Jathilan kesenian Jawa Tengah berupa tarian yang penarinya menaiki kuda lumping, di iringi gamelan (bende, kednang, dsb) juga di iringi sinden dan di temani pawang.Â
Ada pula yang menyebutkan sebagai kuda lumping, kuda kepang, dll. Jathilan berisikan tarian yan mmenceritakan tentang raden Fatah dan Sunan Kalijaga untuk melawan Belanda. Ada pula menggambarkan kisah prajurit Mataram yang sedang mengadkan latihan perang (gladen) di bawah pimpinan Sultan Hamengku Bowono I. Dengan jumalh penari sesuai dengan cerita yang akan ditampilkan.
Seiring berjalannya waktu Jathilan memiliki banyak cerita yang dikembangkan oleh para penerusnya yang pakem ini disebut "Jathilan Kreasi Baru" yang banyak dilakukan saat ini.Â
Jathilan sendiri masih terus di gandrungi semua kalangan terutama di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Dan menjadi tradisi yang selalu disuguhkan setiap menjelang puasa dan setelah lebaran. Contohnya, di Tebing Breksi Yogyakarta yang menggelar acara Jathilan selama setelah lebaran dan biasanya dibagi menjadi 3 sesi dan dimainkan sampai tengah malam.Â
Namun saat ini dengan terus berkembangnya Jathilan terjadi pula perubahan musik. Musik yang dilantunkan menjadi pencampuran musik-musik pop jawa modern yang sedang viral. Hal ini menjadi inovasi untuk menarik penonton baru yang lebih muda yang kebanyakan menyukai musik pop. Dan tentunya dengan perubahan ini susunan alat musik juga berubah, ada tambahan drum dan keyboard untuk membantu gamelan agar terdengar lebih pop.
walau menjadi lebih modern tentunya tidak ada yang berubah dari isi pertunjukan, masih sama dan tetap memiliki pawang dan atraksi kesurupan "ndadi" yang menjadi ciri khas jathilan sendiri. Tapi untuk bagi orang yang menyukai jathilan dengan pakem klasik tentunya masih ada "Jathilan Pung Jroll" yang masih ada di beberapa paguyuban jathilan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H