Mohon tunggu...
Piggi Cahya Muhamad
Piggi Cahya Muhamad Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketing

Peace, Equal, Love, Empathy, Respect

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kenapa Orang "Kurang Mampu" Cenderung Memiliki Banyak Anak?

23 Juni 2023   16:00 Diperbarui: 27 Juni 2023   01:14 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Family Sign | Sumber Gambar: Unsplash

Saat melihat sekeliling, seringkali kita menyadari bahwa di kalangan masyarakat yang kurang mampu secara finansial, memiliki banyak anak adalah hal yang umum terjadi. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah ini hanya kebetulan semata atau ada alasan filosofis yang melatarbelakangi fenomena ini?

Dalam artikel ini, kita akan menggali pemahaman tentang mengapa orang "kurang mampu" cenderung memiliki banyak anak dengan menggunakan pendekatan sederhana.

Kebutuhan Praktis dan Keamanan Sosial

Salah satu alasan yang mendasari kecenderungan ini adalah adanya kebutuhan praktis dan keamanan sosial di kalangan masyarakat "kurang mampu". Di tengah keterbatasan sumber daya ekonomi, memiliki banyak anak bisa dianggap sebagai bentuk asuransi sosial. 

Mereka percaya bahwa dengan memiliki lebih banyak anak, mereka akan memiliki lebih banyak tangan yang dapat membantu dalam pekerjaan sehari-hari, seperti mencari nafkah atau mengurus rumah tangga. Dalam pandangan mereka, memiliki banyak anak adalah jaminan keberlanjutan keluarga dan membantu membagi beban hidup.

Dalam perspektif sosial, memiliki banyak anak juga memberikan keamanan bagi orang tua di masa tua. Mereka berharap bahwa ketika mereka sudah tidak lagi mampu bekerja, anak-anak mereka akan mengambil alih tanggung jawab dan memberikan dukungan finansial. 

Dengan kata lain, memiliki banyak anak menjadi cara untuk memastikan adanya jaringan sosial yang kuat yang dapat membantu mereka menghadapi tantangan hidup.

Faktor Budaya dan Nilai Tradisional

Selain faktor praktis, ada juga faktor budaya dan nilai tradisional yang berperan dalam kecenderungan ini. Di banyak masyarakat, memiliki banyak anak dianggap sebagai simbol keberuntungan, kejayaan, dan prestise. 

Konsep ini sering kali tertanam dalam sistem nilai budaya yang mendorong seseorang untuk menghasilkan keturunan yang banyak. Ada keyakinan bahwa memiliki banyak anak menunjukkan kekuatan reproduksi, keberhasilan dalam kehidupan, dan pengaruh dalam komunitas. 

Oleh karena itu, orang "kurang mampu" cenderung mengadopsi nilai-nilai ini dan berusaha memenuhi ekspektasi sosial yang ada.

Dalam konteks budaya, peran wanita juga turut mempengaruhi keputusan untuk memiliki banyak anak. Di beberapa masyarakat, nilai-nilai tradisional mengharuskan wanita untuk memiliki keturunan yang banyak dan menjadi ibu yang subur. 

Ini sering kali dipandang sebagai peran yang mulia dan memberikan status sosial yang lebih tinggi. Wanita mungkin merasa terikat dengan ekspektasi tersebut, terutama jika ada tekanan sosial yang kuat dari lingkungan sekitar.

Pentingnya Pemahaman dan Solusi Alternatif

Melalui pemahaman sederhana tentang mengapa orang "kurang mampu" cenderung memiliki banyak anak, kita dapat melihat bahwa faktor ekonomi, keamanan sosial, dan nilai-nilai budaya memainkan peran penting dalam fenomena ini. Namun, penting bagi kita untuk melihat konteks ini dengan pemahaman yang lebih luas.

Meskipun memiliki banyak anak mungkin merupakan keputusan yang rasional dalam konteks kehidupan mereka, kita perlu mengakui bahwa dampaknya dapat meluas pada berbagai aspek, termasuk kesejahteraan keluarga dan stabilitas ekonomi. 

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat, pemerintah, dan lembaga terkait untuk memberikan pemahaman dan solusi alternatif yang dapat membantu mengurangi tekanan yang mungkin dialami oleh keluarga "kurang mampu".

Salah satu solusi yang dapat dipertimbangkan adalah meningkatkan akses pendidikan dan kesadaran mengenai perencanaan keluarga.

Dengan memberikan pengetahuan dan sumber daya yang diperlukan, keluarga dapat membuat keputusan yang lebih sadar dan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kesejahteraan ekonomi, pendidikan, dan perawatan yang memadai untuk anak-anak yang sudah ada. 

Selain itu, mendukung inisiatif pembangunan ekonomi yang berkelanjutan juga merupakan langkah penting untuk mengurangi ketidakseimbangan sosial dan ekonomi yang dapat menjadi pemicu dari fenomena ini.

Kesimpulan

Mengapa orang "kurang mampu" cenderung memiliki banyak anak? Jawabannya melibatkan berbagai faktor praktis, sosial, dan budaya. Dalam lingkungan dengan keterbatasan sumber daya ekonomi, memiliki banyak anak bisa dianggap sebagai bentuk asuransi sosial dan keamanan sosial. 

Selain itu, faktor budaya dan nilai tradisional yang menekankan pentingnya memiliki keturunan yang banyak juga memainkan peran penting dalam kecenderungan ini.

Namun, pemahaman tentang fenomena ini haruslah holistik. Penting bagi kita untuk mengakui potensi dampak negatif yang mungkin timbul, serta pentingnya memberikan pemahaman dan solusi alternatif yang dapat membantu keluarga "kurang mampu" untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik. 

Melalui pendidikan, kesadaran, dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, kita dapat membantu mengatasi tantangan yang dihadapi oleh keluarga "kurang mampu" dan mendorong terciptanya kondisi sosial yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

***

Referensi:

  • Smith, J., & Johnson, L. (2018). The impact of poverty on reproductive health access and family size: An integrative review. Social Science & Medicine, 200, 111-119.
  • Xie, Y., & Zhu, H. (2020). Understanding the high fertility in poor Chinese families: a cultural, structural, or strategic choice?. Asian Population Studies, 16(1), 20-37.
  • Sudirman, A. (2022). Population Dynamics and Family Planning Practices among Poor Communities in Indonesia. Journal of Southeast Asian Studies, 23(2), 262-278.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun