Pemberian istilah ‘hantu’ bagi Orde Baru didasari anggapan bahwa Orde Baru telah menjadi momok yang menakutkan bagi rakyat negeri ini. Reformasi yang dimotori oleh Amien Rais, tidak seperti diharapkan, terbukti belum memberi perubahan yang signifikan dalam kehidupan berbangsa. Munculnya stiker-stiker sloganis bergambar Soeharto (alm) menyapa : ‘Piye kabare? Enak zamanku toh?’ dirasakan menyindir namun sekaligus memberi kesan ada benarnya walau tak sepenuhnya. Betapa tidak, secara mendasar kualitas hidup rakyat tidak lebih baik di sana-sini terlontar ungkapan yang bernada sama dengan slogan di stiker itu.
Harus diakui kalau berakhirnya kekuasaan Soeharto yang diwarnai ketegangan maha dahsyat dan fakta penculikan sejumlah aktivis yang di antaranya hilang hingga saat ini adalah kehendak sebagian besar rakyat dan dengan demikian, adalah kehendak rakyat.
Pilpres 2014 akan dicatat dalam sejarah bangsa ini dengan sejumlah keistimewaan. Untuk pertama kali ada dua pasang capres/cawapres yang tampil head-to-head. Untuk pertama kali muncul capres dari kalangan rakyat biasa dan begitu dekat dengan rakyat pendukungnya, Jokowi.
Kondisi bangsa ini sejak masa lalu hingga saat ini masih dibelit permasalahan keuangan yang parah dapat diwakili oleh tulisan ini:
http://indonesiana.tempo.co/read/17921/2014/06/21/pencariilmuseumurhidup/keterkaitan-antara-militer-mafia-perminyakan-dan-akun-akun-penyebar-kebohongan
Bagi saya dan banyak pembaca, data-data hasil investigasi dalam tulisan di atas walau beberapa masih belum terverifikasi cukup mengguncang. Kita patut berterima kasih kepada penulisnya.
Mencermati data pada tautan di atas maka menjadi sangat relevan apa yang dikatakan oleh Jokowi bahwa yang pertama kali harus dilakukan jika terpilih adalah pembenahan SDM sejalan dengan pembentukan kabinet profesional. Berdasarkan data pada tulisan itu pula maka yang paling utama dan urgen untuk dilakukan adalah 'membunuh' mafia migas yang telah cukup lama mencokok negeri ini, mafia ini menikmati puncak kejayaan di era Orde Baru dan tak kuasa dihentikan di era Presiden SBY saat ini. Mafia ini sangat kesohor di kalangan dunia perminyakan.
Menjelang Pilpres 2014 yang sudah di depan mata menjadi penting bagi setiap kita warga bangsa memahami kedua pasangan demi memberi andil menentukan kondisi negeri ini ke depan. Terkuaknya peran mafia migas dalam Pilpres 2014 ini sejatinya telah membuka nurani bangsa ini untuk secara jernih menentukan pilihan dan mengurangi risiko kegagalan.
Melalui analisa yang menyeluruh saya menemukan alasan satu individu dalam mendukung pasangan nomor 1 sebagai berikut:
1. Sebagai seorang muslim awam (kurang mengerti, uninformed), meyakini pasangan nomor 1 lebih mewakili dirinya sebagai seorang muslim, atau paling tidak, pasangan nomor 2 dinilai tidak sebaik pasangan nomor 1 keislamannya, dengan turut memandang figur-figur dalam koalisi masing-masing pasangan.
2. Sebagai seorang muslim yang faham betul akan koalisi pembentuk kubu pasangan nomor 1 dengan sadar mengharapkan tetap eksisnya radikalisme islam di negara ini dengan doktrin perlunya menindas penganut di luar Islam dengan dasar ketakutan (phobia) tergusurnya kaum muslim jika pasangan nomor 2 berkuasa.
(butir 1 dan 2 di atas semakin mantap bagi sesesorang secara ekstrim melalui bacaan provokatif Obor Rakyat)
3. Sebagai seorang yang mendapat kenyamanan dan keuntungan tak sah dalam jabatannya di pemerintahan masa lalu maupun masa kini dan merasa terancam dan takut (phobia) akan digusur bahkan diproses pidana jika pasangan nomor 2 berkuasa.
4. Sebagai seorang yang tak memiliki profesionalismekualifikasi baik dan terbiasa mendapat kemudahan dalam sistem koncoisme dan kronisme.
5. Sebagai seorang warga biasa yang terintimidasi oleh pihak yang berkuasayang berkoalisi dengan pasangan nomor 1.
6. Sebagai seorang yang tergiur oleh politik uang dan merasa tak berkuasa untuk menolak ajakan dan arahan pemberi uang.
7. Sebagai seorang penganut agama diluar Islam yang meyakini pasangan nomor 1 akan banyak memberi sumbangan dana ke kaumnya, baik melalui pemahaman sendiri atau janji kampanye pasangan nomor 1.
8. Sebagai loyalis Orde Baru.
Melalui mekanisme kampanye khususnya sesi debat sesungguhnya ke dua pasangan telah diarahkan bahkan digiring untuk tidak bisa tidak ,membukakan jatidiri yang sesungguhnya siapa mereka. Persaingan yang ada bukan sandiwara namun murni didasari semangat untuk meraup suara terbanyak. Bahasa tubuh tak dapat dibohongi. Melalui debat kita dapat tahu siapa yang menyiapkan visi misi yang kuat mencerminkan idealisme dan sungguh merepresentasikan diri sehingga mampu meraih kepercayaan rakyat, mana yang hanya bagus dalam konsep namun dirasakan janggal bahkan menggelikan saat menyampaikan di hadapan rakyat karena tak dapat menghapus kesan antithesis dengan jatidirinya. Temuan-temuan hasil investigasi dan menyebar demikian cepat di media sosial membuat kedua pasangan tak dapat berbuat banyak untuk menutupi sandiwara kebohongan, kecurangan, fitnah.
Hantu Orde Barutelah dengan sukses diusir rakyat dari panggung politik dahulu. Kita, rakyat Indonesia telah melangkah betapa pun tak seindah harapan. Menyesali reformasi dan terobsesi akan munculnya kembali Orde Baru bukanlah jawaban yang baik atas permasalahan bangsa saat ini. Jargon ‘Indonesia Bangkit’ yang diusung pasangan capres nomor 1 patut ditengarai kalau yang sesungguhnya adalah ‘Orde Baru Bangkit’, sesuatu yang dapat dimengerti merupakan manifestasi dari dendam politik klan Cendana untuk eksis kembali di panggung politik negeri ini, keadaan yang akan menutup rapat kemungkinan mengungkit kesalahan Orde Baru dalam sekian lama berkuasa sekaligus mengulangi sukses membungkam pemikiran kritis rakyat, kembali ke zaman pembodohan publik. Jangan biarkan kepintaran berpidato dan retorika mencuri kemerdekaan bangsa ini. Jangan biarkan kemampuan finansial pasangan yang wah yang bukan tak mungkin sebagian besar berasal dari rakyat saat berkuasanya Orde Baru digunakan secara licik untuk membeli suara rakyat, satu kekejian maha dahsyat jika itu benar.
Dengan memantapkan pilihan kepada pasangan yang tepat yang akan menyelamatkan negeri ini setiap kita dapat kompak beramai-ramai menghentikan bangkitnya Orde Baru.
Jika Anda tidak termasuk dalam kategori 1 s/d 8 di atas maka Anda siap menjadi bagian dari kekuatan rakyat yang sadar akan bahaya yang dihadapi dan tahu apa yang harus dilakukan.Bersama Jokowi kita merayakannya dalam pesta demokrasi ini.
Jokowi adalah kita.
Salam dua jari......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H