Artikel ini pertama kali tayang di Pinterpolitik.com
Setelah meraih banyak kegagalan di Pilkada 2017, PDI Perjuangan kembali harus menelan pil pahit di Pilkada tahun ini. Faktor apa yang mempengaruhinya?
"Menang atau kalah di Pemilu tidak terlalu penting dibanding memperkuat bangsa." ~ Indira Gandhi
Petuah Perdana Menteri India, Indira Priyadarshini Gandhi yang juga merupakan putri tunggal bapak bangsa India, Jawaharlal Nehru ini menjadi pegangan bagi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dalam menenangkan kader-kadernya atas kekalahan yang diderita Partai Banteng di Pilkada Serentak lalu.
Sehingga tak heran bila Sekertaris Jenderal (Sekjen) PDIP Hasto Kristianto, juga hanya berkomentar kalau apapun hasil Pilkada, Rabu (27/6) lalu, persatuan dan kesatuan bangsa lebih penting dibandingkan segalanya. Lagi pula, bagi Hasto, partainya hanya mengalami satu kekalahan saja dari tujuh kemenangan di Pigub yang ditargetkan.
Seperti diberitakan banyak media, dalam Pilkada Serentak yang berlangsung di 171 wilayah -- di mana ada 17 pemilihan gubernur (Pilgub), PDIP hanya menang di enam provinsi, yaitu di Bali, Jateng, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Sulsel. Sementara kekalahan terjadi di tiga provinsi, yaitu Jabar, Jatim, dan Sumut.
Kalau Partai Pendukung Jokowi seperti Nasdem, Hanura atau Golkar memenangkan Pilkada di banyak Daerah, ya mendingan MenCapreskan Kader partainya sendiri.
Sebab Posisi PDIP Partainya @jokowi di Pilkada 2018 sudah melorot jauh kebawah.
Masa yang diatas dukung yang dibawah?
pic.twitter.com/Ua9sYBF5iE--- tso-s4 (@abu_waras) June 28, 2018
Merujuk dari pengakuan Hasto di atas, bisa diartikan kalau kekalahan TB Hasanuddin di Jabar dan Djarot Saiful Hidayat di Sumut, sebenarnya sudah diprediksi sebelumnya. Sedangkan kekalahan di Pilgub Jatim -- di mana keponakan Megawati Puti Guntur Soekarno ikut bertarung, merupakan kekalahan yang tak terduga.
Meski begitu, Sekertaris Badan Pendidikan dan Pelatihan PDIP, Eva Kusuma Sundari mengaku kalau daerah-daerah di mana PDIP kalah, seperti Sumut, Jabar, dan Jatim, memanglah bukan basis partaimereka. Sehingga kemenangan di Pilgub tahun ini yang hanya 35 persen, bukan hal yang dianggap terlalu buruk.
Di sisi lain, kekalahan PDIP di Pilgub tahun ini sebenarnya juga dialami pada Pilgub 2017 lalu. Saat itu, Partai Banteng hanya mampu memenangkan tiga provinsi dari tujuh Pilgub yang ada. Fenomena ini tentu membuahkan pertanyaan, apa yang sebenarnya membuat PDIP keok di berbagai wilayah?
Salah Strategi, Mesin Partai Macet
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!