Kini, Gus Dur memang telah berpulang ke rumah Tuhan, tapi penghianatan  Cak Imin terhadap Gus Dur tetap dikenang oleh sejarah. Konflik antar Cak Imin-Gus Dur juga dapat dibenarkan ketika pada 3 November 2008 ketika Gus Dur mengirimkan surat kepada Cak Imin tentang pelarangan abribut Gus Dur untuk simbol kampanye politik.
Jika dilihat dari hubungan tidak harmonis antar keduanya, tentu hal-hal yang dilakukan Cak Imin dengan membawa nama Gus Dur untuk kepentingan politiknya adalah tindakan yang tidak tepat. Salah satunya adalah gagasan mengenai suderisme yang menyatukan pokok-pokok pemikiran Gus Dur dan Soekarno.
Tapi apakah perselihan dengan Gus Dur menjadi faktor kendornya elektabilitas Cak Imin?
Elektabilitas Politik
Tentu bukan itu saja. Kinerja buruk sebagai Menteri Tenaga Kerja dan TransMigrasi (Menakertrans) sekaligus menjadi faktor lain. Ketika menjabat menteri, Cak Imin dinilai gagal membenahi sistem penyaluran Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Ia juga dituding pernah menerima Rp 400 juta terkait korupsi Dirjen Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi (P2KT).
@cakimiNOW adlh tokoh yg sgt cocok utk mndmpingi Bpk Presiden @jokowi dlm pilpres 2019. Orng yg sgt mnjunjung tinggi kedaulatan NKRI demi Indonesia lbh bermartabat di mata dunia#JOIN2019#CakIminUntukIndonesia#CakIminTheNextCawapres@jokowi@CakIminNOW
@jazilulfawai@JoinBanten--- Mardian (@Mardian11349498) July 12, 2018
Selain faktor di atas, tentu ada beberapa faktor lain yang tak kalah penting. Misalnya, lemahnya branding politik Cak Imin dan gagalnya mesin politik partai untuk melakukan publikasi tentang sosok Cak Imin. Tentu, publikasi sosok Cak Imin perlu gencar dilakukan untuk mendapatkan simpati publik. Tapi hal tersebut tidak dilakukan.
Sementara, gagalnya mesin partai sekaligus menjadi beban tersendiri dalam meningkatkan elektabilitas Cak Imin. Padahal mesin partai merupakan jantung keberhasilan sebuah partai untuk memperbesar kekuatan politiknya. Duverger dalam "Political Parties Their Organization and Activity in Modern State"Â mengemukan bahwa kekuatan poitik partai dapat dilihat melalui sejauh mana partai tersebut melakukan penetrasi teritorial.
Selain itu, tidak maksimalnya peran ulama sebagai pelumas mesin politik juga merupakan faktor kegagalan PKB. Hal tersebut misalnya dikemukakan oleh Abdul Munir Mulkhan dalam "Politik Santri" bahwa faktor kegagalan PKB adalah karena ulama gagal berfungsi sebagai pelumas bagi mesin politik. Faktor-faktor ini tentu menjadi penyumbang merosotnya elektabilitas Cak Imin.
Said memprediksi Jokowi bisa menang di pilpres 2019 jika berpasangan dengan Cak Imin. Karena itu dia meminta seluruh warga NU kompak mendukung Ketua Umum PKB #CakIminhttps://t.co/ScF5DOXgj5--- Mbak Ana/Khozanah (@ana_khoz) July 4, 2018
Fenomena tersebut sekaligus menunjukan bahwa peluang Cak Imin untuk dipilih sebagai Cawapres Jokowi sangat kecil. Tapi, ada kemungkinan lain bahwa apa yang dilakukan Cak Imin bisa jadi punya tujuan lain misalnya untuk memperbesar kans politik PKB di mata Jokowi yang akhirnya menambah jatah kursi menteri bagi PKB.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sekjen PPP bahwa apa yang dilakukan oleh Cak Imin selama ini hanyalah usaha untuk meningkatkan elektabilitas parpol. Menurut Arsul kegagalan PKB dalam mengusung Gus-Ipul di Jawa Timur adalah bukti bahwa manuver-manuver politik PKB selama ini terbukti tak mampu membawa kemenangan.