Setelah istirahat sekitar 15 menit di bawah Patung Jesus, saya kembali jalan, turun kembali ke pantai dengan jalan kaki. Tetesan keringat tentu tak bisa dihindari. Dalam penantian menunggu perahu yang datang, saya coba membeli minuman es yang dicampur minuman sachet-an di kios (warung) di pantai itu. Satu plastik minuman tersebut dihargai 2.000 harga yang saya kira cukup pantas untuk harga minuman di obyek wisata. Bahkan terbilang murah.
Sekembalinya di Manokwari, setelah istirahat di hotel. Saya sengaja keluar hotel untuk masuk ke salah satu supermarket terdekat. Tujuan saya adalah satu, ingin cek harga barang di supermarket. Â Ternyata saat masuk, saya tidak menemukan label harga di rak. Hanya satu dua barang saja yang ada labelnya.Â
Iseng saya coba pesan Pop Mie yang langsung di sedu di situ, lalu saya ambil Nescafe kaleng yang dingin dari kulkas, serta FresTea botol besar dan satu bungkus biskuit Malkis Abon, dari keempat barang yang saya beli tersebut, ternyata kasir menyebutkan angka 36 ribu. Nominal yang jauh di luar perkiraanku, karena taksiranku bila mahal angkanya pasti di antara 50-70 ribu. Ternyata harga di Manokwari hanya terpaut beberapa ribu saja dibanding di Jawa.
Pagi harinya, biar tidak penasaran, harga di pasar tradisional pun ikut saya cek. Saya mendapati harga sayur, bumbu, dan lain-lain menggunakan model per paket / piring, satu piring harganya 5.000 rupiah, Baik itu tomat, cabe, jeruk, bawang, brambang, dan lain-lainnya. Ini cukup memudahkan dalam membeli. Harga ikan pun cukup murah, ikan kembung harga per kilonya tidak lebih dari 15 ribu.
Dari blusukan ke pasar dan supermarket tersebut saya mendapati harga yang cukup murah, tidak mahal seperti yang disampaikan para pembual.
Hal yang juga menarik adalah banyaknya konter penjual pulsa, ini menandakan penggunaan gadget di Manokwari cukup banyak dan menjamur. Sinyal selular dari operator merah cukup bagus di sini, sehingga kita bisa update media sosial dengan mudahnya. Sedangkan sinyal Si Biru dan Si Kuning harus bekerja keras.
Mungkin tahun depan ketiga operator tersebut akan saling berlomba menguatkan sinyalnya, ini dikarenakan Pemerintah sudah hadir sepenuhnya menggarap jaringan fiber optik / pita lebar yang menghubungkan Manokwari dengan Ibukota dan kota-kota lainnya. Jaringan pita lebar yang masuk dalam proyek Palapa Ring tersebut sebentar lagi lengkap 100% jaringan fisiknya. Sehingga koneksi cepat akan mudah di dapat.
Pemerintah melalui BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi) berhasil menyelesaikan pembangunan jaringan pita lebar yang menghubungkan semua kota/kabupaten dengan koneksi internet yang cepat. Ini sebuah prestasi, karena impian semua masyarakat adalah mendapatkan akses internet cepat.
Semoga setelah jaringan fisiknya selesai, seluruh operator bisa mengoneksikan BTS-BTS nya dengan fiber optik, sehingga sinyal yang dipancarkan cukup kuat untuk diterima masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H