Mohon tunggu...
Ayu Wilujeng
Ayu Wilujeng Mohon Tunggu... wiraswasta -

Semua orang berhak punya mimpi. @Lujeng_Ayu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kalau Cinta, Katakan! (Bagian 9)

3 November 2013   12:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:39 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bab IX

Suasana sekolah pada malam hari ini tampak meriah. Suara gaduh terdengar dimana-mana. Lampu-lampu menyala menambah semaraknya lapangan sekolah. Banyak terdengar tawa dan teriakan para siswa. May turun dari motor dan tersenyum senang memandang gedung tempatnya bersekolah.

Di depan gerbang sekolah ada tiga orang siswa yang duduk-duduk sambil mengobrol. Ketika melihat Doni akan masuk ke dalam sekolah, salah satunya bergegas membuka gerbang pintu dan menyapa ramah. Mereka bertiga ini adalah siswa kelas XI yang bertugas sebagai keamanan. Malam ini giliran mereka yang jaga gerbang sekolah, mengecek siapa saja yang keluar dan masuk.

“May, aku nggak bisa nemenin kamu terus.” Kata Doni setelah turun dari motor. “Posku ada di bawah wall climbing, pos PMR ada di depan ruang UKS, Paskib ada di lapangan voli dan pos drumband ada di lapangan upacara. Kalau mau ikut aku, silahkan. Nanti aku kenalin sama yang lainnya, terus kamu juga bisa ikut materi. Siapa tahu nanti kamu tertarik ikut kita jalan-jalan ke gunung. Kalau pengen jalan-jalan dulu lihat-lihat ya silahkan juga, tapi aku harus ke pos sekarang.”

“Hmmm... oke.” Jawab May yakin.

“Oke apa? Oke ikut aku apa oke mau jalan-jalan sendiri?” tanya Doni.

“Hehehe. Aku mau keliling dulu deh, kalau capek nanti aku ke mushola aja.” Jawab May sambil tersenyum.

“Sekarang di musholla lagi rame, kan masih waktu shalat Maghrib. Kamu ikut aku aja deh, gimana?” tanya Doni.

“Aku pengen cari Wira, dia kira-kira di pos mana ya?”

Dan Doni pun terkejut mendengar pertanyaan Humairah. Setelah sampai di sekolah, yang ditanyakan May adalah Wira. Betapa kecewanya dia.

“Wira mungkin ada di ruang OSIS.” Jawab Doni singkat.”Ya udah kalau kamu mau cari Wira, aku ke posku dulu ya.”

“Iya, makasih ya Don.” Kata May. “Eh, Doni. Jangan lupa ya, dimakan bekal dari mama.”

“Oh, iya May. Makasih ya.” Doni teringat kotak makan pemberian mama Humairah. “May, kalau ada apa-apa cari aku aja ya.”

Dua insan ini kemudian berpisah. Doni pergi ke pos tempatnya berjaga dan May pergi mencari Wira.

May menikmati malamnya, ada banyak hal baru yang ditemukannya malam ini. Gedung sekolahnya di malam hari tampak indah dengan banyaknya lampu yang menyala. Taman-taman sekolah yang jika siang hari terlihat biasa saja, malam ini terlihat lebih indah. Air kolam ikan juga berkilau-kilau. Banyak teman-temannya yang hilir-mudik di sekitarnya. Beberapa kaget saat melihat kehadirannya. May juga melihat ada beberapa guru yang sedang mengobrol di ruang guru.

May langsung menuju ruang OSIS. Dia berharap bisa menjumpai Wira di sana. Rasanya sudah tidak sabar melihat ekspresi Wira saat bertemu dengannya.

May sudah beberapa kali main ke ruang OSIS. Anak-anak OSIS baik dan ramah kepadanya. Walaupun seringkali mereka semua meledeknya dengan Wira, namun May menyukainya. May menikmati setiap godaan dari teman-teman barunya.

Mendekati ruang OSIS, May semakin deg-degan. Diketuknya pintu ruang OSIS.

“Assalamuallaikum.” Ucap Humairah.

“Waalaikumsalam.” Jawab sebuah suara. “Kamu? Ngapain ke sini? Lho...” ternyata yang berada di ruang OSIS saat itu adalah Kiki.

“Eh... Hai Kiki.” Sapa May canggung. “Aku mau ketemu Wira. Ada di sini nggak ya?” tanya May.

“Oh jadi ke sini mau cari Wira? Emang ada perlu apa?”

May diam saja mendapat pertanyaan menyudutkan dari Kiki. Humairah tahu, teman barunya yang bernama Kiki ini memang jutek. Namun May masih bingung, kenapa Kiki selalu memandangnya dengan sebal saat membahas nama Wira.

“Aku mau ketemu Wira aja Ki. Nggak ada alasan khusus.” Jawab May tenang. Jika di sekolahnya yang lama dia terkenal cuek, kenapa di sini dia harus merasa nggak enakan sama orang lain.

“Kamu tahu nggak sihkalau ini tuh acara sekolah, bukan acara yang bisa buat main-main. Kita di sini sibuk semua. Jangan harap ada yang mau nemenin kamu jalan ke sana ke sini ya.” Kata Kiki.

“Aku ke sini juga bukan buat main-main.” Jawab May tetap tenang. “Kamu sendiri, kenapa di sini? Bukannya kamu harus ke pos kamu yang di lapangan ya?”

“Lha ini, sok tahu.” Sahut Kiki ketus. “Bentar lagi waktunya makan malam. Kita semua lagi repot nyiapin makan malam. Udah ah, sana pergi. Ganggu aja.”

“Maaf Ki, Wira ada dimana?”

“Astaga! Udah ah pergi sana.”

“Ki, aku kan nanya baik-baik. Kenapa sih, kamu kayaknya nggak suka banget sama aku?” tanya May akhirnya.

“Ooh, jadi kamu mau tahu kenapa aku nggak suka sama kamu?” May hanya mengangguk. “Karena kamu sok kecantikan! Sok asik! Kamu pikir setelah kamu duduk sebangku sama Wira, kamu bisa dapetin dia gitu? Mimpi! Wira itu punyaku ya.”

Dan tahulah May kini sedang berhadapan dengan siapa. Dia punya saingan untuk mendapatkan Wira. Lagi-lagi May tak pernah menduga akan ada dalam situasi seperti ini.

May meninggalkan ruang OSIS. Tujuannya memberikan kejutan kepada Wira malah berakhir kacau. Yang ada, dialah yang mendapat kejutan dari Kiki.

May bingung harus kemana. Dia fikir keputusannya datang ke sekolah akan baik-baik saja. Dia bisa mengikuti Wira tanpa harus merasa kesepian. Sekarang, May benar-benar merasa sendiri.

Dari kejauhan May bisa melihat suasana mushola, di sana ramai. Apakah Wira ada di sana? Ataukah saat ini Wira sedang tidak ada di sekolah?

May duduk di salah satu bangku taman yang menghadap ke lapangan tengah, lapangan voli yang juga digunakan sebagai pos ekskul Paskibraka. Di lapangan nampak beberapa siswa sedang menyiapkan makan malam. Hanya pengurus saja, calon anggota masih sibuk di mushola menunggu adzan Isyak dan mendengarkan ceramah agama.

May diam. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain diam. Dia bingung harus kemana dan berbuat apa. Semua sibuk dengan tugasnya masing-masing. Tapi dia hanya duduk-duduk seperti tamu tak diundang.

Sempat terfikir untuk kembali saja ke rumah. Tapi niat itu dia batalkan. Dia bingung harus pulang naik apa. Belum lagi nanti di rumah pasti ditanya-tanya sama papa dan mama mengapa dia pulang sendirian malam-malam. Kasihan Doni, pasti dia yang akan kena marah kalau sampai May pulang sendirian.

“Doni! Kenapa aku nggak ke sana aja ya.” May tersenyum lega. Kini dia tahu harus kemana.

Saat May tahu dia harus kemana, Wira muncul begitu saja di depannya.

“Wira!” seru May kaget.

“Hai May. Maaf, aku nggak tahu kamu ke sini.” Kata Wira sambil menunjukkan ekspresi bersalah.

“Oh nggak apa-apa kok. Kamu kalau sibuk lanjutin aja. Aku mau...”

“May, maaf ya. Aku tahu kamu di sini karena ada temen yang lihat. Terus aku langsung cari-cari kamu.” Kata Wira menjelaskan.

“Ooh, jadi bukan karena Kiki?”

“Kiki? Kiki siapa?”

“Kiki sekretaris OSIS.”

“Ooh, kamu kenal dia juga?”

“Udah ketemu dua kali. Aku bingung awalnya, karena dia selalu jutek sama aku. Akhirnya hari ini aku tahu alasan dia bersikap seperti itu.” Kata May. “Ya udah, aku mau ke pos Doni dulu. Kamu lanjutkan aja kesibukan kamu.

“Doni? Kamu mau ke pos Doni?” Wira nampak kecewa. “May kamu ke sini sama siapa?”

“Sama Doni. Awalnya aku ke sini mau kasih kejutan buat kamu, tapi malah aku yang dapat kejutan dari Kiki.” May melangkah pergi meninggalkan Wira.

“May tunggu May. Aku nggak tahu salahku apa, tapi aku merasa kamu nyalahin aku malam ini.”

“Nggak kok. Siapa bilang aku menyalahkan kamu? Lagian memangnya kamu habis ngapain sampai-sampai aku harus marah sama kamu?”

“Sola Kiki, dia...”

“Dia menyukai kamu sejak lama kan?”

“Aku pengen ngomong semua sama kamu May. Sekarang.”

“Tapi tugas kamu?” tanya Wira.

“Sekarang sedang ceramah agama di mushola. Sebentar lagi shalat Isyak berjamaah dan lanjut makan malam. Baru setelah itu aku keliling memeriksa semua. Jadi aku free sekarang.”

May mengangguk. Dia mengikuti permintaan Wira yang ingin membicarakan sesuatu dengannya. May belum tahu apa yang akan disampaikan Wira. Namun dia berharap, penjelasannya itu bisa membuat hatinya lega dan nyaman kembali saat dekat dengannya nanti.

Wira mengajak May duduk di samping ruang guru yang juga dekat dengan mushola. Wira memilih tempat itu karena dia merasa tetap harus mengawasi kegiatan sekolah yang sedang berlangsung. Sebagai ketua OSIS, Wira tidak mau urusan pribadinya merusak kegiatan ekskul malam ini.

Di ruang guru nampak beberapa guru sedang berbincang-bincang. Wira pun menarik nafas panjang dan mulai bercerita.

“Aku nggak tahu kalau kamu malam ini ke sini. Kalau aku tahu, pasti aku sendiri yang akan jemput kamu.” Kata Wira memulai pembicaraan.

“Tapi kamu sempat melarang aku datang kemari kan dulu.” Jawab May.

“Sebenarnya bukan melarang. Aku hanya khawatir kalau kamu ke sini, kamu sendirian. Semua sibuk dengan urusannya masing-masing, aku juga begitu. Aku nggak mau jadi menelantarkan kamu.” Kata Doni menjelaskan.

“Tapi Doni bilang aku bisa ikut dengannya kalau aku mau. Dia bilang dengan adanya aku tidak akan menganggu kegiatannya.”

“May, Doni adalah ketua ekskul Pecinta Alam. Tugas dia ya ada di pos dia. Aku? Aku ketua OSIS. Tugasku ada di setiap pos yang ada malam ini. Aku harus pindah dari satu pos ke pos lainnya. Apalagi nanti malam, pos ini akan bertambah berlipat ganda.” May mulai tahu apa yang dimaksud Wira.

“Maksud kamu tentang pos yang berlipat ganda?”

“Nanti malam kamu pasti tahu.” Jawab Wira singkat. “Aku seneng lihat kamu ada di sini malam ini. Kalau kamu bersedia, malam ini kamu bisa ikut aku keliling. Ada dua ekskul yang nanti malam melakukan perjalanan di luar sekolah. kamu bisa ikut aku. Tapi kamu harus siap capek dan ngantuk ya.”

May tersenyum mendapat tawaran dari Wira. Baginya, kemanapun Wira mengajaknya, dia pasti senang. Apalagi hari ini diasudah menyiapkan semua. May sudah tidur siang, setidaknya itu bisa membuatnya tetap terjaga.

“Masalah Kiki, aku minta maaf. Aku nggak tahu kalau kamu mengenalnya juga.”

“Aku barukenal kok. Kemarin dan baru tadi ketemu lagi.” Jawab May.

“Kiki itu anak IPA 1, sekretaris OSIS juga.” Lanjut Wira.

“Dan dia menyukaimu? Sejak kapan?” tanya May.

Wira tersenyum lalu berkata, “Ya kata temen-temen sih begitu. Tapi aku nggak yakin.”

“Nggak yakin tentang?”

“Kalau dia suka sama aku, dia akan buat aku nyaman saat di dekatnya. Tapi yang terjadi, dia selalu membuatku jengkel. Semua teman yang dekat denganku dia kritik habis-habisan. Dia membuatku memilih-milih teman yang menurutnya pantas.” Wira memandang Humairah sambil tersenyum. “Aku nggak pernah memperdulikan dia May. Kamu jangan salah paham ya.”

May membalas senyum Wira. Ada gelombang cinta yang mengguncang hatinya. Kepalanya terasa ringan, seperti sedang melayang saat mendengar penuturan Wira. Cowok itu tidak menyatakan cinta kepadanya, tidak juga sedang memujinya. Tapi entahlah, May merasa Wira menyukainya.

“Kalau Kiki ngomong aneh-aneh sama kamu, jangan diambil hati.”

May hanya mengangguk sambil menyunggingkan senyum yang sepertinya akan terus menghiasi malam ini.

“Tapi dia suka sama kamu udah lama. Wajar sih kalau dia marah karena aku yang anak baru udah bisa deket sama kamu.” Kata May kemudian.

“Hehehe. Apa aku juga harus suka sama dia? Enggak kan May. Aku dan Kiki berteman cukup baik, karena kita berdua ada di organisasi yang sama. Aku harus bersikap baik sama dia, kalau enggak ya semua tugas kita nggak akan ada yang beres. Aku senang bisa mengenal kamu May. Kamu beda sama yang lain. Nggak suka ngerumpi. Lebih seneng bawa-bawa novel ke taman, ke kantin sendirian dari pada pergi bergerombol seperti yang lain.”

Kali ini Wira memujinya. May senang. Tapi yang May tunggu tidak juga datang. May menunggu pernyataan cinta Wira untuknya. Sepertinya Wira tidak akan mengatakannya malam ini. May harus bisa bersabar. Masih ada waktu untuk mendengar kalimat indah itu. May masih bersabar menunggunya.

May menarik nafas lega. Sedikit rasa bahagia yang dia rasakan malam ini adalah karena Wira. Cowok yang baru dikenalnya di sekolah baru, yang ketua OSIS dan duduk sebangku dengannya. Sejak pertama dia memutuskan untuk duduk bersama Wira, dia tahu Wira adalah pilihan yang tepat untuk berbagi bangku bersamanya, menghabiskan waktu di sekolah dengannya.

bersambung.....

( @Lujeng_Ayu )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun