Mohon tunggu...
Piki Darma Kristian
Piki Darma Kristian Mohon Tunggu... Penulis - Direktur Public Policy and Governance Studies (PubLiGO)

Peneliti dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kartini, Cahaya Suar di Balik Ketidakadilan

24 April 2020   18:42 Diperbarui: 25 April 2020   17:51 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Segenap persoalan perempuan masih membelenggu kaum perempuan itu sendiri. Kekerasan dan marginalisasi misalnya, menjadi isu yang tak pernah terselesaikan, baik oleh masyarakat maupun negara. Kartini dalam gerakan pembaharuannya mendorong agar setiap masyarakat mendapatkan haknya. Emansipasi bagi Kartini perlu dilakukan dimana seorang manusia mengalami situasi rentan terhadap kekerasan, pelecehan seksual, diskriminasi, bahkan perbudakan seks.

Setidaknya ada empat pembelajaran yang bisa kita ambil dari sosok Kartini . Pertama, Kartini sangat mendambakan sosok perempuan yang independen, dan mampu bekerja untuk kebaikan dalam kehidupan masyarakat. Kedua,walaupun ada beberapa pro-kontra terhadap tulisan-tulisan dalam surat-surat Kartini, ini menjadi dasar dan rujukan panjang atas perjuangan Kartini yang menginginkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ketiga, Kartini sangat menentang diskriminasi terhadap perempuan. Kemudian yang terakhir keempat, Kartini menyatakan "perang"terhadap poligami.

"Door Duisternis tot Licht" Kartini bagai cahaya suar dibalik gelapnya ketidakadilan, emansipator yang berjiwa besar. Sebab, pemikirannya telah melampaui jamannya. Cahaya itu ia tunjukan tidak hanya untuk dirinya sendiri dan keluarga, tapi juga untuk perjuangan kaum perempuan Indonesia terbebas dari rasa takut, diskriminasi hingga terciptanya kesetaraan. 

Dekrit penting yang diajarkan Kartini menyeka ingatan bagi ratusan perempuan dan orang-orang miskin di Indonesia saat ini yang melawan ketidakadilan. Kartini datang sebagai fajar yang menyenangkan untuk mengakhiri malam panjang penawanan mereka. Seperti dalam pernyataan Marx "Every emancipation is a restoration of the human world and of human relationships to man himself." Kartini, keperempuanan, dan ketidakadilan, dengan demikian, tidak hilang dalam historitas bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun