Mohon tunggu...
Zefanya Pilar Tiarso
Zefanya Pilar Tiarso Mohon Tunggu... Lainnya - .

Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Lopis Raksasa, Tradisi Unik Khas Pekalongan!

18 Desember 2020   23:32 Diperbarui: 18 Desember 2020   23:41 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilansir dari merdeka.com, tradisi syawalan bagi masyarakat Krapyak sudah rutin dilakukan sejak 165 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1855. Namun, tradisi pemotongan lopis raksasa baru dimulai sejak tahun 1956, akhirnya tradisi tersebut diteruskan sampai saat ini dan rutin diselenggarakan setiap tahunnya dan menjadi identitas budaya dari kota Pekalongan.

Menurut Ting-Toomey dan Chung (dalam Samovar, Porter, McDaniel, & Roy 2013:215), identitas budaya merupakan makna emosional yang kita lekatkan kepada akal kita dan menyangkut rasa kepemilikan terhadap budaya yang lebih besar.

Berbicara tentang identitas budaya, sebagai negara yang majemuk dan memiliki beragam budaya, tentunya kita harus selalu bersatu dan tidak mudah terpecah belah. Menurut Samovar, Porter, McDaniel, & Roy (2013), ada berbagai masalah yang bisa ditimbulkan akibat perbedaan budaya seperti rasis, etnosentrisme, maupun stereotype.

Maka dari itu, kita sebagai warga Indonesia harus tetap menjaga persatuan dan tidak menjadikan perbedaan sebagai pemecah belah namun justru menjadikannya sebagai pemersatu.

Kue lopis atau lupis merupakan jajanan pasar yang terbuat dari beras ketan, biasanya kue lupis ini berwarna hijau atau putih dengan beragam bentuk seperti panjang, bulat, maupun lonjong. Dahulu, kue lupis hanya memiliki satu variasi rasa saja, namun seiring berjalannya waktu, kue lupis mengalami perkembangan dan sudah ada berbagai variasi rasa seperti pandan, oreo, dan lain-lain.

Kue lupis dipilih menjadi tradisi di Pekalongan bukan tanpa alasan, kue lupis ini memiliki filosofi untuk menyatukan dan mempersatukan, karena bahan baku dari kue lupis ini merupakan beras ketan yang tidak menyatu, namun setelah dimasak sedemikian rupa sehingga jadilah beras ketan tersebut menyatu dan menjadi kue lupis yang legit dan nikmat untuk disantap.

Selain itu, daun pisang yang menjadi pembungkus dari kue lupis juga memiliki filosofi tak mau mati sebelum berjasa karena pohon pisang tidak bisa mati sebelum berbuah banyak.

Acara pemotongan kue lupis raksasa di Pekalongan ini biasanya dimulai dengan doa bersama antar warga, kemudian dilanjutkan pidato dan kemudian dilakukan pemotongan lopis raksasa tersebut yang dilakukan oleh walikota Pekalongan.

Seusai lupis sudah dipotong, selanjutnya lopis tersebut langsung dibagikan kepada masyarakat sekitar, bahkan apabila kalian sedang bertamu ke desa Krapyak saat acara berlangsung, kalian tetap bisa mendapatkan dan menikmati nikmatnya kue lupis raksasa.

Selain pemotongan dan pembagian kue lupis, tentunya warga juga akan disuguhkan oleh banyak acara lainnya, seperti pertunjukan, pentas seni, maupun hiburan musik. Setelah semuanya selesai, masyarakat desa Krapyak juga bersama-sama membereskan semuanya, sebelum akhirnya memulai aktivitas kembali atau berlibur dengan keluarga.

Menurut Samovar, Porter, McDaniel, & Roy (2013:215), identifikasi komunikasi terhadap sistem terbagi menjadi verbal dan nonverbal yang bermakna terhadap anggota grup memiliki rasa kepemilikan dan saling berbagi tradisi, bahasa, serta sikap yang mirip. Identitas budaya adalah konstruksi sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun