Ungkapan ini diucapkan oleh Prabowo dalam versi bahasa Indonesia. saat berkunjung ke istana wakil presiden tak lama setelah pelantikan Presiden dan Wakilnya oleh MPR. We Are On The Same Boat adalah ungkapan Inggris yang menggambarkan rasa senasib sepenanggungan dalam meraih cita-cita bersama. Seperti digambarkan oleh media ini: http://www.merdeka.com/politik/cabuli-dua-bocah-pria-pengamen-bonyok-dihajar-warga.html dan ini : http://www.beritasatu.com/politik/219104-prabowo-kita-satu-kapal.html, suasana pertemuan itu berlangsung hangat. Rupanya Prabowo berinisiatip mengubah suasana panas tegang kaku yang terbawa sejak kampanye dan kisruh aksi banding Prabowo terhadap hasil Pilpres 2014. Jusuf Kalla selaku kapasitasnya sebagai orang tua cukup bijak menangkap inisiatip Prabowo yang elegan, tidak dapat menahan keharuannya atas sikap Prabowo yang saat itu secara jantan dan jelas menyampaikan mohon maaf kepada Jusuf Kalla (JK) dan yang langsung ditimpali oleh JK dengan ucapan mohon maaf juga disertai derai tawa bersama.
Ya, begitulah ternyata mudah untuk menciptakan suasana bersahabat karena manusia itu punya hati yang membuatnya disebut manusia. Kemanusiaan yang adil dan beradab pun hadir. Kesungguhan untuk saling menghargai, dan mengesampingkan ego. Prabowo mustilah mendapat masukan-masukan yang bagus sebagai dasar tindakan baiknya ini. Dan dia menuai pujian karenanya. Sebelumnya, tak kurang dari mantan Presiden BJ Habibie melalui beberapa wawancara TV mencela sikapnya secara halus namun tegas sebagai 'ngotot' yang tidak berpihak kepada rakyat.
Bagi yang cermat dalam mengamati sebenarnya dapat menangkap kalau tindakan-tindakan politis Prabowo sangat mungkin disitir oleh pembisik-pembisik di sekelilingnya. Komponen FPI dan PKS adalah pihak yang diyakini kuat di balik tindakan Prabowo. Ini dapat berarti Prabowo telah melepaskan diri dari suasana kubu-kubuan dan tampil dengan tanggung jawab pribadinya dalam sikap politiknya.
Secara tersirat cukup jelas apa yang dimaksudkan Prabowo. Bahwa Indonesia ini laksana kapal besar di tengah gelombang besar. Jokowi-JK sebagai nakhoda cukup berperan besar dalam menentukan jalannya kapal menuju tujuan negara adil makmur yang menyenangkan bagi banyak orang, bukan segelintir. Namun tercapainya tujuan kapal juga ditentukan kondisi penumpang yang dibawa. Jika penumpangnya selalu bikin rusuh dan mengacau tentulah merusak kerja nakhoda. Bisa-bisa kehilangan arah, menabrak karang dan yang paling fatal, karam.
Maka ungkapan 'Kita satu kapal' sangat menggetarkan kita semua. Juga menyiratkan pengakuan Prabowo akan keberadaan nakhoda baru. Kiranya jauh kemungkinan Prabowo menganggap dirinya di satu kapal di mana dirinya juga adalah nakhodanya, bahwa nakhodanya jadi dua yang bisa terjadi saling berebut kemudi dan memberi suasana seperti dalam filem terkenal 'Mutiny On The Bounty' yang dibintangi Marlon Brando. Mari untuk berbaik sangka tanpa mengendurkan kewaspadaan adanya kemungkinan lain.
Mengamati materi orang-orang yang mendapat kehormatan untuk berkarya dalam kabinet fenomenal ini mencuatkan beberapa catatan menarik. Sosok menteri bernama Susi Pudjiastuti melejit. Tak satu pun orang dari kelompok suku Batak masuk dalam jajaran menteri. Butuh waktu dan kesan tarik-ulur dalam finalisasi materi menteri. Menurut analisa saya, sosok Susi dapat menjadi acuan kriteria seperti apa yang dibutuhkan Jokowi. Tak memandang deretan gelar akademis. Rekam jejak yang mencengangkan melebihi orang kebanyakan. Seabreg prestasi dan penghargaan. Suka turun ke lapangan. Tak kurang pentingnya nilai-nilai moral seperti rendah hati, jujur, tepo seliro, kalem, kredibel dan berintegritas. Pintar dan visioner adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki menteri. Nah, orang Batak kebanyakan masih di tingkat kemampuan dasar dan lemah dalam nilai-nilai moral.
Prabowo adalah sosok yang pintar dan visioner, Namun kesesuaian ucapan dan tindakannya diragukan. Nilai-nilai moral yang menjadi unggulan Jokowi tak dimiliki Prabowo dan itu kunci kegagalan Prabowo. Maka gaya Prabowo dapat mewakili kebanyakan orang Batak masa kini. Egois dan merasa paling pintar.
Ungkapan 'Kita satu kapal' masih harus dibuktikan makna sesungguhnya ke depan. Apakah Prabowo mau sungguh membagi tenaga dan pikiran sebagai komponen bangsa atau sebagai seorang yang mau merebut kemudi bangsa dan membawa kapal besar Indonesia dalam suasana huru-hara terus menerus. Karena, apa yang dipertontonkan Prabowo dalam masa kampanye sampai sebelum menunjukkan sikap manis akhir-akhir ini begitu ekstrim dan mengundang cemooh yang begitu besar. Rasanya sikap manis Prabowo saat ini belum cukup menggusur sikap destruktifnya sebelumnya yang membuat banyak orang menyebutnya sebagai 'pecundang'.
Yess, we are on the same boat.............(dengan mata agak mengernyit).... namun seperti apa, Bro?
Tuhan memberkati Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H