Jurnalisme warga memiliki banyak keunggulan yang dapat menguntungkan, namun apabila tidak digunakan dengan baik, jurnalisme warga justru dapat memberikan kerugian.
Di era digital sekarang ini, siapa yang tidak mengenal istilah jurnalisme warga? Jurnalisme warga atau citizen journalism merupakan sebuah karya jurnalisme yang diproduksi, distribusi, dan konsumsi oleh masyarakat biasa.
Tidak seperti jurnalisme pada umumnya yang melalui berbagai liputan profesional, proses produksi, editing, dan segala macamnya yang memakan banyak waktu, jurnalisme warga jauh lebih sederhana dan bisa dilakukan oleh siapa saja.
Meskipun, peran dan fungsi jurnalisme warga sebenarnya sama seperti peran dan fungsi jurnalistik pada umumnya, yaitu sebagai sumber informasi, kontrol sosial, hiburan, hingga agen perubahan.
Wimar Witoelar mengungkapkan bahwa esensi jurnalisme warga adalah semua orang bisa bicara.
Terlebih lagi, di negara demokrasi dan di zaman yang serba keterbukaan ini, maka jurnalisme warga menjadi sangat bermanfaat untuk memberikan informasi-informasi dari berbagai sudut pandang.
Istilah jurnalisme warga ini mengacu pada peran aktif masyarakat dalam proses untuk mengumpulkan, menulis, meliput, dan menyebarkan suatu informasi.
Saat ini, jurnalisme warga bisa dengan mudah dilakukan oleh siapapun, yaitu hanya tinggal mengirimkannya kepada media massa seperti koran maupun media daring, tentunya menyesuaikan tema dari tulisan dengan medianya.
Terdapat banyak media yang menerima tulisan jurnalisme warga seperti Terminal Mojok, Kompasiana, IDN Times, dan banyak lainnya. Setiap orang juga bisa mengunggah tulisannya di blog pribadi, atau biasa disebut sebagai blogger.
Dalam media-media yang menerima jurnalisme warga ini terdapat beberapa perbedaan tergantung dari ketentuan medianya. Misal, Terminal Mojok yang akan menyadur terlebih dahulu tulisan yang masuk, berbeda dengan Kompasiana yang penulisnya bebas menulis dan akan langsung terbit.