Mohon tunggu...
Pieter Handoyo
Pieter Handoyo Mohon Tunggu... -

Student at SMA Kolese Kanisius Jakarta 11th grade

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ladangnya Direbut, Petani Bangkrut

23 Januari 2017   10:07 Diperbarui: 23 Januari 2017   10:14 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil minyak terbesar di dunia. Minyak Bumi merupakan salah satu komoditi utama yang dihasilkan oleh Indonesia. Minyak bumi tergolong sebagai bahan tambang strategis yang memiliki banyak sekali kegunaan yang pokok di dalam kehidupan sehari – hari manusia, seperti untuk bahan bakar kendaraan bermotor, sumber tenaga bagi mesin dan sebagainya. Walaupun di Indonesia banyak sekali terdapat sumber sumber minyak bumi, ternyata pemanfaataannya belumlah benar – benar maksimal.

Berdasarkan kompas.com, diketahui bahwa kebutuhan minyak bumi di Indonesia mencapai 1,25 juta barel per hari, namun produksi minyak bumi yang diolah di kilang dalam negeri untuk dalam negeri hanyalah berjumlah 649.000 barel per hari. Dari data ini berarti dapat dilihat bahwa setiap harinya, Indonesia memiliki deficit atau kekurangan minyak bumi sebesar 608.000 barel. Namun sekarang pertanyaannya, mengapa Negara Indonesia hanya bisa memenuhi setengah kebutuhannya saja, padahal ada banyak sekali sumber minyak bumi di Indonesia ? Jawabannya sebenarnya sederhana, yaitu karena salah pemanfaatan dan salah pengelolaan dari awal.

Dari penelitian yang dicari, ternyata sumber – sumber minyak bumi di Indonesia, justru lebih banyak dikuasai oleh perusahaan asing. Bahkan penguasaan perusahaan asing untuk minyak bumi di Indonesia mencapai angka 84 persen dari keseluruhan sumber minyak bumi di Indonesia. Sedangkan pertamina dan mitranya yang dianggap mencerminkan perusahaan minyak bumi nasional, hanya menguasai 16 persen dari keseluruhan sumber minyak bumi di Indonesia.

Dari data ini dapat dilihat betapa tidak berdayanya Indonesia terhadap sumber minyak bumi di Indonesia itu sendiri. Di Papua sendiri, dari 5 daerah penghasil minyak bumi 4 dari 5 daerah tersebut telah dieksploitasi oleh asing dan sisa 1 daerahnya masih dalam tahap eksploitasi oleh : ASING. Begitu pula di Sumatera, Jawa dan sekitarnya yang kebanyakan dikuasai oleh asing, namun yang kondisinya paling memprihatinkan adalah papua yang datanya telah disebutkan di atas.  Banyaknya penguasaan asing di Indonesia ini disebabkan terutama karena pendidikan dan kurangnya keahlian teknologi yang dimiliki oleh Indonesia.

Pendidikan dan penguasaan IPTEK yang rendah, membuat Indonesia menjadi terbelakang dan tidak mampu menguasai sumber minyak bumi sendiri. Alhasil agar sumber minyak bumi di Indonesia tersebut tetap bisa menghasilkan sesuatu bagi Indonesia, akhirnya Indonesia mau tidak mau harus bekerja sama dengan bangsa asing dalam hal teknologinya, yang dari tahun ke tahun semakin tidak menguntungkan Indonesia. Kontrak – kontrak karya yang ada lama kelamaan berubah menjadi neoimperialisme dan neokolonialisme, sehingga tidak heran Indonesia menjadi tidak berdaya di negeri sendiri, karena memang jika pada saat ini, Indonesia melepaskan kerja sama dengan asing dalam bidang minyak bumi, Indonesia akan kehilangan lebih banyak, karena Indonesia belum cukup memiliki sumber daya manusia terdidik yang cukup untuk mengelola sumber minyak yang jumlahnya sangat besar dan tersebar di berbagai penjuru Indonesia.

Sebenarnya, kesalahan Indonesia adalah, dari dulu negara Indonesia terlalu banyak memikirkan uang, keuntungan dan profit semata. Indonesia tidak pernah memikirkan soal masa depan negara. Ketika mendapatkan penawaran berharga berupa uang dalam jumlah besar oleh negara lain, Indonesia langsung tergiur dan mengiyakan, padahal tidak selamanya uang yang besar akan memberikan keuntungan bagi Indonesia. Hal itu terbukti pada tahun – tahun sekarang. Memang, perusahaan minyak bumi asing memberikan jumlah uang yang tidak main – main besarnya kepada Indonesia, namun jumlah itu tidak ada apa – apanya dibandingkan kerugian tersirat yang diderita oleh Indonesia, akibat ketidakmampuan mengolah sumber minyak buminya sendiri dan harus mengimpor dari negara lain untuk mengurangi defisit kebutuhannya.

Begini anaologinya. Hari ini harga ekspor minyak sebesar 51,27 US dolar. Sekarang kita lihat bahwa kebutuhan minyak bumi di Indonesia adalah 1, 25 juta barel per hari sedangkan saat ini dalam kenyataannya Indonesia hanya mampu menghasilkan 16 persen dari keseluruhan  sumber minyak bumi di Indonesia 16 persennya adalah 649.000 barel per hari. Sekarang mari kita anggap Indonesia bisa mengelola 100 persen dari semua sumber minyak yang ada di Indonesia, berarti Indonesia bisa menghasilkan mencapai (100/16 x 649.000 = 4.062.500 barel per hari).

Dari perhitungan tersebut, kita bisa melihat bahwa setiap harinya Indonesi merugi hingga 3.413.500 barel yang harusnya bisa diekspor per hari, dan jika dikalikan 51 (Harga minyak bumi ber barel), itu berarti Indonesia rugi hingga 174.088.500 US dolar, atau setara dengan 2.263.150.500.000 rupiah per hari. Bayangkan akan sekaya apa negara kita jika kita bisa mengelola kebun minyak kita sendiri. Dari data tersebut, sekarang mari kita bandingkan dengan penghasilan Indonesia dari bagi hasil dengan negara lain yang hanya 85 persen dari keseluruhan penghasilan perusahaan tersebut, atau kurang lebih sekitar 1,5 triliun per harinya. Itu berarti  Indonesia memiliki kerugian bersih hingga1,5 triliun per harinya dan tentunya itu jumlahnya sangat banyak karena per bulannya Indonesia kehilangan 45 triliun yang seharusnya menjadi penghasilan untuknya.

Melihat dari kondisi yang meprihatinkan itu, Indonesia harus mencari solusi yang benar – benar bisa meminimalisir kerugian itu.Untuk jangka panjangnya, Indonesia harus segera berbenah diri, khususnya di bidang pendidikan untuk memperbaiki masa depan bangsa. Saat ini, bahkan lulusan sarjana teknik di Indonesia hanya berkisar pada 57.000 orang saja, dan untuk mampu mengelola banyaknya sumber minyak yang besar dan tersebar di Indonesia, membutuhkan jutaan SDM yang terdidik secara baik di bidang teknik agar kita tidak harus bergantung lagi pada pengelolaan dan teknologi asing. Program pendidikan gratis 16 tahun dapat menjadi salah satu solusinya untuk bisa mengatasai ancaman neoimperliasime ini. SDM yang berkualitas di bidang teknik menjadi kunci berhasilnya revolusi di Indonesia dalam bidang minyak bumi. Menyamakan kualitas SDM yang mengelola minyak bumi antara SDM Indonesia dan asing bisa menjadi pemecahan masalah yang pokok terhadap ancaman pemiskinan SDA di negara kita tercinta ini.

Selain solusi jangka panjang, pertamina sebagai perusahaan Nasional terbesar Indonesia dalam bidang minyak bumi, juga harus segera mencari strategi agar pemenuhan kebutuhan minyak bumi di Indonesia bisa segera terlaksana dengan baik. Salah satu strategi yang mungkin dilakukan adalah melakukan ekspansi ke luar negeri, khususnya ke negara – negara yang juga memiliki potensi minyak bumi yang tinggi. Pertamina tidak boleh mengalah begitu saja dengan perusahaan asing. Pertamina harus terus mengusahakan agar perusahaannya bisa meraja setidaknya di negara sendiri dan bisa melakukan ekspansi ke negara lain, agar pertamina dapat bersaing dengan perusahaan multinasional lainnya, yang tujuannya tidak lain dan tidak bukan adalah memperbaiki nasib minyak bumi di Indonesia yang lama kelamaan semakin tergerus oleh dominasi asing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun