'Factory Reset' Sepak Bola Indonesia
Tragedi Kanjuruhan seharusnya sudah menjadi sinyal paling kencang untuk melakukan 'factory reset' pada sepak bola Indonesia, namun sepertinya, bahkan setelah memakan ratusan korban jiwa, sepak bola Indonesia tidak kunjung berbenah. Atau dengan kata lain, justru semakin memburuk dengan kebijakan Liga 1 tanpa degradasi serta dihentikannya Liga 2 dan Liga 3.Â
Jadi, batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia ini seharusnya menjadi tamparan yang sangat keras, khususnya bagi PSSI dan seluruh staf jajarannya untuk berbenah. Tidak hanya memperbaiki kualitas permainan sepak bolanya, namun juga berbagai faktor-faktor eksternal.
Sudah waktunya, Indonesia memiliki aturan dan hukum yang jelas mengenai kompetisi, suporter, dan tim nasonalnya, hal tersebut perlu dilakukan dengan sangat serius, tidak hanya agar Indonesia dapat membersihkan 'nama'-nya dari daftar buruk FIFA, namun juga untuk menciptakan olahraga yang bisa dinikmati semua kalangan dengan aman dan nyaman.Â
Setelah mencoba berpikir positif dan menuliskan dua hal baik yang bisa diambil dari kejadian ini, toh pada akhirnya tidak menghilangkan kekesalan saya dan seluruh pecinta sepak bola di tanah air. Saya juga tidak bisa membayangkan betapa sedihnya putra bangsa yang harapannya bisa bermain di Piala Dunia itu kini sudah sirna, hilang tak bersisa.
Akhir kata, saya tetap tidak akan berharap banyak pada sepak bola Indonesia kedepannya karena kekecewaan ini rasanya sudah berulang-ulang, entah berapa kali harapan saya untuk melihat sepak bola Indonesia baik-baik saja terjatuh dan terhempas, kembali menjadi sia-sia.
Namun kali ini, izinkan saya sedikit berharap lagi.Â
Semoga.Â
Semoga benar-benar ada hal baik yang bisa dipetik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H