihad" saya yang salah dalam memilih jalan cerita yang benar. Dan bila memang hal ini benar terjadi suatu saat nanti, saya sangat sangat sangat berharap agar pembaca mau menghubungi saya dan berdiskusi tentang itu.

Semoga tulisan ini dapat membantu dan bermanfaat, juga membuat pembaca sekalian maklum bahwa pengetahuan saya masih sedikit dan kesalahan sangat sangat mungkin terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun