Sang teolog penjala manusia
masih tegak berdiri menatap langit,
bergeming tanpa sepotong kata,
terus menyaksikan peristiwa ilahi,
yang tersuguh menakjubkan mata
Seorang malaikat Allah
turun dari surga
memegang anak kunci jurang maut,
menenteng sebuah rantai besar,
menangkap naga si iblis,
menjerat ular tua si setan,
mengikatnya seribu tahun lamanya,
melemparkannya ke dalam jurang maut,
menutup jurang maut itu,
memeterainya di atasnya,
supaya tidak bangkit lagi,
menyesatkan bangsa-bangsa,
sebelum berakhirnya zaman seribu tahun itu
sebelum dilepaskannya untuk sedikit waktu
Sang teolog penjala manusia
masih tegak berdiri menatap langit,
bergeming tanpa sepotong kata,
terus menyaksikan peristiwa ilahi,
yang tersuguh menakjubkan mata
Terlihat takhta-takhta di surga,
orang-orang yang duduk di atasnya
yang diberi kuasa menghakimi
Terlihat jiwa-jiwa mereka,
yang telah dipenggal kepalanya
karena kesaksian tentang Yesus,
karena kesaksian akan Firman Allah,
karena tidak menyembah binatang itu,
karena tidak menerima tanda di dahinya
Jiwa-jiwa itu hidup kembali,
mereka memerintah sebagai raja
bersama dengan Sang Kristus
untuk masa seribu tahun
Tetapi orang mati yang lain,
tidak akan dibangkitkan
sebelum masa seribu tahun ini berakhir
Sang teolog penjala manusia
masih tegak berdiri menatap langit,
bergeming tanpa sepotong kata,
terus menyaksikan peristiwa ilahi,
yang tersuguh menakjubkan mata
Inilah kebangkitan pertama
Berbahagialah dan kuduslah mereka
yang mendapat bagian kebangkitan pertama,
kematian kedua takan akan menghampiri mereka,
mereka menjadi imam-imam Kristus,
mereka menjadi imam-imam Allah,
mereka memerintah sebagai raja,
memerintah bersama dengan Dia,
untuk seribu tahun lamanya
(Sumber, Why 20: 1-6)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI