Pertama-pertama penulis mengucapkan duka cita yang mendalam, atas tragedi begitu banyaknya petugas KPPS yang meninggal selama menjalankan tugasnya di Pemilu serentak 2019, semoga segala amal ibadahnya diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan atas musibah ini.Â
Catatan ini penulis buat sebagai testimoni pengalaman langsung karena penulis ikut dalam perhelatan pemilu presiden dan calon legislatif secara serentak nasional 2019 kali ini. Sudut pandang yang penulis angkat lebih pada persoalan sisi kesehatan yang bisa dikatakan terabaikan, tentunya ini bukan tanpa alasan, karena situasi dan kondisi.Â
Seperti kita ketahui bersama disaat tulisan ini saya buat, saya coba mengutip dari salah satu media website TV Nasioanal CNN Indonesia, diberitakan bahwa sejumlah total 554 orang meninggal, khususnya terbanyak para petugas atau yang terlibat dalam kegiatan pemilu dengan berbagai sebab.
Seperti di kutip dari Jakarta, CNN Indonesia - Jumlah petugas penyelenggara Pemilu 2019 yang meninggal dunia terus bertambah. Data sementara secara keseluruhan petugas yang tewas mencapai 554 orang, baik dari pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) maupun personel Polri.Â
Berdasarkan data KPU per Sabtu (4/5) pukul 16.00 WIB, jumlah petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal sebanyak 440 orang. Sementara petugas yang sakit 3.788 orang. Jumlah itu bertambah dari hari sebelumnya yaitu 424 orang.Â
Begitu pula dengan petugas yang sakit juga bertambah dari hari sebelumnya yang mencapai 3.668 orang. Anggota KPU Eni Novida Ginting mengatakan pihaknya akan memberikan santunan kepada petugas KPPS yang sakit maupun meninggal. Bagi petugas yang meninggal, KPU memberikan Rp36 juta per orang.Â
Sedangkan untuk petugas KPPS yang mengalami cacat, KPU memberikan bantuan sebesar Rp30,8 juta per orang, luka berat Rp16,5 juta per orang dan luka sedang Rp8,25 juta per orang. KPU menargetkan verifikasi petugas KPPS yang meninggal dan sakit saat bertugas selama Pemilu 2019 selesai sebelum 22 Mei 2019.Â
Sementara Bawaslu mencatat jumlah petugas Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) yang meninggal dunia selama melaksanakan tugasnya sebanyak 92 orang. Data ini berdasarkan catatan Bawaslu pada Kamis (2/4).Â
Hal ini tentunya sangat memperihatinkan apalagi ini merupakan sejarah demokrasi Indonesia yang untuk pertama kali menyelenggarakan pemilu serentak di gabung antara pemilihan presiden dan anggo legislatif. Sesuai tujuan dari pemilu yaitu terselenggaranya demokrasi yang berkeadilan da jujur, demi kemajuan bangsa dan negara.Â
Pada kesempatan kali ini penulis akan mencoba menceritakan pengalaman selama bertugas sebaggai anggota KPPS. Di Desa tetangga kami petugas KPPS di salah satu TPS dinyatakan meninggal akibat kelelahan. Menurut saya para anggota PPS maupun KPPS serta petugas di TPS sangat terkuras waktu dan tenaga karena pelaksanaan persiapan pemilu yang singkat akibat terlambatnya penyaluran logistik pemilu dari KPU kabupaten.Â
Dan ditambah lagi banyaknya alternatif pemilu mulai dari pemilihan presiden sampai DPRD sedangkan petugas kpps yg minim pengalaman akibat kurangnya sosialisasi/ bimtek menghambat kinerja dalam pengisian berkas form C1.Â
Bahkan afa disalah satu TPS di desa Tapang Perodah Kec. Sekadau hulu atau dapil 2 sekadau hulu menghabiskan waktu hampir 2 hari satu malam tanpa istirahat.
Kematian puluhan anggota KPPS diduga disebabkan oleh kelelahan. Pemilu serentak memang mengharuskan mereka menghitung seluruh surat suara bahkan hingga dini hari. Padahal, sebelumnya mereka habis berjaga seharian di TPS pada hari pemungutan suara. Waktu kerja yang panjang inilah yang kemudian diduga menjadi pemicu munculnya kelelahan sehingga menyebabkan kematian.Â
Bekerja terlalu lama atau terlalu giat bisa menyebabkan level stres yang sangat tinggi. Apalagi jika sebelumnya Anda juga tak memiliki istirahat yang cukup. Saat stres, jantung Anda akan bekerja lebih keras dari biasanya.Â
Dikutip dari laman time.com, dr. Alan Yeung, direktur medis di Stanford Cardiovascular Health, mengatakan bahwa seseorang yang memiliki tingkat stres tinggi akan mengalami peningkatan irama jantung dan tekanan darah.Â
Kedua kondisi itulah yang kemudian akan meningkatkan pula risiko terjadinya serangan jantung dan gagal jantung, terutama pada mereka yang telah memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya. Sebenarnya, hubungan antara jam kerja yang panjang dan penyakit jantung sendiri belum bisa dijelaskan secara gamblang.Â
Namun, para peneliti menyimpulkan bahwa hormon kortisol dan epinephrine yang dilepaskan saat stres, turut menyumbang masalah jantung pada mereka yang bekerja lembur.
Sebenarnya, kelelahan sampai menyebabkan kematian bisa saja terjadi. Menurut dr. Yeung, kematian akibat gagal jantung yang disebabkan oleh stres sangat mungkin, tetapi kasusnya cukup jarang.Â
Penyakit jantung akibat kelelahan karena bekerja terlalu lama mungkin terjadi dan meningkat risikonya apabila orang tersebut telah memiliki beberapa masalah kesehatan sebelumnya, seperti riwayat penyakit jantung atau stres berkepanjangan.Â
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa kelelahan tidak secara langsung menyebabkan kematian akibat penyakit jantung. Namun, kondisi stres berkepanjangan dan iskemia-lah yang menyebabkan risiko kematian akibat penyakit jantung meningkat.Â
Ada kalanya, Anda harus bertahan dengan pekerjaan di hadapan Anda karena deadline yang mengikat. Kalau sudah begitu, mau tidak mau, Anda harus bekerja lembur untuk menyelesaikannya.
Dalama artikel ini penulis juga akan mencoba mengulas terkait adakah dampak dari kurang tidur dan kelelahan terhadap kesehatan, bahkan bisa berakibat fatal seperti yang sekarang sedang terjadi. Seperti dari sumber yang baca diwebsite kementerian Kesehatan tentang kaitaannya kebutuhan tidur yang cukup bagi manusia.
Tidur Cukup Untuk Kesehatan
Tidur ialah aktivitas pasif yang sangat penting bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Jutaan manusia di dunia belum bisa tidur cukup atau menderita berbagai masalah tidur. Total waktu tidur yang dibutuhkan manusia memliki perbedaan dari faktor umur. Berikut ialah kebutuhan tidur manusia tergantung umur:
Bayi butuh tidur 16 jam per hari
Remaja butuh tidur 9 jam per hari
Dewasa butuh tidur 7-8 jam per hari
Kekurangan Waktu Tidur Kebutuhan waktu tidur seseorang akan meningkat sesuai kekurangan waktu tidurnya pada hari-hari sebelumnya sehingga tidur yang kurang menciptakan "utang tidur" pada hari-hari berikutnya. Pada akhirnya, tubuh secara alami akan menuntut agar utang tidur tersebut dilunasi.Berikut adalah efek jika manusia kekurangan tidur :
Kesulitan menjaga mata untuk tetap fokus saat beraktivitas,
Tidak bias berhenti menguap, dan
Tidak ingat sudah mengemudi berapa lama.
Kekurangan waktu tidur memunculkan konsekuensi atau masalah pada fisik dan mental manusia, antara lain:
Masalah dalam mengingat (mudah lupa),
Depresi,
Melemahnya sistem kekebalan tubuh sehingga mudah jatuh sakit,
Peningkatan persepsi nyeri.
Banyak penelitian menjelaskan bahwa kurang tidur berbahaya bagi kesehatan. Orang yang kekurangan tidur dites dengan simulator mengemudi atau melakukan tugas koordinasi dengan mata dan tangan memiliki hasil yang lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang mabuk.Kekurangan tidur akan membuat seseorang mudah lemah dan sulit mengendalikan emosi saat beraktivitas di siang hari.Â
Kekurangan tidur juga sangat bahaya bagi mereka yang sering berkendara. Sopir/ pengedara motor yang kelelahan dan mengantuk ialah faktor utama banyaknya kejadian kecelakaan lalu lintas.Hal ini disebabkan oleh mengantuk yang menjadi fase terakhir otak sebelum tidur dan sulit untuk ditahan.Â
Bahkan kafein dan stimulan lainnya tidak bisa mengatasi efek dari kurang tidur kecuali mengistirahatkan diri dengan tidur. Mulailah untuk mencukupkan waktu tidur kita agar hidup lebih sehat dan seimbang. (dikutip dari promkes.kemkes.go.id)
Dari beberapa sumber tersebut bisa disimpulkan ada bahaya di balik kondisi kelelahan berlebih, bahkan bisa fatal bagi tubuh manusia. Kegiatan Pemilu merupakan perheletan besar yang menghabiskan banyak biaya dan energi.Â
Harapan saya kedepannya agar pemangku kebijakan mempertimbangkan kembali pemilu serentak karena dirasakan kurang efektif dan sangat menguras tenaga petugas dikalangan bawah ( PPK,PPS,KPPS), kemudian akibat efek kecapaian pengisian formulir pun banyak yg keliru dan salah isi, dan aspek kesehatan menjadi perhatian lebih kedepannya agar jangan terulang lagi tragedi banyaknya petugas KPPS yang meninggal, agar bisa menjadi pemilu sehat rakyat sehat. (pinus jenal)
Sumber :
1. cnnindonesia.com
2. promkes.kemkes.go.id
3. okezone.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H