Mohon tunggu...
ana Mhi
ana Mhi Mohon Tunggu... Freelancer - Wanita dengan keseharian biasa saja

Suka kopi dengan khas pahitnya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(Puisi) Bumiku

20 September 2022   21:00 Diperbarui: 20 September 2022   21:05 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bumiku rapuh
Tembok-tembok pelindung mulai runtuh
Daratan asa begitu jauh
Terlindas masa yang membuatnya lumpuh

Bumiku sakit
'Tak mampu lagi melawan penyakit
Deru napasnya tinggallah sedikit
'Tak berdaya untuk bangkit

Bumiku mati
Penjahat mimpi membuatnya pergi
Mencabik dengan begitu keji
'Tak tunggu esok apalagi nanti

Gorontalo, ditulis pada Agustus 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun