Mohon tunggu...
Pijar Syiffa Aditama
Pijar Syiffa Aditama Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Capturing all of the moments

Berasal dari Lampung

Selanjutnya

Tutup

Trip

Mengenal Keunikan dan Tradisi Desa Sade

21 September 2024   15:48 Diperbarui: 21 September 2024   18:49 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai warga yang mencintai Indonesia, bangsa yang besar dan melimpah kekayaan alam, ras, suku, agama, budaya, potensi pariwisata hingga keberagaman masyarakat adalah anugerah dari Tuhan yang sudah seharusnya patut kita syukuri. Indonesia menyimpan berbagai wisata yang memesonakan dengan keunikannya tersendiri. Salah satunya adalah Desa Sade, tempat desa perkampungan suku sasak yang berada di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Berkunjung ke Lombok dan menyempati ke Sade Village yang begitu terkenal dan menjadi rekomendasi lokasi wisata yang menjunjung kearifan lokal. Pada artikel ini saya hendak menceritakan atau berbagi pengetahuan mengenai tentang dari Desa Sade ini.

Desa Sade merupakan sebuah desa tradisional yang berlokasi di Jalan Raya Praya-Kita  Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa ini berjarak sekitar 45 km dari Kota Mataram dan 40 km dari Pelabuhan Lembar. Menuju ke Desa Sade membutuhkan 1 jam dari Kota Mataram maupun Pelabuhan Lembar.

Gerbang utama Desa Sade. Foto: Pijar Aditama
Gerbang utama Desa Sade. Foto: Pijar Aditama

Keunikan  Masyarakat

Ciri khas dari masyarakat desa Sade didalamnya selalu mempertahankan nilai-nilai luhur dan adat nenek moyang yang mereka lestarikan hingga sekarang. Kesahajaan, kebersamaan, kemurahsenyuman, keramahan dan sifat baik lainnya menjadi jati diri setiap masyarakat Sasak. Mereka hadir dan menyambut dengan hangat bagi para pengunjung datang.

Masyarakat Desa Sade umumnya berprofesi petani. Maka tak heran setiap datang pada lingkungan suku Sasak, umumnya sering berjumpa pada wanita. Wanita suku Sasak lebih sering mengisi aktivitasnya untuk menenun kain. Ditambah aktivitas lainnya, seperti merawat anak, menjual cinderamata, menganyam, memasak, membuat gerabah dan sebagainya. 

Foto: Pijar Aditama
Foto: Pijar Aditama

Keunikan Bangunan Rumah

Perkampungan Sasak Desa Sade. Foto: Pijar Aditama
Perkampungan Sasak Desa Sade. Foto: Pijar Aditama

Desa Sade dianggap salah satu dusun yang populer karena uniknya dengan keestetikaan rumah-rumah yang terbuat dari anyaman bambu hingga perilaku dan budaya yang selalu dijaga dari leluhur kehidupan masyarakat Sasak.

Para wisatawan yang mengunjungi desa ini satu-satunya disebabkan oleh ketertarikan bangunan rumah yang unik. Rumah-rumah ini dominan terbuat dari anyaman bambu. Serupa pada dinding rumah dengan berbahan anyaman bambu menghasilkan sirkulasi udara yang adem.  Pada bagian atap rumah dilengkapi tanaman alang-alang atau sejenis rumbia kering menjadikan rumah terasa menyejukkan saat cuaca panas matahari terik, serta menghangatkan ketika malam hari datang. 

Bangunan rumah pada Dusun Sade ini terdiri dari 150 rumah. Adapun rumah-rumah di desa ini kebanyakan berlantai dua. Lantai pertama untuk dijadikan tempat penghuni rumah berkumpul kemudian lantai dua sebagai tempat peristirahatan juga untuk menyimpan gudang hasil pertanian.

Lalu, bagian lantai rumah-rumah terbuat dari tanah meskipun setiap waktu tertentu harus dibaluri kotoran sapi atau kerbau untuk menghindari keretakan lantai supaya tetap kokoh.

Rumah-rumah di Desa Sade ini memberikan impresi baik bahwa tradisi rumah-rumah yang digenerasikan menggambarkan lambang kesederhanaan namun bernilai artistik dari masyarakat suku Sasak, khususnya di Desa Sade ini. Mereka senantiasa menjaga keindahan dari setiap budaya yang dipromosikan.

Keunikan Tradisi

Foto: Pijar Aditama
Foto: Pijar Aditama

            

Kini, masyarakat Sade masih memegang nilai-nilai luhur nenek moyang terdahulu. Dari kegotongroyongan, kepedulian sosial, tanggung jawab dan kesahajaan merupakan jati dirinya dalam berpegang teguh prinsip nilai-nilai leluhurnya. Seperti, ketika saya mendengarkan dari pemandu wisata dan seorang warga terdapat tradisi unik di dusun ini, yakni kawin culik.

Tradisi kawin lari terjadi ketika seorang bujang yang menyukai dan hendak menikahi dengan cara sembunyi-sembunyi menculik sang pujaan wanitanya ke rumahnya, lalu dibawakan sang pemuda ke rumah kerabatnya ketika malam hari, tanpa diketahui oleh pihak keluarga wanitanya. Esoknya, barulah sesudah itu dibicarakan secara terbuka mengenai rencana pernikahan antar keduanya bersama keluarga. Tradisi ini sampai saat ini masih melekat dan berlaku pada sendi-sendi budaya dari Sasak.

Lalu, di desa ini saya banyak berinteraksi dengan seorang wanita yang menenun kain telah menjadi kebiasaan di lingkungan suku Sasak. Oleh sebab itu, tak heran para pengunjung yang hendak berkunjung ke Desa Sade sering berinteraksi oleh wanita. Kerajinan tangan merupakan salah satu aspek kehidupan dari suku Sasak. 

Serba-serbi Kuliner Suku Sasak

Sate Bulayak dan Lontong berkulit daun kelapa. Foto: Pijar Aditama
Sate Bulayak dan Lontong berkulit daun kelapa. Foto: Pijar Aditama

Selain membicarakan keunikan budaya Sasak, salah satu yang menarik dan disukai oleh para pengunjung atau wisatawan ialah kulinernya. Sate Bulayak adalah makanan khas suku Sasak. Sate ini berbahan dari daging sapi atau ayam dengan bumbu kacang yang sangat berbeda yang kita temui. Bumbu kacang ini berasal dari kacang tanah, lalu ditambah bumbu-bumbu lain seperti santan kelapa, bawang merah, bawang putih, ketumbar, lada menciptakan sate ini semakin nikmat. Terlebih lagi, lontong yang berkulit daun kelapa dari kekhasan sate bulayak ini. Lontong ini dililiti dengan kulit pisang secara melingkar. Untuk membukanya harus dengan gerakan memutar. 

Dari kuliner tersebut, mencirikan lambang kesederhanaan dan keterampilan dari suku Sasak.  Seperti disebutkan, konsep keterampilan dalam membungkus lontong dengan cara dililit oleh kulit daun kelapa tergambar masyarakat Sasak yang terbiasa menenun kain. Sementara itu, masyarakat Sasak percaya bahwa mereka apabila dirinya telah makan dengan lauk pauknya, jika tanpa lauk pauk maka mereka dirinya belum makan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun