Topeng wajah biasanya digunakan untuk hiasan atau pajangan, atau juga digunakan oleh para penari yang menjadikan topeng sebagai penunjang pentas mereka. Disini, Tim PKM-M Universitas Sanata Dharma (USD) yang berhasil lolos dan didanai oleh dikti menambah daya guna topeng yang tidak hanya digunakan untuk hal tersebut tetapi bisa digunakan sebagai media ajar. Media ajar? Ya, topeng wajah ini digunakan untuk melatih teman-teman tunanetra bagaimana mimik ataupun ekspresi wajah sesuai dengan emosinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi dan wawancara kelompok kepada masyarakat sasaran melalui kepala sekolah (Ibu Ambar) tentang keluhan bahwa teman-teman tunanetra kurang maksimal dalam penghayatan maupun pengekspresian emosi, misalnya pada saat bernyanyi dan membaca puisi.
Masyarakat sasaran Tim kami adalah siswa kelas 1 sampai 6 SLB Yaketunis Yogyakarta. Tim pelaksana PKM-M yang beranggotakan Raysa Bestari Siniwi (Psikologi, 2011), Nidia Gabriella Indyaningtyas (Psikologi, 2011), Mandana Bintang Rahasti (Psikologi, 2011), Emilia Jevina Lintang P (Pendidikan Matematika, 2011) dan Aditya Arya Pamungkas (Pendidikan Biologi, 2012) ini membantu teman-teman tunanetra berlatih dengan cara meraba topeng dan kemudian mempraktekkan topeng wajah tersebut. Bukan hanya itu saja, tim membantu siswa mempelajari aneka macam gerak tubuh sesuai dengan emosinya dengan menggunakan patung peraga yang nantinya patung tersebut dibentuk sedemikian rupa sesuai ekspresi emosinya dan teman-teman tunanetra diminta untuk meraba dan mempraktekkannya juga. Terdapat 6 topeng yang dibuat oleh kelompok meliputi emosi sedih, marah, takut, jijik, terkejut, senang. Enam topeng dasar ini dibuat berdasarkan teori dari Paul Ekman tentang ekspresi emosi.
Teman-teman tunanetra sangat antusias dengan program pelatihan tersebut dan hal ini membuat mereka berkembang dari yang awalnya belum tahu (data berdasarkan hasil pre-test) menjadi tahu tentang berbagai macam ekspresi emosi (data berdasarkan hasil post-test). Ketidaktahuan mereka dikarenakan kurangnya bahkan tidak adanya pengalaman mereka terkait dengan ekspresi emosi melalui hasil belajar (secara visual) melainkan hanya ekspresi emosi secara alamiah saja, maka dari itu, tim kami berusaha untuk membantu mereka mengembangkan dan mempertajam kemampuan mereka dalam berekspresi. Selain pelatihan ekspresi emosi dengan topeng wajah dan patung peraga, teman-teman tunanetra nantinya akan mementaskan sebuah drama sebagai follow up dari perlatihan ekspresi emosi yang mereka lakukan (23 Juni 2014). Drama tersebut dibuat sebagai bentuk apresiasi kami terhadap perjuangan teman-teman tunanetra untuk belajar.
“tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan serta memperhalus perasaan – Tan Malaka”pelatihan patung peraga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H