"Sakti, lagi santai?" Kuberanikan untuk menyapa terlebih dahulu.
Perlahan teman bicara Sakti menjauh darinya, memberikan kesempatan padaku untuk berdua dengannya. Dia paham, jika sudah lama aku mencoba untuk terus mendekatinya.
"Iya Mir, ini lagi santai. Mumpung belum ada tugas dari Ayah Pagi ini." Jawab Sakti dengan gayanya yang dingin.
Obrolan kami terus berlanjut sambil berjalan pelan menyusuri gang Gempol yang mungkin akan menjadi saksi yang tak terlupakan.
Saat kurasa kami sudah berada di zona nyaman, niatku untuk mencoba memegang tangannya mulai muncul. Takut, gemetar, dan dada seperti mau meledak bersatu padu mengganggu hasrat yang sudah mulai memuncak. Dengan kekuatan yang ada, kupaksakan tanganku bergerak menggapai tangannya.
Namun nahasnya, dewi fortuna tak berada di pihakku. Tangannya tidak tergapai. Karena tiba-tiba dia pergi berlari menuju suara yang memanggilnya dari ujung sana. Tapi, ada hal yang membuatku terkejut dan terharu. Dari belakang, tak terasa ada orang lain yang telah menggapai tanganku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H