Mohon tunggu...
Atha Earlene
Atha Earlene Mohon Tunggu... -

........

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Negeri di Ujung Senja

8 November 2016   11:51 Diperbarui: 8 November 2016   11:57 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku hanya mengguk saja, menunggu sore di atas batu karang.

“ Dulu negeri ini terkenal dengan langit sore yang indah, tapi senja itu sudah lama pergi”. Kata kakek itu sambil memungut sampah, memasukkannya ke dalam keranjang yang digendong punggungya.

“ Senja itu sudah lama tidak kesini lagi, entah dimana dia sekarang”. Masih memungut sampah yang sepertinya tidak akan habis-habis.

“ Pergi?, pergi bagaimana kek? ”.

Kakek itu tidak menjawab, hanya menatap langit yang kelabu di selatan.

“Kelak, senja itu akan datang kembali, ketika negeri ini seperti sedia kala  ”.

Kemudian kakek itu berlalu sambil memungut sampah di sana-sini. Punggungnya bungkuk, ototnya tidak kuat lagi menahan beban. Sampah itu sudah dua kali lipat dari berat tubuhnya sendiri.

Sampah di negeri ini tak akan pernah habis dan akan terus berdatangan. Negeri senja sudah berubah menjadi negeri sampah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun