Tentu, dampak buruknya adalah demokrasi yang makin dikungkungi oleh segelintir elit. Hal demikian terjadi karena sistem demokrasi memberikan ruang kepada siapapun untuk berpatisipasi mendapatkan legitimasi politik dari mayoritas, termasuk para oligark.
Kendali atas modal dan relasi politik, tentu membuka peluang kepada kelompok ini untuk berkuasa, dan bukan tidak mungkin bahwa kemungkinan mereka untuk terpilih akan semakin besar, mengingat maraknya pragmatisme politik yang berkembang di kalangan masyarakat Indonesia.
kebangkitan PKI itu fiksi. kebangkitan keluarga cendana itu nyata--- Buya Eson (@emerson_yuntho) February 21, 2018
Pragmatisme politik yang dimaksud adalah rakyat makin tak peduli siapa itu para oligark, yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat mengambil keuntungan dari partai tersebut, entah itu partai baru atau pun lama. Apalagi melihat karakter parpol di Indonesia yang tidak jelas berada pada spektrum ideologi politik tertentu.
Fatalnya, dalam sistem politik yang didominasi oleh para oligarkis demokrasi sebagai alat perjuangan politik akar rumput tertutup, digantikan oleh dominasi elit politik yang notabene merupakan para generasi oligarkis.
Oligarki and Demokrasi
Secara akademik, fenomena ini telah memunculkan apa yang disebut oleh Yuki Fukuoka sebagai "demokrasi oligarki". Dalam"Oligarchy and Democracy in Post-Suharto Indonesia"Â Yuki Fukuoka mengatakan demokrasi oligarki adalah suatu tatanan demokrasi dimana pertarungan politik didominasi oleh koalisi kepentingan yang predatoris serta mendorong peminggiran kekuatan masyarakat sipil.
Munculnya Partai Berkarya yang didominasi oleh keluarga Seoharto tentu membuka kemungkinan bahwa kekuatan dinasti politik di Indonesia akan makin terkonsolidasi dan efeknya adalah kekuatan sipil akan semakin tergerus atau mengekor pada kelompok oligarki ini.
April 94, Tommy meresmikan Goro. Catatan Bank Bumi Daya, ia dapat kredit $ 100 juta, yang angsuran pinjaman tidak pernah dibayar. 4 Mei 98, Tommy menjual seluruh saham Goro pada petani dan koperasinya seharga $ 112 juta, memindahkan seluruh beban hutang ke pundak petani & PUSKUD--- Iman Brotoseno (@imanbr) February 20, 2018
Memang sukar untuk menghapus sebuah dinasti politik, tidak hanya di Indonesia, negara seperti Filipina dan India pun tak lepas dari dominasi kelompok ini. Di Filipina keluarga mantan Presiden Ferdinand Marcos yang berkuasa selama 20 tahun hingga kini masih bercokol di tampuk kekuasaan. Meski Ferdinand dilengeserkan melalui people's power pada 1986 namun faktanya anak cucunya hingga kini masih memiliki pengaruh politik yang kuat.
Sementara di India, siapa yang tak kenal dengandinasti politik Nehru-Gandhi. Dinasti ini berawal dari Perdana Menteri pertama India,Pandit Jawaharlal Nehru dan hingga kini anak cucunya masih aktif dalam perpolitikan India. Tentu, pengaruh keluarga dan kekuataan ekonomi yang dimiliki merupakan basis utama, sehingga keluarga ini masih tetap eksis dalam kekuasaan.
Di Indonesia, apa yang dilakukan Partai Berkarya tentu merupakan upaya Cendana untuk kembali bercokol dalam kekuasaan. Tampaknya, Tommy dan keluarga menyadari jalan satu-satunya untuk kembali menggapai kekuasaan hanya melalui politik. Tapi, jika ditelaah lebih dalam, apa yang dilakukan oleh Partai Berkarya ini kesannya berlebihan, misalnya dengan masuknya seluruh anggota keluarga ke dalam partai. Tentu, hal tersebut akan menjadi buah bibir di kalangan masyarakat.