Mohon tunggu...
BaBe
BaBe Mohon Tunggu... Supir - Saya masih belajar dengan cara membaca dan menulis.

Banyak hal menggelitik di dunia ini yang pantas dikupas!

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Nasdem, Lupakanlah Andi Surya!

29 Agustus 2018   10:32 Diperbarui: 29 Agustus 2018   10:45 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukan sebuah provokasi, tetapi tulisan ini lebih ke sebuah saran yang bisa kita pahami dengan logika sederhana, yaitu tentang mengapa lebih baik Warga Lampung meninggalkan Andi Surya, yang merupakan salah satu caleg DPD dari Lampung. Sedikit tulisan ini akan membuka kenapa Dia pantas ditinggalkan atau dilupakan.

Dalam masa pileg 2019 ini, Andi Surya kembali maju sebagai calon anggota DPD, tetapi pindah partai, dari partai Hanura loncat ke Nasional Demokrat. Kenapa loncat? Tentu saja meskipun sama-sama daerah asalnya Lampung, Dia cari kendaraan politik yang lebih tebal finansialnya, sehingga Dia lebih tenang dan tidak diributkan untuk urusan ini.

Bila tujuannya untuk menyuarakan suara rakyat ke pusat, sepertinya tidak beda juga mau dari partai mana Dia berasal, asal yang disuarakan kebenaran. Tetapi jalan menuju DPD ini sepertinya Dia lakukan dengan mencari sensasi yang Dia sendiri kurang pahami!

Salah satu contoh sederhana adalah, Dia mencoba memutar balikkan fakta hukum, tentang kepemilikan tanah di daerah asalnya, yaitu Lampung, dimana Tanah Pemerintah/ Tanah Negara yang dimilikli oleh salah satu BUMN Dia bilang bukanlah tanah yang sah, sehingga ribuan rakyat mencoba mencari peruntungan dengan euforia mengelu-elukan Andi Surya bak pahlawan, karena menyuarakan suara rakyat yang notabene adalah pengguna Aset Negara tanpa mau keluar biaya.

Ini sebuah cara yang salah yang telah dilakukan oleh Andi Surya, yang ke depan justru akan merusak nama Partai Nasdem karena memelihara kader seperti Dia. Ketidakmampuan Andi Surya memahami soal hukum, menjadikan Dia berusaha membuat berbagai acara / FGD (focus group discussion) yang bersangkutan dengan hukum pertanahan, yang sayangnya mereka membahas pertanahan, membahas hukum koloniaal, tetapi yang didatangkan bukan orang yang kompeten dibidangnya, alhasil apa yang dihasilkan di FGD yang sudah di setting tersebut blunder menjadi informasi salah yang disebarkan ke media lokal, yang alhasil masyarakat yang buta soal sejarah pertanahan di Indonesia makin dibodohi oleh informasi yang salah.

Salahnya dimana? Bila itu pertanyaannya, ada banyak kesalahan yang disampaikan oleh Andi Surya dan orang-orang bayarannya dalam memahami kasus tersebut. Dalam banyak hal Andi Surya bahwa salah satu BUMN tidak memiliki bukti yang sah, yang ada hanya fotocopy / copyan saja. Ini jelas salah, karena Andi Surya sendiri hanya bicara berdasarkan opini, Dia sendiri tidak pernah mau datang ke kantor yang bersangkutan untuk melihat langsung bukti aslinya, dan kemudian berani membuat opini yang salah.

Seharusnya bila Dia kemarin sewaktu masih menjabat sebagai anggota DPD, Dia bisa punya hak untuk datang ke kantor pusat BUMN tersebut, dan datang dengan baik-baik, untuk menanyakan bukti asli apa yang dinamakan grondkaart, dan dokumen pendukung lainnya, setelah itu baru Dia sampaikan hal tersebut kepada masyarakat.  Sebuah langkah yang sebenarnya bisa dilakukan Andi Surya tetapi tidak dilakukan. Kenapa?

Karena bila Andi Surya melakukan itu, maka Dia akan sulit mengambil hati rakyat, dan dalam pemilihan legislatif nanti Dia akan kesulitan mendapatkan suara, alias ujung0ujungnya punya resiko gagal menjadi DPP. Ini yang tidak Dia inginkan.

Apakah Partai Nasdem akan mempertahankan politikus seperti ini, yang lebih banyak egoisnya daripada memikirkan rakyat yang sebenarnya? Saran saya, Tinggalkan Andi Surya, karena Dia akan menjadi duri dalam partai, bisa memperburuk citra Partai Nasdem, terutama di wilayah Lampung.

Metro Lampung, 29 Agustus 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun