Mohon tunggu...
BaBe
BaBe Mohon Tunggu... Supir - Saya masih belajar dengan cara membaca dan menulis.

Banyak hal menggelitik di dunia ini yang pantas dikupas!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pembangunan Gak Bener di Era Mr Gabener

27 November 2018   09:10 Diperbarui: 27 November 2018   09:14 833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembangunan Skybridge membuat Kawasan Tanah Abang semakin Pucat. (Grafis: AL)

Membangun Jakarta adalah pekerjaan yang cukup sulit, karena pembangunan yang masih berlangsung sejak era Ali Sadikin hingga sekarang. Pembangunan demi pembangunan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan kota agar warganya bisa hidup lebih nyaman.

Beberapa hal yang saya sendiri ikut merasakan dampaknya dalam pembangunan DKI Jakarta adalah disaat Sutiyoso memulai pembangunan Busway, sebuah langkah yang hingga sekarang punya dampak positif. Jalur busway dibangun dengan tidak mengindahkan keramahan ibukota. 

Keberadaan Busway justru membuat ibu kota tidak melulu dipenuhi dengan kemacetan, tetapi masih ada ruas-ruas kosong yang bisa dilalui moda transportasi bus dengan lancar.

Membangun tanpa mengabaikan keramahan kota adalah hal yang sangat penting.  Karena ibukota butuh semakin banyak publik space, butuh taman kota yang lebih banyak, butuh udara segar yang lebih banyak bagi warganya.

Gubernur selanjutnya, Fauzi Bowo membuat moratorium untuk tidak adanya pembangunan mall baru kecuali yang izinnya sudah keluar, kebijakan ini juga sebuah terobosan agar kota Jakarta tidak tertutup oleh mall. 

Karena semakin banyak Mall akan membaut Jakarta kehilangan identitas aslinya. Keramahan Betawi akan mulai tergerus nantinya.

Kontribusi Fauzi Bowo dalam menyelesaikan pembangunan Kanal Banjir Timur diwilayah Jakarta Utara dan Jakarta Timur cukup membuahkan hasil mengurangi banjir di wilayah tersebut. Lagi-lagi warga DKI mendapatkan situasi yang lebih nyaman.

Kepemimpinan selanjutnya di bawah Gubernur Joko Widodo, banyak terobosan yang cukup jelas bisa kita nikmati. Penataan-demi penataan bisa dilakukan dengan cukup baik. 

Pembangunan MRT langsung dimulai. Ide awal pembangunan MRT adalah dari Habibie, tetapi dibawah kepemimpinan Jokowi lah DKI berani membangun. meskipun banyak pro kontra, tetapi saat inilah semua bisa dibuktikan bahwa semua bisa dilakukan.

Pasar-pasar tradisional pun dirapikan, sehingga masyarakat lebih dimanusiakan saat pergi ke pasar. Pasar Tanah Abang yang terkenal dengan kesemrawutannya sejak era Ali Sadikin disulap menjadi kawasan tertib. Pedagang pun rela dirapikan. 

Jalanan di kawasan Pasar Tanah Abang yang dulunya terkenal macet karena dipenuhi pedagang kaki lima pun akhirnya bisa menjadi rapi di era Gubernur Jokowi. Keramahan Pasar 

Tanah Abang kembali terlihat waktu itu, karena pengguna jalan mendapatkan haknya, dan fungsi pasar tetap seperti semula.

Selain pasar, sungai-sungai yang ada di DKI juga mendapatkan perlakuan istimewa. Endapan tanah dan sampah yang ada di sungai-sungai dan di danau sunter mendapatkan penanganan yang tepat. Kali item akhirnya menjadi jernih airnya. Ini juga sebuah hal yang sulit kita lihat di era terdahulu.

Pemerintahan selanjutnya adalah Basuki Tjahaja Purnama / Ahok. Meskipun Ahok hanya meneruskan posisi Jokowi karena maju jadi presiden, di era Ahok pembangunan terus berlangsung. Sikap tegas Ahok mampu mengubah banyak hal. 

Puluhan taman kota terwujudkan, ini cangat berarti, karena membuat warga DKI Jakarta semakin banyak public area yang bisa dinikmati.

Penataan daerah aliran sungai seperti di wilayah Bukit Duri membuahkan hasil yang cukup baik. Wilayah yang dulunya langganan diterpa air saat sungai meluap sekarang sudah tampak cantik.

Pengerukan waduk pluit juga terlaksana dengan baik sesuai target. Pendangkalan sungai-sungai di Jakarta pun tidak terjadi lagi.

Ahok juga mampu membangun Lingkaran Semanggi tanpa menggunakan APBD, keberadaan Lingkaran Semanggi mampu mengurangi kemacetan yang cukup signifikan tanpa mengurangi keindahan Ibukota, yang ada justru semakin cantik dimalam hari.

Saat ini DKI Jakarta sedang dipimpin oleh Gubernur yang sering mendapatkan julukan Gabener oleh netizen. Tentu netizen memberikan julukan itu karena sebuah alasan.

 Anies Baswedan yang  berlatar belakang pecatan Menteri Pendidikan terlihat sangat gugup dalam memimpin DKI. Kebijakan demi kebijakan yang diambilnya pun kadang jadi bahan tertawaan.

Awal tahun ini kita bisa melihat begitu gugupnya Dia dalam merespon perintah dari Presiden Indonesia dalam konteks mensukseskan Asian Games. Sebagai tuan rumah bersama Palembang, respon yang diperlihatkan Pemda DKI tidak sebagus respon Pemda Sumatera Selatan. 

Beberapa hal justru menjadi bahan candaan netizen saat Mr. Gabener (julukan dari netizen untuk Anies Baswedan) tidak mampu menata trotoar di DKI untuk menyambut hajatan Asian Games. Selain trotoar juga penanganan Kali Item yang justru jadi sorotan internasional karena ketidakmampuan Mr. Gabener.

Kejadian lain yang tidak kalah menarik adalah Tanah Abang kembali ke tahun 90-an, karena jerih payah yang dilakukan Pemda DKI di era Joko Widodo dijungkirbalikkan dengan membuat kumuh lagi jalanan di kawasan Tanah Abang karena pedagang kaki lima diperbolehkan kembali jualan di trotoar.

Cerita soal Tanah Abang tidak berhenti di situ saja, karena saat ini di Tanah Abang sedang dibangun Sky Bridge alias Jembatan penyeberangan yang ada di atas jalan raya. Sepertinya menarik sekali istilahnya SkyBridge. 

Tetapi pembangunan ini justru membuat keramahan Pasar Tanah Abang menghilang. Bila dulu kita bisa melihat jalan raya cukup bersih di era Jokowi jadi gubernur, di era Mr. Gabener jalan aspal tersebut ditutupi dengan konstruksi di atasnya dijadikan area jualan pedagang kaki lima.

Proyek SkyBridge senilai 35 miliar ini hanya akan menampung 446 PKL, sekilas strategi memindahkan PKL ke lantai atas adalah cara yang baik, padahal situasi ini justru akan membuat kesenjangan sosial antara pedagang lainnya yang ada di blok pasar. 

Mr. Gabener tidak memikirkan hal itu, yang Dia pikirkan adalah bagaimana ada proyek untuk menutupi rasa malunya karena ketidakmampuannya dalam menata Pasar Tanah Abang.

Lihatlah sekarang, keramahan itu sudah hilang, jalananan sekarang ditutup atap sebuah bangunan bernama SkyBridge, sebuah nama yang juga tidak lah mencerminkan budaya Betawi. Keramahan Betawi hilang karena kenyamanan Tanah Abang sudah hilang.

Di sini saya tidak menyalahkan netizen karena memberikan julukan sebagai Mr. Gabener kepada Anies Baswedan, karena memang ketidakmampuannya dalam menata DKI lebih dari setahun terakhir cukup bisa dilihat oleh masyarakat. 

 Belum ada masterpiece baru yang cukup mengagetkan di DKI Jakarta, yang ada justru kelucuan demi kelucuan disuguhkan.

Ini adalah Sebuah cerita yang bisa dijadikan contoh ke anak cucu kita nantinya, perihal pernah suatu saat warga DKI salah dalam memilih gubernur di antara calon-calon lain yang lebih mampu menata DKI .

Jakarta, 27 November 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun