Manusia memang diciptakan dengan selera yang berbeda beda. Membuat kita punya beragam pendapat tentang hal mana yang kita sukai lebih, atau lebih tidak kita sukai. Ada yang bilang bubur satu aspek kenikmatan besar di pagi hari, ada yang bilang bubur makanan menjijikan yang sudah cukup untuk dicoba sekali.
Manusia punya sikap yang sama pada ilmu. Tiap orang punya kecenderungannya masing masing. Namun rasanya, ilmu sejarah yang akan saya bahas sepertinya punya peminat yang tidak terlalu banyak. Tapi itu bukan sesuatu yang harus disayangkan, karenanya saya tidak menulis kata "Sayang" setelah "Namun".
Sejarah kurang diminati bukan karena kesalahan pencari ilmu. Berdasar pengalaman saya, muncul opini bahwa ada 2 aspek besar yang mempengaruhi berkurangnya minat orang terhadap sejarah. Pertama jelas masalah selera, dan itu bukan masalah yang harus dibicarakan karena sudah menjadi hal lazim yang manusiawi. Selanjutnya, pengalaman saya lah yang menjadi sumber munculnya opini ada aspek kedua.
Berdasar pengalaman saya, sebagai peminat sejarah pemula semi-aktif, banyak yang datang kepada saya, dan meminta rekomendasi buku sejarah untuk dibaca. Saya tanyakan beberapa kategori yang diinginkan, dan saya berikan bukunya bila saya miliki, atau saya beri rekomendasi bila tidak saya miliki.
Kebanyakan yang sudah saya beri buku, kebanyakan merasa kesulitan, atau minat mereka mendadak hilang ketika membaca lebih jauh. Dalam pandangan saya, ada 3 faktor yang menyebabkan hal ini terjadi.
1. Kena Jebakan Sejarah
Seperti yang sudah disampaikan, selera manusia berbeda beda. Artinya ketertarikannya pun berbeda. Ketertarikan ini pastinya punya banyak cabang.Â
Kadang, seseorang sebetulnya tidak menyukai sejarah, tapi setelah melihat salah satu cabang ketertarikannya ada dalam sejarah, akhirnya ia penasaran dan ingin tau lebih banyak. Namun, ketika mengetahui bahwa ternyata lebih banyak hal yang tidak ia sukai ketimbang yang bisa membuatnya tertarik, akhirnya ia merasa berat membaca sejarah dan meninggalkannya.
2. Sejarah Kadang Sukar Dibaca
Kadang? Iya kadang. Tidak semua faktor dalam sejarah sukar untuk dibaca, tapi hanya di beberapa tempat dan di beberapa poin. Poin sukar yang berulang membuat orang semakin jenuh ketika membacanya. Contoh bila seorang Partisipan Sejarah membaca gelar "singkat" Raja Jawa.Â